Komandan Wira mengajak Tirta untuk bersama-sama menuju lantai atas untuk melihat keadaan Bryan.
"Apa, Bryan telah meninggal dunia!"
Tirta terkejut setelah Nyonya Frans menyatakan kalau Bryan sudah meninggal dunia, diduga penyebabnya karena keracunan susu protein tinggi yang dia minum.
Tirta langsung mengecek kondisi denyut pada leher Bryan, ternyata denyut nadinya sudah tidak terasa.
Mendadak Bryan teringat dengan ucapan sosok pria berjubah putih yang dia temui tadi di kamar Bryan.
Flashback On
["Aku akan memberikanmu satu kesempatan untuk pergi dari sini, maka aku tidak akan melukaimu!]
["Akan tetapi kalau kau tetap bersikeras dan angkuh, akan kupastikan pertemuan kedua nanti aku akan mencabut nyawamu! Hahaha!"]
Flashback off
Ternyata ucapan pria berjubah itu tidak bisa dianggap pepesan kosong, kini dia telah membunuh Bryan dengan menggunakan racun bubuk yang dicampurkan pada susu bubuk protein tinggi yang biasa dikonsumsi oleh Bryan.
"Tirta, apakah jasad Bryan juga akan kau tahan dahulu untuk kau jadikan bahan analisamu?"
Komandan Wira bertanya kepada Tirta perihal jasad Bryan.
"Tidak perlu, Komandan Wira! Sebaiknya segera laksanakan ritual pemakaman jenazah untuk Bryan!"
Tirta menyerahkan jasad Bryan kepada keluarga mendiang tuan Frans Hutapea, dia tidak memerlukan jasad Bryan untuk diselidiki karena dia sudah tahu pelakunya adalah pria berjubah putih.
Namun, Bryan masih belum menemukan cara ataupun petunjuk untuk mengetahui siapakah sosok wajah dibalik topeng pria berjubah putih.
Tirta merasa kalau orang dibalik topeng itu bukanlah orang sembarangan, Tirta harus memutar otak untuk menangkap si pelaku itu.
Singkat cerita akhirnya upacara pemakaman Bryan Hutapea berlangsung dengan tertib dan khidmat meskipun berlangsung di malam hari, jenazah Bryan dimakamkan menggunakan peti karena keluarga Frans beragama Kristen Protestan.
Tirta hanya menatapnya dari kejauhan saat proses pemakaman jenazah Bryan berlangsung, dia juga ditemani oleh Komandan Wira.
"Aku merasa kalau kasus ini semakin rumit dan penuh teka-teki, apakah kau masih ingin menangani kasus ini?-
"Kalau kau menyerah tidak apa-apa, Tirta! Tetapi aku yakin kalau tidak ada kata menyerah dalam kamus bahasamu, hahaha!" celoteh panjang Komandan Wira.
Tirta mengambil bungkusan rokok menthol yang baru dia beli, dia hisap sebatang rokok menthol itu.
"Kalau anda sudah tahu aku tidak akan menyerah, lantas kenapa anda tetap mempertanyakan itu kepada saya!"
Tirta melengos setelah menjawab perkataan Komandan Wira, lalu dia menghampiri motornya dan menaiki motor itu.
"Kau ingin kemana, Tirta? Upacara pemakaman belum selesai!"
Komandan Wira menegur Tirta yang hendak pergi dengan motornya.
"Katakan kepada mereka kalau aku turut berbela sungkawa atas kematian Bryan, aku harus menemui seseorang untuk meminta nasihat dan masukan! Besok siang aku akan kembali ke rumah mendiang tuan Frans!"
Tirta langsung menarik gasnya setengah full, lalu dia pergi begitu saja meninggalkan Komandan Wira dan upacara pemakaman Bryan.
"Dasar anak muda yang tidak sopan, padahal kau sudah dewasa tapi masih saja arogan! Padahal aku tadinya hanya ingin meminta rokok miliknya satu batang saja, huft!"
Komandan Wira melengos dan kesal atas tingkah laku Tirta tadi yang langsung meninggalkannya tanpa memperdulikan diri Komanda Wira.
Karena merasa jenuh sendirian akhirnya Komandan Wirapun ikut berkumpul dengan keluarga tuan Frans Hutapea yang sedang melakukan upacara pemakan Bryan.
# # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
Sementara itu Tirta sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, dia ingin mengambil sesuatu yang dia simpan di rumah.
Dalam waktu tiga puluh menit lamanya Tirta sampai di rumah, Ayah Arman membukakan pintu untuk Tirta.
"Bagaimana, Nak, apakah pekerjaanmu lancar?"
Ayah Arman melihat ekspresi wajah datar dari Tirta dan membuat dirinya merasa penasaran.
"Aku mendapatkan hambatan yang sedikit menyulitkan pekerjaanku, ada seseorang pengguna mantera yang aku curigai sebagai pelaku pembunuhan tuan Frans!"
Tirta duduk di kursi dan menceritakan semua yang dia alami selama berada di kediaman keluarga Frans Hutapea kepada Ayah, dia juga menceritakan sosok pria berjubah putih yang menggunakan mantera untuk melancarkan aksi pembunuhannya.
"Jadi pria berjubah putih itu mengancammu untuk tidak mengganggunya, Ayah heran kenap selalu saja ada sosok pria yang mengenakan jubah disetiap kasus misterius? Dulu Ayah juga pernah berhadapan dengan sosok misterius berjubah hitam!"
Ayah mengambil dua botol kopi dingin bermerek dari dalam lemari es, lalu memberikan satu kepada Tirta.
"Apakah Ayah juga pernah berhadapan dengan sosok misterius di masa lalu Ayah? Ceritakanlah kepada aku sekarang!"
Tirta meminta agar Ayah Arman menceritakan pengalamannya dahulu yang pernah berhadapan dengan sosok misterius yang menjadi musuhnya dulu.
Flashback On
(POV Ayah Arman)
Dulu sekitar lima belas tahun yang lalu saat Tirta masih kanak-kanak dan belum menjadi anak angkatku, aku pernah menghadapi pria misterius berjubah hitam.
Aku menghadapi pria berjubah hitam itu karena aku ingin menolong sebuah keluarga yang menjadi akan dijadikan korban tumbal untuk pria berjubah hitam itu, pria berjubah hitam itu juga pengguna mantera yang sangat hebat.
Kemampuanku tidak sebanding dengan kemampuan pria berjubah hitam itu, hanya saja aku memiliki akal yang cerdas untuk membuat strategi yang hebat.
Akhirnya aku berhasil menyudutkan pria berjubah hitam itu dan membongkar identitasnya, ternyata dia adalah sosok yang aku kenal, dia adalah adik kandungku yang sudah 10 tahun menghilang dan aku anggap sudah meninggal dunia.
Aku berhenti melawannya dan mengajaknya untuk bertaubat, akan tetapi dia menolak dan justru malah mengajakku untuk bergabung bersamanya dan membalas dendam kematian orang tuaku.
Aku tetap bersikeras untuk mengajaknya kembali ke jalan yang benar dan berhenti menjadi sekutu iblis, tetapi dia malah memanfaatkan kelengahanku untuk menikam dadaku dengan senjata tajam dan membuatku mati suri.
Namun, Tuhan berkehendak lain terhadapku, aku kembali hidup dari mati suri dan kembali berjuang menghadapi adikku yang sudah dibutakan oleh Iblis dan duniawi.
Pada akhirnya aku tetap gagal mengajaknya bertobat sehingga aku terpaksa membunuhnya, saat itu aku sudah tidak punya pilihan lagi selain menghabisinya nyawanya.
Aku juga telah gagal menyelamatkan keluarga yang dijadikan korban tumbal, hanya dua anak mereka yang tersisa.
Namun hanya satu anak yang aku selamatkan yaitu anak laki-lakinya saja, sementara anak perempuannya aku tinggalkan di dimensi gaib itu karena anak perempuan itu sudah menjadi wadah bagi Iblis.
Flashback Off
(POV Ayah Arman End)
Tirta begitu serius mendengar kisah pengalaman hidup Ayah Arman yang sangat menarik, sekarang dia juga sepertinya mengalami hal yang sama dengan Ayah Arman.
"Lalu sekarang bagaimana kabar anak laki-laki yang kau selamatkan itu, Ayah?"
Tirta penasaran dengan kabar anak kecil laki-laki yang diceritakan oleh Ayah Arman.
"Entahlah, tapi aku yakin sekali kalau anak laki-laki itu juga sudah sukses dan berbakat sepertimu, Tirta!"
Ayah Arman tersenyum sambil mengelus kepala Tirta, Tirta tersenyum senang karena setiap Ayah Arman mengelus kepalanya dia merasa seperti sangat disayang oleh Ayah Arman.
"Lalu apakah Ayah punya kisi-kisi mengenai pria berjubah putih yang akan menjadi musuhku ini?" tanya Tirta serius kepada Ayah.
Ayah Arman terdiam sejenak lalu dia menghela nafasnya dalam-dalam.
"Aku berani bertaruh kalau dibalik sosok pria berjubah hitam itu adalah orang yang sama sekali tidak pernah kau curigai!"
Ayah Arman menyampaikan pendapatnya berdasarkan pengalamannya, namun Tirta masih merasa kalau klue dari Ayah itu belum bisa membantunya.
Lalu Tirtapun pergi ke kamarnya dan mengambil sebuah papan meja tulis dan juga kertas yang biasa dia pakai untuk merekam sidik jari secara manual.
Besok pagi Tirta akan kembali ke rumah mendiang tuan Frans Hutapea untuk melanjutkan penyelidikan lebih dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments