Chapter 20

Cheline menghampiri Tirta dan mengangkat kepala Tirta lalu menyandarkan kepalanya diatas paha Cheline, Cheline sebisa mungkin mengajak Tirta untuk mengatur nafas agar dia tidak kehabisan banyak darah dan masih tetap sadar.

Komandan Wira langsung membawa Pak Wahyu palsu keluar menuju mobil polisi untuk melanjutkan pemeriksaan di kantor polisi.

"Tunggu, Komandan Wira!" panggil Tirta.

"Ada apa, Tirta? Kau jangan banyak bergerak!" ucap Komandan Wira.

"Aku minta kepadamu untuk meneliti siapakah pembunuh bayaran berjubah putih yang dia sewa untuk membantai keluarganya sendiri?" pinta Tirta kepada Komandan Wira.

Komandan Wira mengangguk dan berkata, "Baik Tirta, selanjutnya serahkan ini semua kepadaku!" lalu Komandan Wira meninggalkan rumah keluarga Frans untuk memeriksa Pak Wahyu palsu lebih dalam.

Selang tiga puluh menit kemudian barulah ambulance sampai di kediaman keluarga Frans, namun Tirta sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Tirtapun dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk menjalani perawatan lebih intensif.

Saat Tirta berada di alam bawah sadarnya, dia bermimpi seperti sedang berada di suatu tempat yang gelap dan aneh.

Tidak ada satupun manusia, hewan dan tumbuhan yang mirip dengan yang ada di bumi.

Dia melangkah dan terus melangkah, hanya ada 1 jenis pohon disana yang mirip dengan pohon darah naga di pulau Socotra.

"Tempat apa ini? Bukankah aku habis tertembak tadi, apakah aku sedang berada di neraka?"

Saking kelam dan gelapnya tempat tersebut, Tirta menduga kalau itu mungkin adalah neraka.

"Ahh.. tetapi rasanya tidak mungkin jika aku masuk neraka, sedangkan aku saja banyak sekali berbuat kebaikan dan juga rajin beribadah!"

Dengan penuh percaya dirinya Tirta merasa kalau dirinya tidak layak untuk masuk neraka, tiba-tiba terdengar suara yang memanggilnya dari kejauhan.

"Kak, Tirta, tolong!"

Suara itu mirip suara anak kecil berjenis kelamin perempuan, tetapi yang membuat Tirta bingung adalah siapakan anak kecil itu dan kenapa dia mengenal nama Tirta.

Tirta berlari mencari sumber suara itu, namun dia tidak menemukan siapa-siapa disana.

"Kakak, Tolong aku!"

Lagi-lagi Tirta mendengar suara yang sama, kali ini dia meneriaki balik suara itu.

"Hey, siapa kau disana yang memanggilku!"

Tirta meneriaki suara itu dan tiba-tiba dia melihat sosok anak kecil perempuan berusia sekitar 10 tahunan berdiri berjarak sekitar 5 meteran dari Tirta.

"Hey, anak kecil, apakah kamu malaikat yang akan mencabut nyawaku? Aku mohon kepadamu bisakah kamu mengundur waktunya menjadi beberapa tahun lagi!"

Tirta malah mengira kalau anak kecil itu adalah jelmaan dari malaikat pencabut nyawa yang sedang menemui dirinya, tetapi anak kecil itu tidak menanggapinya dengan serius.

"Suatu saat kakak akan tahu siapa diriku!"

Anak kecil itu menjawab dengan tatapan mata yang tajam ke arah Tirta, Tirtapun kini mulai menanggapinya serius.

["Kenapa selalu saja penuh teka-teki didalam hidupku? Kemarin pria berjubah putih dan sekarang ada anak kecil perempuan yang mengenal namaku tetapi aku tidak mengenalinya!"]

Tirta berbicara didalam hatinya, dia sungguh merasa aneh dengan anak kecil perempuan yang mengenalinya itu.

"Kakak jangan terlalu pusing memikirkannya, pria berjubah putih itu juga ada hubungannya dengan diriku!" ucap anak kecil itu.

Bagaikan tertembak peluru, Tirta terkejut mendengar ucapan anak kecil itu, ternyata anak kecil itu bisa membaca pikiran Tirta.

"Hey, anak kecil!" Tirta menunjuk ke arah anak kecil itu, "Jadi kamu juga bisa membaca pikiranku juga ya, siapa kamu sebenarnya, cepat katakan!"

Tirta semakin penasaran dengan sosok anak kecil tersebut, akan tetapi anak kecil itu tidak merespon ucapan Tirta.

Tiba-tiba anak kecil itu membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Tirta, Tirta hendak ikut berlari mengejarnya namun tiba-tiba tanah bergetar seperti gempa.

Tiba-tiba tanah itu bergerak ke atas dan membuat Tirta terpeleset dan jatuh hingga membuat Tirta kembali pingsan.

# # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #

Sementara itu di dunia nyata, Tirta sedang ditangani oleh dokter yang sedang mengeluarkan dua peluru yang bersarang di dadanya dan nyaris saja mengenai jantung dan paru-parunya.

Untung saja Tuhan masih menolong Tirta sehingga peluru itu tidak menembus sampai ke organ dalam Tirta.

Diluar ruangan operasi, Cheline ternyata yang menunggu Tirta yang sedang menjalani operasi.

"Tukk.. tukk.. tukk..!"

Suara langkah terdengar dan ternyata itu adalah suara langkah Komandan Wira dan Ayah Arman, mereka kesana untuk menjenguk Tirta di rumah sakit.

"Nona Cheline, maaf telah merepotkan anda! Apakah sudah ada kabar baik dari Tirta?" tanya Komandan Wira.

Chelinepun berdiri menerima salam dari Komandan Wira.

"Sementara ini tuan Tirta masih menjalani operasi untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di dadanya, kita doakan saja semoga dia masih bisa tertolong!" jawab Cheline.

Lalu Ayah Arman juga memberikan sambutan kepada Cheline.

"Perkenalkan, nama saya Arman, saya Ayahnya Tirta! Apakah Nak Cheline ini pacar anak saya atau hanya temannya saja?" tanya Ayah Arman.

Tentu saja pertanyaan Ayah Arman itu membuat Cheline menjadi salah tingkah dan kebingungan, namun dia mencoba untuk tetap bisa mengontrol dirinya.

"Ti.. tidak, Pak! Saya hanya temannya saja, saya ini putri dari tuan Frans yang kasusnya ditangani oleh anak anda!"

Cheline menjawab sambil melambaikan telapak tangannya, matanya menjadi sipit karena ada sedikit rasa canggung padanya.

"Oh, begitu ya! Maafkan saya yang sudah tua ini karena sudah sembarangan berbicara!"

Ayah Arman membungkukkan badannya untuk meminta maaf kepada Cheline atas ucapannya tadi.

Chelinepun tidak mempermasalahkan ucapan itu karena jujur saja sebenarnya Cheline juga sudah jatuh hati kepada Tirta, apalagi sekarang keadaan Tirta sedang kritis, hati Cheline sangat mengkhawatirkan dirinya.

"Ceklek!"

Tiba-tiba pintu ruang operasi terbuka dan Dokter yang menangani Tirta keluar dari ruangan itu, buru-buru Ayah Arman, Komandan Wira dan Cheline menghampiri Dokter tersebut.

"Bagaimana kabar anak saya, Dok? Apakah dia berhasil selamat?" tanya Ayah Arman.

Dokter itupun melepas masker yang dia kenakan, "Alhamdulillah, peluru yang bersarang di dadanya tidak sampai melukai jantung dan paru-parunya, jadi dia masih bisa terselamatkan!" jawab Dokter sambil senyum.

"Alhamdulillah, lantas apakah dia bisa pulih dengan cepat, Dok?"

Kembali Ayah Arman bertanya kepada Dokter karena dia memang sangat menyayangi Tirta.

"Untuk saat ini keadaan tuan Tirta masih kritis akibat kekurangan darah, akan tetapi saya sudah menyuntikkan obat untuk memulihkan tubuhnya dan nanti sore beliau akan pindah ke kamar rawat!"

Dokter itu menjelaskan keadaan Tirta saat ini kepada Ayah Arman dan yang lainnya, mendengar penjelasan dari Dokter, Ayah Armanpun sedikit merasa tenang karena anaknya mendapata penanganan yang tepat.

"Kita doakan semoga Tirta bisa cepat pulih, karena ada banyak yang ingin saya informasikan kepadanya!"

Komandan Wira berkata kepada yang lainnya, sebenarnya informasi apakah yang ingin Komandan Wira sampaikan kepada Tirta?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!