Chapter 3

"Pak Komandan Wira, bisakah anda tenang sedikit!"

Tirta memerintahkan komandan Wira untuk tenang dan tidak tergesa-gesa, Tirta memang seorang pribadi yang sangat tidak suka mengerjakan sesuatu karena tergesa-gesa.

"Bukan begitu maksudku! Aku hanya merasa aneh kenapa kau tersenyum saat menatap ke cermin?"

Komandan Wira mengutarakan rasa penasarannya kepada Tirta.

"Oh, soal itu ya! Aku hanya tersenyum karena saat mengaca tadi aku melihat ada jerawat dibawah bibirku dan itu membuat wajahku nampak sedikit konyol. Hahahaa!"

Tirta menjawab pertanyaan komandan Wira sambil tertawa terbahak-bahak, sehingga membuat komandan Wira menjadi malu bukan kepalang.

"Aa.. aa.. aku minta maaf, aku kira tadi kau menemukan sebuah petunjuk!"

Pak Wira menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Tirta benar-benar sudah membuat dirinya menjadi malu bukan kepalang.

"Hahahaa! Lain kali sebaiknya anda harus lebih mengontrol emosional yang ada dalam dada anda, komandan Wira!"

Tirta tertawa dan mengejek komandan Wira, lalu dia berjalan kembali menyisiri jalan menuju keluar kamar mandi milik korban.

"Tuk.. tuk.. tuk.."

Suara langkah Tirta yang memakai sepatu pantofel safety terdengar sangat gagah.

Dia merogoh saku bajunya dan dia keluarkan kotak kayu yang berisikan rokok menthol yang biasa dia hisap.

"Komandan Wira, apakah anda suka dengan rasa menthol?"

Tirta menoleh kebelakang dan menawarkan rokok menthol miliknya kepada komandan Wira.

"Hmm.. aku bukan penikmat rokok menthol, rokok menthol dapat menyebabkan gangguan organ reproduksi, berhati-hatilah!"

Komandam Wira menolak tawaran dari Tirta, dia justru malah menasihati Tirta untuk tidak banyak menghisap rokok menthol yang dapat merusak organ reproduksinya.

"Persetanlah dengan jargon itu! Belum ada hasil ilmiah nyata yang jelas-jelas membuktikan kalau rokok menthol itu berbahaya bagi organ reproduksi!"

Tirta mengelak ucapan komandan Wira sambil menghembuskan asap rokok ke atas, Tirta memang pria yang arogan dan sulit untuk dinasehati, hanya Ayahnya saja yang bisa menasihatinya.

"Sudahi omong kosong ini, cepatlah kau cari petunjuk siapa pelaku pembunuhan terhadap pak hakim!"

Komandan Wira menegaskan suaranya kepada Tirta, dia tidak ingin berlama-lama dengan hal yang tidak berguna.

Komandan Wira adalah pria berdarah blasteran Jawa dan Jepang, meskipun usianya sudah hampir paruh baya namun dia masih terlihat gagah berani.

Komandan Wira sudah sepuluh tahun menjabat sebagai pimpinan tim khusus investigasi dan penyelidikan kasus di Polri.

Kini dia dipercaya untuk menjadi pimpinan tim yang menangani kasus pembunuhan misterius yang menimpa ketua hakim yang terkenal sudah banyak menjebloskan raja mafia di Indonesia, bahkan ada yang sampai dia jatuhkan hukuman mati.

"Komandan Wira, kalau anda ingin aku bekerja denganmu sebaiknya anda jangan banyak memerintahku, karena kalau tidak aku akan pulang kerumahku sekarang juga!"

Tirta mengancam balik komandan Wira sambil mematikan rokoknya dengan telapak tangannya sendiri.

Tirta adalah seorang pria ahli kriminal sekaligus detektif yang berbakat, sudah banyak kasus yang sulit dipecahkan oleh tim kepolisian namun akhirnya bisa terpecahkan berkat kecerdasannya dalam menganalisa kasus dan mencari petunjuk.

Sebenarnya pihak kepolisian belum tahu banyak informasi pribadi Tirta, hanya saja komandan Wira mengetahui kalau sebenarnya Tirta bukanlah anak kandung dari Pak Arman.

Tirta adalah putra angkat Pak Arman, Pak Arman adalah seorang veteran pensiunan dokter yang pensiun dini.

Entah bagaimana bisa Pak Arman mengangkat Tirta menjadi anaknya, yang jelas Pak Arman sangat menyayangi Tirta sudah seperti putra kandungnya sendiri.

"Tuk.. tuk.. tuk.. tuk.."

Tirta kembali melanjutkan langkahnya, kali ini dia melangkah menuju ke kamar milik si korban.

Komandan Wira mengikuti Tirta dari belakang, kali ini dia tidak banyak berbicara dan hanya fokus memperhatikan gerak-gerik dari Tirta.

Tirta mendekati pintu kamar milik korban, tidak lupa dia mengambil sarung tangan plastik di sakunya agar sidik jarinya tidak menempel pada gagang pintu.

"Ceklek!"

Tirta membuka pintu kamar lalu masuk ke dalam kamar itu, dia memperhatikan seisi ruangan itu secara mendetail.

Pandangan matanya menyisir seisi ruangan itu secara menyeluruh, tidak ada tanda-tanda mencurigakan ditempat itu.

Tirtapun kembali keluar kamar korban, ekspresi wajahnya datar dan biasa saja.

Komandan Wira hanya diam dan memperhatikan Tirta tanpa mengajukan pertanyaan apapun.

Lalu Tirta menuju ruangan tengah, dia menatap seluruh ruangan tengah tanpa dengan fokus.

Belum juga ditemukan tanda-tanda yang mencurigakan pada ruangan itu, hingga tiba-tiba saat Tirta menatap ke atas bibirnya tersenyum dan lalu dia berteriak.

"Aha!"

Tirta menghela nafasnya dalam-dalam, lalu dia kembali mengambil sebatang rokok dari sakunya.

Komandan Wira yang merasa penasaran kenapa Tirta berteriak lalu memberanikan untuk bertanya kepada Tirta.

"Apakah kau mendapatkan suatu petunjuk sampai kau berteriak kegirangan seperti itu?-

"Jangan kau katakan lagi kalau kau berteriak senang karena kau berhasil buang angin! Hahahahaa!"

Komandan Wira bertanya kepada Tirta dengan nada mengejek karena sebelumnya Tirta melakukan hal yang konyol.

"Hahahaa! Komandan Wira, anda ternyata orang yang humoris juga ya!"

Tirta membalas ejekan komandan Wira dengan tertawa, lalu dia menawarkan kembali rokok kepada komandan Wira padahal sebelumnya komandan Wira sudah menolak tawaran itu.

"Wajahmu sepertinya sudah sangat keriput, itu disebabkan oleh kurangnya zat nikotin dalam darahmu! Ambillah sebatang dan hisaplah agar kau lebih rileks!"

Tirta melempar kotak kayu berisi rokok miliknya ke komandan Wira, komandan Wira lalu menangkap dan menerima kotak kayu itu.

Sungguh mengejutkan ternyata komandan Wira membuka kotak kayu itu dan mengambil sebatang rokok, lalu dia juga meminta korek api kepada Tirta untuk membakar ujung rokok.

"Happ!"

Tirta melempar korek kayu kepada komandan Wira, komandan Wira menangkapnya dengan satu tangan.

"Cekrekk!"

Komandan Wira menggesekkan sebatang korek kayu ke sisi bungkus korek yang sudah dilapisi oleh lapisan mesiu hingga akhirnya korek kayu itupun terbakar dan komandan Wira gunakan untuk membakar ujung rokok yang ingin dia hisap.

"Komandan Wira, bolehkah aku bertemu dengan semua penghuni rumah ini termasuk dengan Asisten rumah tangga, Supir dan tukang kebun disini?"

Tirta meminta ijin kepada komandan Wira untuk berbicara dengan seluruh penghuni rumah korban.

"Tentu saja boleh, tetapi kalau kau mencurigai mereka aku rasa kau salah!-

"Saat kejadian, mereka semua sedang berada diluar rumah, korban hanya sendirian dirumah ini!"

Komandan Wira menduga kalau Tirta mencurigai orang dalam rumah sebagai pelakunya, tentu saja hal itu tidak mungkin mengingat kalau saat kejadian, keluarga korban dan juga yang lainnya sedang berada diluar rumah.

Hanya Pak Hakim sendirian yang berada didalam rumah.

"Tidak, Komandan Wira! Kau jangan mengeluarkan asumsi dahulu!-

"Aku hanya ingin mengobrol santai dengan mereka semua!"

Tirta melambaikan tangannya pertanda kalau dugaan komandan Wira terhadapnya adalah salah, Tirta hanya ingin berbincang sambil bersantai dengan seluruh penghuni rumah.

"Hmmm.. baiklah kalau memang itu maumu! Aku akan meminta Bripda Adam membawa mereka semua kesini!"

Komandan Wira mengambil ponsel dari saku celananya, lalu dia mengetik nomor kontak Bripda Adam untuk memintanya membawa keluarga korban dan Asisten Rumah Tangga, Supir, Security dan Tukang kebun kembali ke lokasi TKP.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!