Alkana langsung terbangun dan membulatkan kedua bola matanya, namun dia tetap berusaha tenang dan langsung berjalan untuk membukakan pintu. Akan tetapi, Rania menahannya dengan tatapan memohon kearah alkana.
"Kak, jangan dibuka! Nanti ada masalah baru lagi, kalau kita dituduh berbuat mesum disini bagaimana?"
"Otakmu yang mesum!" Ketus alkana.
Alkana mengintip keluar terlebih dahulu dan ternyata adalah Dani teman sekelas Rania, alkana langsung membukakan pintunya dan menarik kerah lelaki itu dan menutup pintunya kembali.
Lelaki itu gemetar ketakutan dan menatap manik mata alkana dengan nyali yang menciut, Rania hanya menatap bingung dan takut ketahuan jika dia di tuduh melakukan hal yang tidak di lakukan.
"Keluar kau!" Perintah alkana pada Rania.
"Hah, a-pa?"
"Cepat keluar!"
Rania langsung keluar dan menutup pintu itu, Dani berusaha membuka matanya dan melihat sekeliling, dia kembali menatap manik mata alkana yang mengintimidasinya. Dia meneguk salivanya dengan susah payah dan langsung mengatupkan kedua tanganya.
"K-kak ma-ma-maafkan ak-u! A-aku tidak tahu ka-kakak ada disini."
"Ku tahu jika kau sudah mengganggu tidurku!?" Tanya alkana dengan penuh penekanan.
"M-maaf kak."
"Apa yang kau lihat tadi?" Tanya alkana untuk memastikan sesuatu.
"Tidak ada, kak! Aku hanya melihat mata tajam kakak." Jawab dani dengan gemetar.
"Kenapa kau kemari?"
"Mau meletakkan peralatan olahraga yang kami pakai tadi kak."
"Ya sudah, letakkan disana! Sekali lagi kau menganggu waktu tidurku, habis kau!" Ancam alkana.
"B-baik kak."
Alkana langsung melangkahkan kakinya keluar meninggalkan Dani sendirian di ruang peralatan olahraga, lelaki itu melihat sekeliling ternyata jam pelajaran hampir berakhir. Dani di dalam masih gemetar, dia meletakkan bola itu dan langsung mengunci pintu lalu segera berlari menuju kedalam kelasnya.
"Rania, kamu dari mana saja sih? Kamu di apakan sama kak alkana?" Tanya Sherly.
"Tidak ada kok!"
"Benarkah? Kenapa wajahmu pucat seperti ini?"
Rania tidak menjawab dan dia langsung menatap dni yang baru saja masuk dengan tatapan yang sulit di artikan, dia berharap jika lelaki itu tidak melihatnya tadi karena dirinya langsung berlari meninggalkan mereka berdua didalam ruang paralatan olahraga.
"Rania, kamu kesambet?"
"Tidak! Apa sih!" Ketus Rania.
Bel yang menandakan jam pelajaran telah usai pun berbunyi, itu tandanya sudah waktunya mereka pulang. Rania langsung berjalan sendiri di lorong kelas, lalu tiba-tiba Kevin berada di sampingnya dan mengejutkan Rania.
"Hai, kenapa sendirian saja?" Tanya Kevin.
"Eh kak Kevin, ngagetin aja! Oh iya kak, bajunya besok aku kembalikan ya. Biar aku cuci dulu."
"Aman, kamu bisa kembalikan kapan saja kok!"
"Oh iya, pulang bareng aku mau ga?" Tawar Kevin.
"Eh, tidak usah kak. Aku naik taksi saja."
"Kenapa nolak terus sih? Hitung-hitung kamu membalas kebaikan aku karena sudah meminjamkan baju untukmu, gimana?"
"Emm, ya sudahlah!"
Kevin langsung menggenggam tangan Rania dan membawanya ke parkiran, dia memakaikan helm lalu tersenyum kearah Rania, membuat pipi Rania menjadi merah merona.
"****, sialan! Berani-beraninya Kevin membonceng Rania lagi, dan Rania juga sudah aku tunggu sejak tadi dia malah pulang bersama titisan drakula itu. Awas kau nanti ya!"
"Sasha, itu bukannya Kevin ya? Dan wanita itu siapa?" Tanya alisha.
"Cih, siapa wanita itu! Cari tahu siapa dia, dan besok langsung bawa dia menghadapku!" Perintah Sasha.
"Oke, Sasha!"
"Berani sekali dia mendekati Kevin, mau melawanku rupanya." Geram Sasha.
"Dia anak baru di kelas unggulan, namanya Rania! Aku sudah memberinya peringatan pertama, mungkin dia memang tidak suka diberi peringatan tapi sukanya langsung diberi pelajaran." Timpal Helena yang baru saja datang.
"Helena, besok bawa dia ke halaman belakang!" Perintah Sasha.
"Siap kak!" Jawab Helena.
Kini Sasha dan circlenya langsung meninggalkan Helena sendirian, Helena menyeringai dan menatap lurus ke depan. Dia tidak sabar melihat Sasha memberi pelajaran pada anak baru itu.
Mobil alkana melaju begitu saja saat Kenan dan Alex baru saja menghampirinya, mereka berdua berteriak memanggil nama alkana dan mengejar mobilnya namun alkana tidak menghiraukannya.
"Ah, sialan alkana! Kita di tinggal kan, kau sih makan saja yang kau pikirkan, lihat itu hah!" Ketus Alex.
"Heh, kau kenapa jadi menyalahkan aku sih!" Sungut Kenan.
"Yaah, kasihan deh. jalan kaki ya?" Ledek Helena.
"Diam kau titisan kuntilanak!" Ketus Alex.
"Iiih, enak saja kau!" Sungut Helena tidak terima.
"Memang! lihat saja semua gaya putih-putih, wajah seputih tepung, kaos kaki seperti zebra, tindik lidah pula. Tidak sekalian saja tindik di jidatmu, biar mirip seperti artis India." Alex menirukan tarian orang India.
"Alex, kau tidak boleh seperti itu!" Ujar Kenan.
"Memangnya kenapa?" Tanya Alex bingung.
"Karena sebenarnya dia itu mirip dukun beranak!" Timpal Kenan.
"Mana ada dukun beranak seperti dia, dia itu lebih cocok jadi dukun ilmu Hitam-Putih sama seperti wajah dan kaos kakinya!" Sambung Alex.
"CK, sialan kalian! Laki-laki mulutnya sudah seperti kaleng rombeng!" Ketus Helena. Wanita itu langsung pergi meninggalkan Alex dan kenan.
Kenan dan Alex tertawa puas dan langsung meninggalkan pekarangan sekolah dan menunggu taksi yang mereka pesan. Karena alkana uang mereka akhirnya terpangkas untuk membayar taksi.
Ditempat lain alkana terus mengikuti Rania dan Kevin pergi, hingga mereka berdua berhenti di sebuah kafe dan memasuki tempat itu membuat alkana berdecih kesal.
"Mana pegangan tangan lagi! Kevin awas kau!" Ancam alkana.
Alkana pun berpura-pura memasuki kafe itu untuk mengintip kelakuan mereka berdua, dia dengan gayanya yang acuh dan raut wajah yang dingin langsung mencari tempat duduk.
Rania yang melihat alkana memasuki kafe itu juga, dia langsung menyeringai dan otaknya bekerja untuk merencanakan sesuatu dan memulai aksinya, mumpung saat ini sedang ada Kevin.
'maaf ya kak kevin.' batin Rania.
"Aduh, sepertinya Rania mau keluar saja deh! Kita keluar saja yuk kak, cari tempat lain!" Ajak Rania.
Rania langsung menggandeng tangan Kevin, membuat alkana membulatkan kedua bola matanya.
"Ayo, kak!"
"Mau kemana memangnya?" Tanya Kevin.
"Ada deh, ayo kak!"
Saat mereka akan keluar ternyata manik mata Kevin melihat adanya alkana di tempat itu juga, kini dia menyeringai dan mereka berdua langsung berjalan keluar. Namun Rania menghentikan langkahnya lalu menatap ke arah alkana.
"Eh, kakak namanya kak alkana kan? Ternyata disini juga ya? Kalau begitu kamu duluan ya kak, selamat bersenang-senang." Ujar Rania sembari tersenyum manis.
Sedangkan di dalam hati alkana dia sudah mengumpat dan ingin sekali menarik tangan Rania lalu membawanya pulang, lalu dia mengirim sebuah pesan kepada Rania.
Alkana: [pulang kau sekarang! Mau aku adukan ke mama kalau kau berselingkuh, hah? Aku tunggu kau di mobil!]
Rania langsung membaca pesan dari lelaki itu dan tersenyum menang, dia melirik ke belakang dan menjulurkan lidahnya lalu berkata tanpa suara.
"Bodo amat!"
"Kak kevin, maaf ya." Rania langsung melepaskan tangannya, saat tangan kiri Kevin memegang tangan Rania yang merangkul satu lengan lelaki itu.
Kevin menaikkan satu alisnya melihat sikap yang berbeda dari Rania, tadi wanita itu sangat dekat bahkan tanpa segan merangkul lengannya dan sekarang dia malah melepaskannya saat Kevin memegang tangan wanita itu.
"Kevin!" Teriak alkana.
Kevin langsung menoleh ke belakang dan tersenyum licik ke arah alkana, "ada apa?"
"Hari ini ada tanding basket dengan SMA sebelah, kau harus segera datang karena sudah di tunggu oleh yang lain!" Perintah alkana.
"Aku tahu! Dan sekarang masih ada waktu untuk aku berjalan-jalan dengan Rania, kenapa kau ada disini juga? Kau membuntutiku? Jangan bilang kalau kau menyukaiku." Tanya Kevin.
"CK, sialan kau!" Umpat alkana.
Ponsel Rania langsung berdering dan panggilan tersebut dari ibu mertuanya, "iya, halo ma!"
"Sayang, kamu sudah pulang sekolah?"
"Sudah, ma."
"Kamu dengan alkana kan? Katakan padanya untuk langsung pulang ya, karena hari ini kalian pindah ke apartemen, apartemennya Sudah di bersihkan." Perintah silvi.
"Oh, baiklah ma."
Sambungan teleponnya langsung terputus, Rania memijat pelipisnya dan langsung menatap kevin. "Kak, aku harus segera pulang sekarang! Kakak ada urusan lain kan? Kalau begitu Rania akan pulang sendiri naik taksi saja!"
"Kamu yakin? Tidak mau aku antar saja?" Tanya Kevin.
"Tidak kak!"
"Ya sudah aku tunggu sampai taksinya datang ya."
Rania tersenyum dan menganggukkan kepalanya, tidak butuh waktu lama akhirnya taksi yang dipesan Rania pun tiba. Rania langsung masu kedalamnya, setelah kepergian Rania, Kevin langsung menatap tajam ke arah alkana dan melajukan motornya meninggalkan alkana begitu saja.
"CK, awas kau Rania!" Alkana langsung mengejar taksi yang Rania tumpangi.
Dia membunyikan klakson agar taksi tersebut segera menepi, namun sudah berulang kali taksi itu tidak juga menepi. Rania yang berada di dalam meminta agar taksi itu tidak menepi dan terus saja melaju menambah laju kecepatannya.
"Pak tambah kecepatannya ya jangan biarkan kita di salip sama mobil itu!" Ucap Rania.
"Tapi Mbak, kalau dia memaksa untuk menyalip nanti bahaya!"
"Biarkan saja pak! Intinya jangan sampai mobil itu menyalip taksi bapak!"
Namun bukan alkana namanya jika tidak berhasil menyalip taksi tersebut, lalu taksi itu langsung berhenti dan alkana melangkahkan kakinya keluar untuk membawa Rania bersamanya.
"Pak jangan bukakan pintunya ya! Dia itu berbahaya!" Pinta Rania.
"Rania, buka pintunya!"
"Pak, buka pintunya atau aku pecahkan kacanya!" ancam alkana.
Supir itu ketakutan dan langsung membuka pintu, dengan segera alkana menarik tangan Rania dengan kasar agar wanita itu mau keluar. Supir taksi menghalangi aksi alkana dan mengancam akan berteriak.
"Pak, saya kan mau menjemput istri saya sendiri! Kenapa bapak mau berteriak? Teriak apa? Teriak begini, suami ambil paksa istrinya dari dalam taksi bapak begitu?" Ketus alkana.
"I-istri?" Tanya supir itu bingung.
"Eh, tidak pak! Saya bukan istrinya!" Rani berkilah.
Supir itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Masih sekolah tapi sudah menikah? Tapi katanya tadi juga tidak, hah, mana yang benar?"
Alkana langsung membawa Rania masuk ke dalam mobil dan mengunci mobilnya agar Rania tidak bisa kabur, " mau lari kemana, hah?"
"Kak alkana jangan begitu ih, seram tahu! Sudah jelek jadi semakin jelek!"
"Siapa yang jelek?" Tanya alkana dengan tatapan tajam.
"Berani sekali kau pergi bersama Kevin dan bergandengan tangan dengannya."
"Memangnya kenapa? Kakak cemburu ya?"
Rania langsung menelisik wajah alkana, "kan benar, kakak cemburu!"
Saat ini wajah alkana sudah seperti kepiting rebus, dia ingin marah namun tidak bisa karena dirinya telah dituduh oleh Rania. Dia tidak ingin Rania berpikiran jika dirinya menyukai Rania.
"Turun, kau!" Perintah alkana.
"A-apa?" Teriak Rania terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍
2022-11-14
0