Chapter 12

"Hahaha! Rasakan itu, setelah ini kau pasti akan selalu merasakan ketakutan, hahaha!"

Tirta menyeringai bahagia, dia sudah puas sekarang dan segera kembali menuju tubuhnya yang masih bersandar di sofa ruang televisi.

Saat sukma Tirta sudah berada di lantai bawah dan hendak menuju ruang televisi, sukma Tirta melihat kalau Komandan Wira hendak membangunkan tubuh Tirta dan itu membuat sukma Tirta menjadi panik.

Masalahnya adalah jika tubuh Tirta berubah posisi sementara sukma Tirta belum kembali kedalam tubuhnya, maka sukma Tirta selamanya tidak akan bisa masuk kembali kedalam tubuh Tirta.

Jika itu terjadi, untuk bisa kembali masuk kedalam tubuhnya maka dibutuhkan bantuan dari seseorang yang memiliki kemampuan supranatural untuk memasukkan sukmanya kembali ketubuhnya secara paksa.

Itulah resiko dari penggunaan mata kemampuan mata batin tingkat kedua.

Sukma Tirta langsung melesat terbang secepat kilat menuju ke tubuhnya, sementara jarak komandan Wira dengan tubuh Tirta yang bersandar di sofa hanya tinggal beberapa sentimeter lagi.

"Wusssshhh"

Dalam gerak lambat, terlihat sukma Tirta terbang sekuat tenaga agar bisa lebih dulu sampai ke tubuhnya sebelum Komandan Wira menyentuh tubuhnya.

Beruntung saja sukma Tirta bisa lebih cepat sepersekian detik masuk kedalam tubuhnya sebelum komandan Wira hendak menyentuh tubuhnya.

"Gubrakkk!"

Tubuh Tirta terdorong ke samping sofa akibat sukma Tirta yang masuk kedalam tubuhnya dengan kecepatan tinggi.

Komandan Wira terkejut melihat tubuh Tirta yang terdorong ke samping, padahal dia sama sekali belum menyentuh tubuh Tirta.

Dalam keadaan terbaring di sofa televisi, Tirta melepas kacamata yang dia kenakan, kini Tirta sudah kembali bangun.

"Komandan Wira, apakah saya tadi tertidur dan sepertinya saya habis mengigau?"

Tirta berpura-pura seolah-olah dia tertidur dan tubuhnya terdorong karena mengigau sehingga membuatnya terbangun.

"Ya, sepertinya anda mengigau, Tirta! Tadinya saya ingin membangunkan anda, tetapi anda susah bangun dengan sendirinya!"

Komandan Wira mempercayai ucapan Tirta, dia memang tidak mengetahui apa-apa tentang ilmu supranatural, jadi dia percaya begitu saja dengan ucapan Tirta.

Lalu Komandan Wira menjulurkan tangan kanannya untuk membantu Tirta bangun dari sofa, Tirtapun mengambil tangan komandan Wira untuk membantunya bangun dari sofa.

Tirta menoleh ke atas, terdengar suara bising dari lantai atas dan sepertinya dari kamar Cheline.

"Ada kejadian apa di atas sana, sepertinya ramai sekali?"

Tirta mengernyitkan dahinya dan bertanya kepada komandan Wira seolah-olah dia tidak mengetahui apa yang telah terjadi di kamar Cheline.

"Saya juga tidak tahu ada kejadian apa, dari tadi saya terus berada di lantai bawah untuk beristirahat dan mematikan AC karena udaranya terlalu dingin untuk saya!"

Komandan Wira juga tidak mengetahui kejadian apa yang membuat keluarga Frans Hutapea terdengar berisik di lantai atas.

Akhirnya untuk mengobati rasa penasarannya, Komandan Wira mengajak Tirta untuk naik ke lantai atas dan mencari tahu telah terjadi apa pada keluarga Frans hingga membuat mereka ribut.

"Tuk.. tuk.. tuk.."

Tirta dan Komandan Wira berjalan menaiki anak tangga, Tirta berpura-pura penasaran dengan apa yang terjadi di lantai atas.

Tirta dan Komandan Wira sudah sampai di depan pintu kamar Cheline, terlihat Imelda dan Michel sedang beradu mulut.

"Hei.. hei.. ada apa ini, kenapa kalian berdua ribut sampai suara kalian mengganggu tidurku!"

Tirta mengeraskan suaranya untuk membuat Imelda dan Michel berhenti beradu mulut, kini mereka berdua terdiam menatap ke arah Tirta dengan tatapan buas.

"Diam kau! Jangan ikut campur urusan kami! Kau itu dibayar untuk menangani kasus dan bukannya malah enak-enakan tidur di rumah kami!"

Michel berteriak dan memarahi Tirta dengan penuh amarah, dia mencela Tirta karena Tirta telah enak-enakan tidur dan bukannya bekerja menangani kasus.

Sementara itu, Imelda tidak berkata apa-apa, Imelda memang lebih memiliki rasa empati ketimbang dengan Kakaknya yaitu Michel.

"Kau kira pekerjaanku ini mudah ya, pekerjaanku ini jelas lebih berat daripada pekerjaanmu yang hanya menandatangani surat tanah lalu mendapat bayaran!-

"Apakah menurutmu pekerjaanmu itu terhormat? Mungkin bagimu iya, tetapi bagiku kau sama saja dengan calo tanah! Hahaha!"

Tirta membalas ucapan Michel dengan kata-kata yang tidak kalah pahit dari ucapan Michel.

Michel berhenti berbicara dan tidak membalas hinaan dari Tirta, akan tetapi tampak jelas pada raut wajahnya kalau Michel sangat marah kepada Tirta.

"Aku minta maaf jika ucapanku menyakitkan hatimu, tetapi cobalah kau menghargai profesi orang lain, karena semua profesi mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing!"

Tirta melangkah masuk kedalam kamar Cheline, lalu dia menasihati Michel untuk bersikap lebih dewasa.

Mendengar nasihat dari Tirta, Michelpun kini menundukkan wajahnya, dia merasa kalau ucapan Tirta memang benar.

Selama ini Michel begitu sulit mempunyai teman maupun pasangan karena dia hanya ingin berteman dengan orang-orang yang setara dengan profesinya atau minimal sama-sama ahli hukum.

Oleh karena pola pikirnya yang membeda-bedakan orang lain itulah, Michel merasa kesepian dan tidak mempunyai teman untuk sekedar mencurahkan isi hati.

Kini pola pikirnya telah terguncang oleh ucapan Tirta, dia merasa kalau Tirta adalah sosok yang bisa mengerti apa yang dia butuhkan, tiba-tiba Michel mengangkat kembali wajahnya dan menatap ke arah Tirta.

"Aku minta maaf atas ucapanku tadi, tuan Tirta! Aku mohon bimbingan darimu agar aku bisa lebih mengerti perasaan orang lain!"

Dengan senyuman Michel memohon maaf dan berterima kasih kepada Tirta karena telah menyadarkan dirinya, dia juga meminta agar Tirta mau memberikan bimbingan untuknya agar bisa lebih mengerti dan menghargai orang lain.

"Tidak perlu berterima kasih kepadaku, mulai sekarang kau sudah bisa menganggapku sebagai teman!"

Tirta membalas senyuman Michel dan menjulurkan tangannya kepada Michel untuk bersalaman, dengan senang hati Michel menerima tangan Tirta dan bersalaman dengannya sebagai pertanda pertemanan.

Sementara itu, Cheline diam-diam memerhatikan Kakaknya Michel sedang bersalaman dengan Tirta, muncul rasa cemburu dihati Cheline.

Chelinepun lalu membaringkan tubuhnya di kasur dan menutup tubuhnya dengan selimut dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.

"Cheline, kau baik-baik saja kan, sayang?"

Nyonya Frans yang melihat Cheline menutupi dirinya dengan selimut merasa kalau ada yang aneh dengan diri Cheline.

Setelah bersalaman dengan Michel, Tirtapun mengamati sekeliling kamar, dia berpura-pura seperti sedang mencari seseorang.

"Oh iya, ngomong-ngomong, dimana Bryan? Aku dari tadi belum melihat batang hidungnya lagi?"

Tirta berakting berpura-pura menanyakan dimana keberadaan Bryan, padahal sebenarnya dia sudah tahu kalau Bryan habis melihat hantu dan pingsan sehingga dia dibawa ke kamarnya untuk diistirahatkan.

"Bryan sedang beristirahat di kamarnya, tadi dia pingsan setelah bilang kalau dia melihat sosok hantu perempuan dibalik jendela Michel!-

"Tidak biasanya dia seperti itu, aku menjadi khawatir kepadanya!"

Nyonya Frans menjelaskan kepada Tirta tentang keadaan Bryan, dia sangat menyayangi Bryan karena Bryan adalah anak laki-laki satu-satunya dan akan menjadi pewaris harta tuan Frans Hutapea paling besar.

Karena hal itulah Bryan menjadi merasa angkuh dan paling arogan diantara anggota keluarga yang lain, karena dia tahu kalau dia yang akan menjadi pewaris harta kekayaan terbanyak keluarga Frans Hutapea.

"What!? Hantu, di zaman moderen seperti sekarang ini masih saja ada yang percaya dengan hantu! Aku rasa Bryan hanya berhalusinasi saja, Nyonya Frans!"

Tirta berlagak seperti orang yang tidak percaya akan adanya hantu, padahal dalam hatinya dia sangat puas menertawai Bryan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!