Emily, Sang Gadis Bisu
"TIDAAAAAKKK!!!!!"
"AYAAAAHH!!! IBUUUU!!!!"
Suara teriakan seorang bocah manis berusia 8 tahun, menggema di malam yang sangat gelap gulita. Suasana sangat sepi dan mencekam. Tak ada yang mendengar teriakan gadis cilik tersebut.
"SEKARANG GILIRANMU!! BUNUH GADIS KECIL ITU!! BUNUH DIA!! BIAR TIDAK ADA SAKSI MATA!!!" terdengar perintah dari seorang pria yang memakai topeng.
Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, yang diberi perintah itu, dengan ragu-ragu menghampiri si gadis cilik.
"TIDAK!! PERGI!! JANGAN BUNUH AKU!! TOLOONG!!" pinta sang bocah. Refleks, ia menarik topeng yang di pakai si anak laki-laki tersebut.
"K' Jeremy..??" lirih gadis itu.
"CEPAT!! BUNUH DIA, JEREMY!!" bentak sang pria dewasa.
Gadis cilik itu menggeleng.
"Aku membencimu, K' Jeremy.. Sangat membencimu.. Aaakkhh.."
BLESS...
Suara sayatan terdengar begitu sang gadis cilik selesai berbicara. Tubuhnya ambruk ke tanah dan kepalanya mengenai batu yang ada di dekatnya.
'Maafkan aku, Clea..'
*******************
13 Tahun Kemudian
Di malam yang sangat mencekam itu, Emily Hopkins dan tiga orang dewasa itu harus bersabar di tempat persembunyian mereka. Sementara di luar sana, para perampok mengobrak-abrik isi Villa itu.
Para perampok memeriksa setiap kamar, namun yang mereka cari tidak juga di temukan.
"Nona, aku sudah memberitahu Tuan Antonio. Mereka sedang dalam perjalanan ke sini." bisik Bibi Liana, pelayan setia keluarga Charlos, kepada Emily.
"Apakah kau memberitahukan kepada mereka, di mana kita bersembunyi?" tanya Emily menggunakan bahasa isyarat.
"Tidak, Nona." bisik Bibi Liana.
"Itu bagus." isyarat Emily.
Saat ini, mereka sedang bersembunyi di gudang yang ada di belakang Villa. Tadi, mereka baru saja mengunjungi sebuah panti asuhan di daerah itu, dan singgah sebentar di Villa keluarga Charlos untuk beristirahat sejenak.
The Char Villa, nama Villa tersebut, hanya di gunakan untuk keperluan keluarga, jika ada yang berkunjung ke kota T, mereka bisa menempati Villa itu. Ada Pak Dion dan Bu Milla yang bertugas menjaga kebersihan Villa.
Jujur saja, Bibi Liana masih bingung dengan tingkah Nona mudanya. Alih-alih menghubungi Tuan muda, Jeremy Charlos, suami dari Emily, nona mudanya justru menyuruhnya menghubungi Tuan Besar, Antonio Charlos.
Bahkan melarangnya untuk memberitahu di mana mereka bersembunyi.
Sementara itu, Emily justru berkutat dengan pikirannya. Ia tahu dengan jelas, apa alasan para perampok itu datang ke Villa. Siapa lagi yang menyuruh mereka kalau bukan suaminya sendiri?
Pria yang sama sekali tidak menginginkan pernikahan mereka, pria yang membencinya setengah mati, hanya karena Emily bisu, dan pria yang menginginkan kematian Emily.
Pernikahan mereka hanya karena sebuah surat wasiat yang berisi perjanjian antara para Kakek dari kedua keluarga, Marco Charlos dan Thomas Hopkins.
Kisahnya, kedua laki-laki itu awalnya ingin menjodohkan anak mereka, namun ternyata keduanya sama-sama hanya memiliki anak laki-laki, jadinya perjanjian menurun ke cucu mereka.
Emily Hopkins awalnya akan di jodohkan dengan Richard Charlos, namun Richard meninggal secara tragis pada saat ia berlibur bersama Kakek dan Neneknya ke Villa di kota L, 13 tahun yang lalu. Anehnya, sampai saat ini, tidak diketahui siapa pelakunya.
Karena itu, Emily pun akhirnya di jodohkan dengan Jeremy, karena Jeremy adalah anak dari istri kedua Antonio Charlos yang dinikahi secara siri karena terpaksa.
Baru 1 tahun mereka menikah, namun bahaya sudah sering mengintai kehidupan Emily. Semuanya berasal dari suaminya yang kejam itu.
Pada hari mereka menikah, malamnya Jeremy berangkat ke Kota S dengan alasan mengurus bisnisnya yang bermasalah di sana. Tak pernah ada kabar hingga sepuluh bulan kemudian baru ia kembali ke kota J, dengan membawa seorang gadis cantik yang baru berusia sekitar 18 tahun, Clarissa Eden.
Selama sepuluh bulan awal pernikahannya, hidup Emily aman-aman saja, namun sejak kepulangan suaminya, saat itulah hidupnya penuh dengan ancaman dan mimpi buruknya di mulai.
BRAKK!!!
Suara pintu di dobrak membuyarkan lamunan Emily. Delapan orang pria dengan pakaian dan penutup wajah hitam, masuk ke dalam gudang.
"HAHAHAHA!!! TERNYATA KALIAN BERSEMBUNYI DI SINI!!!" tawa salah seorang dari para perampok.
Refleks, Pak Dion, Bu Milla dan Bibi Liana langsung berdiri di depan Emily, berusaha melindunginya. Mereka bertiga masing-masing juga sudah memegang balok kayu, yang Emily sendiri juga tak tahu dari mana mereka mendapatkannya.
"MINGGIR KALIAN!! KAMI TIDAK ADA URUSAN DENGAN KALIAN!! YANG KAMI INGINKAN HANYA MAJIKAN KALIAN ITU!!" ujar salah seorang dari mereka sambil menunjuk Emily.
"PERGI!!! SILAHKAN AMBIL BARANG BERHARGA YANG KALIAN MAU!! TAPI JANGAN SENTUH NONA MUDA KAMI!!!" bentak Bibi Liana.
Emily berdiri dan memandang para perampok itu. Meskipun ia menguasai ilmu bela diri, namun ia yakin, jika melawan delapan orang sekaligus, tentu ia pasti kalah. Apalagi, para perampok membawa senjata tajam. Sudah pasti, mereka dikirim untuk membunuhnya. Namun, tak salahnya berusaha bukan?
Emily juga tak mungkin membiarkan para pelayannya yang baik hati terluka.
Emily kemudian memberi isyarat pada ketiga pelayannya, dan mereka berempat kemudian menyerang para perampok dengan sekuat tenaga sambil berdoa dalam hati, semoga bantuan segera datang secepatnya.
Saat mereka sudah mulai kewalahan, tiba-tiba terdengar seseorang berteriak memanggil Emily. Disusul bunyi tembakan dan seorang perampok tiba-tiba rubuh dengan darah yang mengalir dari kepalanya.
Sontak semua menoleh ke arah pintu, di sana berdiri Jeremy Charlos dan beberapa saudaranya.
"Tu...."
DORRR!!! DORR!!!DORRR!!!
Belum sempat si perampok menyelesaikan panggilannya, bunyi tembakan berulang kali kembali terdengar diikuti robohnya seluruh perampok setelah sebelumnya melemparkan pandangan tak percaya pada Jeremy.
"Kakak!! Kenapa kamu membunuh mereka semua? Harusnya kau sisakan seorang untuk di interogasi!" ucap Steven, salah satu sepupu Jeremy.
"Benar, Kakak, seharusnya kau biarkan salah seorang hidup, biar kita bisa mencari tahu, apa penyebab mereka mau membunuh Kaka Ipar dan para pelayan!" sambung Indriana Charlos, salah satu adik tiri Jeremy.
"Aku tidak bisa membiarkan mereka membunuh istriku." kata Jeremy dingin.
Bohong... Dia bohong...
Emily tahu suaminya berbohong, tapi ia sama sekali tidak dapat mengatakannya. Ia hanya menatap sendu ke arah suaminya. Tubuhnya sangat lemah, terdapat banyak sobekan pisau di mana-mana, menyebabkan pakaiannya penuh dengan noda darah.
Sedangkan Pak Dion, Bu Milla dan Bibi Liana tidak tergores sama sekali. Tepat seperti dugaan Emily, kalau hanya dia yang di targetkan.
Emily merasa pusing, perlahan ia mulai kehilangan kesadarannya, tepat sebelum ia jatuh, Jeremy segera menangkap tubuh mungilnya.
"Ayo kita bawa mereka semua ke rumah sakit. Kalian bantu mereka." ujar Jeremy kemudian menggendong istrinya keluar.
Saudara-saudaranya yang lain pun membantu membopong Pak Dion, Bu Milla dan Bibi Liana keluar dari gudang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Gadis pemimpi
ceritanya seru kak😉
2022-12-03
3