"Hiks.. hiks.. hiks..!"
Tirta tampak seperti sedang menangis, dia menundukkan wajahnya.
Nyonya Frans dan yang lainnya terkejut mendengar suara Tirta yang seperti sedang menangis.
Sementara itu, Bryan justru tersenyum mendengar suara Tirta yang seperti sedang menangis.
"Hahaha! Itulah kehebatanku! Dia pasti sekarang merasa kesakitan karena terkena pukulan tenaga dalam milikku, hahaha!"
Bryan dengan angkuhnya berkoar-koar dan mengatakan kalau Tirta menangis karena terkena pukulan tenaga dalamnya, namun tiba-tiba Tirta mengangkat wajahnya dan mengucapkan sebuah kalimat yang membuat semua orang terkejut.
"Saya kehabisan rokok! Apakah diantara kalian ada yang mau dan ikhlas membelikan saya rokok?-
"Meskipun hanya beberapa batang saja, saya akan mengingat jasa kalian sampai saya mati, saya mohon! Hiks.. hiks!"
Tirta merengek dan memohon kepada semua orang agar mau membelikannya rokok meskipun hanya beberapa batang saja.
Sontak hal itu membuat semua orang terkejut sekaligus lemas karena mendengar ucapan Tirta.
"Dasar kau pria aneh! Hanya karena tidak punya rokok saja kau sampai mengemis seperti ini, dasar pria memalukan!"
Bryan nampak sangat kesal sekali kepada Tirta, rupanya Tirta menangis bukan karena pukulan tenaga dalamnya namun karena rokok miliknya sudah habis.
"Hei, kau tidak mengerti bocah! Bagiku rokok itu sudah seperti nafas, apalagi jika setelah selesai makan, jika tidak merokok aku bisa gila!"
Tirta menggerutu dan memaki Bryan, sepertinya Tirta sudah sangat ketergantungan pada rokok sehingga membuat dirinya tidak bisa lepas dari rokok.
"Ini ambillah punyaku!"
Tiba-tiba ada yang melemparkan bungkus kotak rokok jenis Sigaret Kretek Mesin ukuran kecil, nyaris sebesar jarum rajut dan kebetulan rokok itu memiliki rasa menthol kesukaan Tirta.
Rupanya yang melempar bungkusan berisi rokok menthol itu adalah Imelda putri kedua tuan Frans Hutapea, dia memang selalu menghisap rokok jika sudah mulai merasa resah ataupun jenuh.
"Happ..!"
Dengan sigap Tirta menangkap bungkusan rokok tersebut dan langsung mengambil rokok itu sebatang dan segera dia membakarnya.
"Huhh.. akhirnya aku bisa bernafas dengan lega lagi! Terima kasih Imelda, lain kali akan aku traktir kamu berpesta di tempat dunia gemerlap favoritmu, kau bebas memilih dimana tempat favoritmu!"
Tirta sangat berterima kasih kepada Imelda karena telah menyelamatkan dirinya dari derita karena kehabisan rokok, dia berjanji akan mentraktir Imelda untuk berpesta di diskotik manapun yang menjadi tempat favoritnya.
"Terima kasih, tetapi itu tidak perlu, karena aku tidak menyukai dunia gemerlap dan minuman beralkohol! Aku hanya penyuka rokok menthol dan kopi hitam!"
Imelda dengan santainya menolak tawaran dari Tirta dengan alasan karena dia tidak menyukai tempat dunia gemerlap, dia hanya mengkonsumsi rokok dan kopi hanya disaat dirinya sedang merasa depresi ataupun sedang stress saja.
"Hmmm.. bagus kalau begitu, setidaknya aku tidak jadi mengeluarkan banyak uang untuk membalas budi kepadamu!"
Tirta lalu berjalan membawa tong sampah berisi ular cobra itu ke ruangan televisi, sementara rokok milik Imelda justru dia masukkan ke saku celananya.
Imelda yang menyadari hal itu hanya terdiam saja, justru Imelda menjadi tertarik dengan gaya Tirta yang kadang terlihat konyol tetapi kadang juga terlihat tengil.
"Tirta, setelah ini apa lagi yang akan kau lakukan? Ini sudah sangat berbahaya!"
Komandan Wira merasakan firasat buruk semenjak ditemukannya seekor ular cobra di lemari milik Cheline.
"Saya sudah sering berhadapan dengan bahaya, tanpa adanya bahaya maka tidak akan ada kasus rumit yang berhasil saya ungkap!"
Tirta melangkah mendekati Komandan Wira yang masih berdiri diantara keluarga Frans Hutapea.
"Pertama-tama yang harus kita lakukan adalah" Tirta tampak menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu, "Kemana nona Cheline, bukankah dia masih pingsan di kamarnya! Kenapa kalian tinggalkan dia begitu saja!"
Tirta berteriak kencang, seketika semua orang baru menyadari kalau mereka meninggalkan nona Cheline yang masih pingsan di kamar setelah menemukan ular cobra di dalam lemari pakaiannya.
"Tukk.. tukk.. tukk..!"
Tirta langsung berlari menaiki anak tangga menuju kamar Cheline di lantai kedua, segera dia bergegas masuk ke kamar Cheline.
Rupanya Cheline masih terbaring dilantai kamarnya dekat dengan lemari pakaiannya, Tirta langsung mengangkat tubuh Cheline dan memindahkannya ke atas ranjang.
Entah apa maksud Cheline memakai pakaian kimono tipis sedangkan sebentar lagi dia akan menghadapi Tirta untuk menjalani introgasi.
Tirta memang sering bergonta ganti pasangan, akan tetapi satu-satunya wanita yang pernah menjadi tambatan hatinya hanyalah satu yaitu Siska, mantan kekasih saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan.
Semenjak putus hubungan dari Siska, Tirta menghabiskan waktu dengan bermain game, berpesta dan bermain wanita hanya untuk bisa melupakan kenangannya bersama Siska dulu.
Tapi kini dihadapannya sedang terbaring wanita cantik dalam keadaan tak sadarkan diri, wajahnya polos dan imut, manis dan hidungnya mancung, Tirta sedikit memuji kecantikan Cheline.
"Apakah anakku baik-baik saja, tuan Tirta?"
Suara Nyonya Frans membuyarkan lamunan Tirta yang sedang asyik memandangi wajah Cheline, Tirtapun membalikkan badan menghadap kearah Nyonya Frans.
"Tenang, Nyonya Frans! Nona Cheline baik-baik saja, sebentar lagi dia akan segera siuman!"
Lalu Tirta kembali menghadap ke arah Cheline yang terbaring di atas ranjang empuknya, lalu Tirta menjepit ujung hidung Cheline lalu menjentikkan jarinya ke kening Cheline.
Seketika Cheline langsung siuman, dengan ekspresi wajah yang masih lemas akibat pingsan, Cheline menangkap tangan Tirta seperti ketakutan.
"Tolong aku, aku takut!"
Cheline menempelkan pipinya ke lengan Tirta sambil memohon dan meminta perlindungan dari Tirta.
"Tenanglah, Nona Cheline! Semua akan baik-baik saja jika ada aku disini!" Lalu Tirta membungkuk dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Cheline, "Aku akan bertanggung jawab atas keselamatanmu, Cheline!"
Cheline sedikit merasa tenang setelah Tirta berjanji akan bertanggung jawab atas keselamatan dirinya, Cheline memeluk tangan Tirta dengan manja bagaikan anak kecil yang memeluk Ayahnya.
Tirta diam sejenak, dalam pikirannya dia merasakan perasaan yang aneh didalam hatinya.
["Perasaan ini, kenapa aku bisa dengan entengnya mengucapkan kata itu?"]
["Arrgghh..! Bodohnya diriku, sekarang gadis ini pasti mengira kalau aku menyukai dirinya!"]
Tirta menggerutu didalam hatinya, dia menjadi salah tingkah akibat ucapannya yang secara spontan keluar dari lisannya.
Tirta menarik tangannya sendiri secara mendadak dari pelukan Cheline dan memasukkan kedua lengannya itu ke saku celananya, Cheline terkejut ketika Tirta melepaskan tangannya dari pelukan Siska secara mendadak.
"Sett..!"
Tirta menghampiri kembali lemari pakaian milik Cheline, dia mengernyitkan dahinya dan menatap tajam ke area dekat lemari pakaian.
["Hmm... posisi pintu lemari ini berubah dan banyak terjadi perubahan di area dekat lemari ini!"]
Tirta membungkukkan tubuhnya lalu merubah posisinya menjadi berjongkok di lantai dekat lemari pakaian Cheline.
["Ada percikan air disini, padahal jelas-jelas Cheline tidak ke kamar mandi dan langsung ke kamar untuk berganti pakaian!"]
["Tadi saat aku ingin mengambil ular cobra di dalam lemari juga aku tidak melihat adanya percikan air di lantai!"]
Tirta berkata-kata didalam hatinya, dia menemukan adanya percikan air didekat pintu lemari pakaian milik Cheline.
Tak hanya itu saja, dia juga mendapatkan posisi pintu lemari Cheline yang sedikit merapat, padahal jelas-jelas Tirta membuka pintu lemari itu lebar-lebar saat dia ingin mengamankan ular cobra yang ada didalam lemari pakaian milik Cheline.
"Tukk.. tukk.. tukk.."
Tirta langsung cepat-cepat membangunkan tubuhnya dari posisi jongkok, lalu berlari secepat mungkin menuju ke kamar mandi.
Komandan Wira mengikuti Tirta dari arah belakang, dia yakin kalau Tirta menemukan sebuah petunjuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments