"jangan ngaco ya kak! Tadi Kakak kenapa sibuk suruh Rania turun dari taksi kalau akhirnya kakak suruh turun juga dari mobil kakak, hah?" Protes Rania.
"Makanya jangan banyak tingkah, diam saja!"
"Hari ini kita pindah ke apartemen, semua aturan yang ada di apartemen itu aku yang atur, jadi kau harus tunduk pada aturan ku!" Tegas alkana.
"Iya, aku tahu!"
Alkana langsung melajukan mobilnya, di dalam mobil Rania terus saja mengumpat dan memaki lelaki itu. Karena dia sudah tahu peraturan yang di buat oleh alkana pasti tidak akan pernah baik untuk dirinya.
"Kenapa wajahmu seperti itu?" Ketus alkana.
"Kenapa sih, sibuk banget ngurusin wajah orang segala! Sudah kakak fokus saja mengemudi!"
"Kau dan Kevin ada hubungan apa?" Tanya alkana.
"Kenapa tanya-tanya? Kalau memang ada, hubungannya dengan kakak apa? Ya kakak juga carilah wanita agar punya hubungan juga." Jawab Rania santai.
Alkana langsung menyentil jidat Rania hingga sang empunya meringis kesakitan.
" Apa sih kak? Sakit tahu!"
"Kalau sudah tahu sakit, jangan memancingku orang untuk melakukannya terus. Kau bisa tidak sih nurut pada suamimu, hah?" Tanya alkana.
Alkana menatap tajam Manik mata rania, membuat wanita itu langsung menciut nyalinya. Dia menatap lurus ke depan, dan tidak berani mengajak lelaki itu bercanda atau membantah perkataanya lagi.
Sesampainya mereka dirumah, alkana langsung keluar dan menutup pintu mobil dengan kasar membuat Rania tersentak lalu mengusap dadanya karena merasa jantungnya hampir melompat keluar. Dia meneguk salivanya dengan susah payah dan langsung keluar menyusul alkana. Dia merasa jika alkana saat ini benar-benar tengah marah pada dirinya, sehingga membuat Rania bingung.
"Dia marah sungguhan kah?"
"Mengerikan juga ya, tapi bodo amatlah! Buat saja dia marah terus-menerus jika bisa lebih marah dari ini, agar aku segera di ceraikan."
Rania langsung melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam rumah, dia melihat wanita paruh baya tengah menyambutnya. Rania langsung mencium punggung tangan wanita itu.
"Sayang, kalian harus akur ya! Kalau bisa kalian pergi berbulan madu!" Ujar Silvi berbinar.
Rania yang mendengarnya langsung terbatuk tersedak air liurnya sendiri dan menepuk dadanya pelan, sedangkan alkana hanya memasang wajah datar dan tidak berminat mendengarkan celotehan mamanya yang menurutnya sangat konyol.
"Ma, kalau begitu Rania pamit ya! Mama dan papa jaga kesehatan baik-baik, nanti Rania akan sering main kesini." Ujar Rania.
"Iya sayang, nanti kalau alkana mengganggumu katakan pada mama ya!"
Rania langsung melirik tajam ke arah alkana dan mengatai alkana dalam hatinya. 'Andai mama tahu kalau dia selalu menggangguku, bahkan hampir setiap detik, menyebalkan!'
"Apa sih, ma! Aku itu anak baik ya, menantu kesayangan mama itu yang suka mencari masalah."
'Sabar Rania, kamu harus memasang wajah polos seperti bidadari jatuh karena terjungkal. Eh, apa sih? Sudahlah intinya agar mama Silvi percaya jika aku yang baik, hehe.' Batin Rania.
"Mama tidak percaya!" Sahut Silvi.
'Hmmm, mampus! Apa aku bilang.' batin Rania lagi.
Wanita itu menaikkan sebelah alisnya mengejek alkana, lalu alkana menatap Rania dengan tajam. Rania berpura-pura tidak tahu dan hanya menggedikkan bahunya acuh, mereka mencium tangan wanita paruh baya itu dan langsung pergi menuju mobil.
Semua barang mereka telah dibawa oleh mobil khusus pengangkut barang, sedangkan mereka hanya membawa barang penting mereka saja. Rania menatap alkana dengan pandangan yang sulit di artikan.
"Kak alka, Rania pasti akan jadi istri yang baik kok. Nanti Rania akan bangun pagi dan menyiapkan sarapan lalu menyetrika baju kak alka juga, dan pokoknya Rania akan menjadi istri yang baik."
"Membuat anak juga?" Tanya alkana santai.
Rania langsung terkejut dan memukul bahu alkana dengan kuat dia bergidik ngeri, alkana meringis kesakitan dan menatap tajam ke arah Rania. Namun Rania langsung menutup wajahnya, dia ketakutan jika alkana benar melakukan hal itu karena saat ini mereka sudah tinggal berdua saja. Akan mengadu pada siapa jika alkana berbuat macam-macam pada dirinya, Rania hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar.
Sesampainya mereka di apartemen, semua barang mereka telah rapi dan rania langsung merebahkan tubuhnya diatas sofa. Lalu mengingat soal kamar, Rania kembali duduk dan menatap alkana.
"Kak alkana, kamarnya ada berapa?" Tanya Rania.
"Seharusnya ada dua, kau tempati kamar belakang!" Perintah alkana.
"Baiklah!" Rania langsung bangkit dan berjalan menuju kamarnya, namun saat sampai di depan kamar tersebut Rania membulatkan matanya.
"Kak alkana!" Teriak Rania.
"Apa sih, berisik sekali!"
"Lihat ini." Rania menunjuk pintu tersebut yang terdapat sebuah tulisan.
[Kamar ini ditutup karena seisi kamarnya telah di hancurkan! Jadi, kamar ini tidak bisa di gunakan lagi.]
Rania membaca dengan lantang tulisan itu dan mengerutkan keningnya, "jangan bilang ini ulahmu ya kak!"
"CK, untuk apa aku melakukan itu! Aku juga tidak Sudi berbagi ranjang dengan mu!" Ketus alkana.
"Ini pasti ulah mama!" Lanjut alkana.
Alkana berusaha membuka paksa pintu itu namun tidak dapat terbuka, walaupun dia telah mendobraknya dengan begitu keras. Lalu dia menggelengkan kepalanya.
"Kamarnya memang tidak bisa di buka!" Ujar alkana.
"Jadi, aku tidur di mana dong?"
"Tidur didapur!"
"Enak saja, lebih baik aku menginap di hotel kan sekarang aku sudah banyak uang." Ejek Rania.
Akan tetapi Rania melirik ke kintu kamar utama kaku beralih melirik ke arah alkana, saat ada kesempatan Rania langsung berlari masuk dan menutup pintunya lalu mengunci pintu tersebut dari dalam.
"CK, sialan! Buka pintunya Rania!" Perintah alkana.
"Tidak!"
"Buka!"
"Lalalalala." Terdengar wanita itu bernyanyi di dalam kamar.
Rania langsung pergi menuju kamar mandi dan merendam tubuhnya di dalam bathub, dia tidak peduli dengan alkana yang terus menggedor pintu kamar meminta di bukakan.
Dia menghirup aroma wangi dari sabun yang ia pakai, lalu setelah selesai dengan rutinitas mandinya dia melilitkan handuk ke tubuhnya. Dia tidak lagi mendengar suara alkana yang berteriak meminta dibukakan pintu, dia menggedikkan bahunya acuh dan langsung memakai pakaiannya.
Rania langsung merebahkan dirinya di atas ranjang lalu berguling ke kana dan ke kiri, dia menikmati tidur di dalam kamar tanpa adanya seorang pengganggu.
"Ahhh nikmatnya tanpa ada bayangan alkana di kamar ini."
"Ternyata bahagia itu sederhana ya! Iya sederhana sekali tanpa adanya alkana, aku sudah bahagia!"
Akan tetapi perutnya terasa lapar sehingga Rania bangkit dan melangkahkan kakinya menuju ke dapur. namun dia menghentikan langkahnya dan mendekatkan telinga nya ke pintu, saat merasa aman dia langsung membuka kunci dan dia terdorong ke belakang karena alkana langsung mendorong pintunya dengan kuat.
"Aaaaaaa." Jerit Rania.
Alkana langsung menarik kuat tangan alkana hingga wanita itu tidak jadi terjatuh dan langsung menabrak kuat tubuh alkana, hingga bibir mereka bertabrakan. Alkana dan Rania secara bersamaan melebarkan mata dan melirik kebawah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments