"tidak, aku punya uang ya! Kamu tenang saja." Ujar Rania.
Mereka langsung masuk ke dalam kelas dan di jam pertama meraka adalah pelajaran olahraga, dan praktek di lapangan. Para siswa di kelas unggulan langsung mengganti pakaian menjadi pakaian olahraga, Rania lupa membawa pakaiannya, dia tidak tahu jika hari ini ada pelajaran olahraga.
"Gimana ini? Semuanya sudah ke lapangan, aku pakai apa?" Gumam Rania bingung.
"Aduh, habislah aku!"
"Rania." Panggil Kevin.
"Eh, kak Kevin. Ada apa ya kak?" Rania langsung menghampirinya kedepan kelas.
"Sedang mengecek setiap kelas saja, kamu kenapa tidak ikut bergabung dengan yang lainnya?"
"Emmm, anu kak."
"Anu apa?" Tanya Kevin dengan mengerutkan keningnya.
"Aku lupa membawa baju olahraga kak." Jawab Rania menundukkan kepalanya.
"Kenapa bisa lupa? Mau pakai baju olahragaku saja tidak?"
"Eh, memangnya boleh kak?"
"Boleh."
"Tunggu sebentar ya, aku ambilkan dulu!" kevin tersenyum manis dan langsung pergi untuk mengambilkan bajunya.
Setelah beberapa menit kemudian, dengan nafas tersenggal Kevin langsung memberikan bajunya pada Rania. Wanita itu menerimanya dengan ragu, tetapi Kevin langsung meletakkannya di tangan Rania dan tersenyum manis.
"Sudah cepat pakailah, nanti kamu bisa di hukum. Kalau begitu aku pergi dulu ya!"
"Em, terima kasih ya kak!"
"Kenapa baik sekali sih kak, jangan baik-baik banget dong kak Kevin. Nanti perasanku oleng ke kakak." Beo Rania.
Rania langsung menuju ke toilet untuk mengganti pakaiannya, setelah selesai dia langsung berlari menuju lapangan dengan nafas yang ngos-ngosan. Sesampainya di lapangan dia langsung menghadap ke guru penjas.
"Maaf pak, saya terlambat!"
"Kenapa kamu bisa terlambat?"
"Emm itu pak-"
"Ya sudah, bergabung sana dengan yang lainnya!"
"Baik pak! Terima kasih." Rania langsung bergabung dengan yang lainnya.
"Rania, Kenapa kamu bisa terlambat? Dan kenapa memakai baju olahraga laki-laki?" Bisik Sherly.
"Hah? Memang ada bedanya ya?" Rania langsung memperhatikan baju yang ia kenakan dengan baju Sherly.
Dan benar saja, garis celana dan juga gambarnya berbeda. Pantas saja banyak anak cewek yang melirik sinis ke arahnya, ternyata karena dia mengenakkan pakaian cowok.
"Ah, bodo amatlah! Yang penting aku bisa mengikuti pelajaran olahraga dari pada nilaiku telor kan!" Ujar Rania.
Pelajaran kali ini mereka bermain bola voli, dan Rani cukup pandai sewaktu di sekolah lamanya. Sehingga waktu giliran dia menservis, bola tersebut melambung tinggi dan terlalu jauh hingga bola itu mengenai kepala alkana yang sedang berjalan dengan kedua temannya.
"Shitt, sialan! Siapa yang melempar bola ini?!" Teriak alkana emosi.
"Bukan aku kak!" Jawab yang lain.
Rania meremas jemarinya, dia tidak menyangka jika bolanya akan mengenai alkana. Apa lagi saat disekolah dia tidak bisa mengerjai lelaki itu, dan bahkan sifatnya jauh berbeda lelaki itu lebih dingin, acuh dan juga tidak bisa disentuh jika tidak ingin mendapatkan masalah.
"Rania kak! Sengaja dia itu!" Teriak Helena.
"Helena, apa-apaan sih kau!" Ketus Sherly.
"Loh kan memang benar, dari pada kak alkana marah pada kita semua! Biarkan saja Rania yang menanggung semuanya sendiri!"
"CK." Sherly ingin sekali meninju wajah Helena namun ia urungkan.
Rania langsung maju dan mengambil bola tersebut, dia menatap ke arah alkana yang sedang emosi. Dia gugup dan juga gemetar, alkana menatapnya dengan tajam lalu menarik lengannya.
"Ikut aku!" Teriak alkana.
Rania dengan gemetar mengikuti langkah alkana dan diikuti Kenan dan juga Alex. Dua lelaki itu melempar bola volinya dan melemparkannya ke arah para siswa yang sedang bermain voli tadi. Sherly terlihat sangat bingung dan khawatir ingin menolong Rania, akan tetapi bisa jadi dia yang terkena masalah nantinya.
"Alkana, kau jangan kasar-kasar pada rania kenapa, lagi pula kan tidak keras juga kena nya." Ujar Alex.
"Diam kalian berdua! Pergi sekarang! Tinggalkan kami berdua saja." Perintah alkana.
"Tap-"
"Tidak ada tapi-tapian! Cepat pergi!"
Mereka berdua langsung pergi meninggalkan alkana dan juga Rania berdua saja. Alkana membawa Rania masuk ke dalam ruang penyimpanan barang-barang olahraga. Rania menatap manik mata alkana dengan gugup dan juga bingung.
"Kak, maaf!"
"Kau tau kesalahanmu!?" Tanya alkana penuh penekanan.
Rania menganggukkan kepalanya, "kau sengaja ya?"
Rania menggelengkan kepalanya dan langsung melirik ke arah kepala alkana. "Sakit ya kak?"
"Menurutmu?!" Ketus alkana.
"Nanti di rumah Rania langsung obati ya kak!"
"Tidak, obati sekarang!"
"Hah? Sekarang?"
"Iya, sekarang! Kan sakitnya sekarang!"
Alkana langsung duduk di sofa dan menepuk tempat di sebelahnya agar Rania juga duduk di kursi tersebut. setelah rania duduk, alkana langsung merebahkan kepalanya diatas paha Rania, membuat Rania membulatkan kedua bola matanya.
"Kak." Lirih Rania.
"Jangan banyak bicara, pijat kepalaku sekarang!"
Alkana langsung memejamkan matanya, Rania gugup berada diposisi seperti ini. Dia langsung memijat kepala alkana dengan perlahan, alkana bisa mendengar detak jantung Rania saat ini dengan jelas. Bibirnya mengulum senyum tipis dan langsung merubah raut wajahnya kembali datar.
"Kak, sudah."
"Kak alkana?"
"Apa dia tidur? Aku sudah capek-capek memijatnya, dia malah tidur!"
"Hah, dasar ya. Memanfaatkan kesempatan sekali. padahal kan tidak sakit, kan cuma kena begitu saja, padahal dipukuli preman kemarin saja tidak sakit." Gerutu Rania.
Rania langsung terdiam menatap lekat wajah alkana, tiba-tiba jantungnya kembali berdetak dengan kencang lagi. Dia langsung memegang dadanya, dia tidak mau kalau sampai alkana mendengar suara detak jantungnya. Bisa-bisa nanti alkana salah paham dengan perasaan Rania.
Rania mengusap surai hitam alkana dan mengulum senyum, dia tersenyum lembut dan menatap alkana dengan tatapan yang begitu dalam. Jam istirahat telah berlalu, rencana Rania akan mentraktir satu sekolah gagal total akibat alkana yang belum juga terbangun.
"Kak bangun!"
"Huuft, mau sampai kapan sih disini terus? Kalau ada yang masuk dan melihat, lalu salah paham gimana? Aish, kak alkana ini!"
Tanpa sadar Rania ikut memejamkan matanya dan tertidur, tangan Rania di tarik oleh alkana dan di letakkan di dadanya lalu ia genggam erat. Lelaki itu memiringkan tubuhnya menghadap Rania, lalu memeluk pinggang rania. lelaki itu sejak tadi sebenarnya tidak tertidur sama sekali, dia hanya tidak ingin Rania di permalukan satu sekolah nantinya. Entah kesambet apa lelaki itu, tetapi dia benar-benar memikirkan Rania kali ini.
Alkana tanpa sadar akhirnya ikut tertidur juga, posisi seperti ini membuat alkana merasa nyaman. Entah sesuatu apa yang dilakukan oleh Rania, sehingga dia ingin waktu agar tidak cepat berlalu, atau bahkan jika bisa berhenti sejenak.
Di luar ada seseorang yang ingin membuka pintu dan suaranya terdengar sangat berisik, sehingga membuat Rania terbangun dan membulatkan matanya. Dia melihat alkana yang masih tertidur dengan memeluk dirinya, Rania langsung menggoyang-goyangkan tubuh alkana.
"Kak, bangun! Ada yang datang kak!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments