Chapter 16

Chelinepun turun ke lantai bawah dan menyuruh Bryan untuk giliran menghadap Tirta.

Bryan bukannya menghadap Tirta, tetapi dia malah pergi ke dapur untuk menyeduh susu tinggi protein yang biasa dia minum.

"Hei, kenapa lama sekali si bocah tengil itu! Dasar anak kurang ajar!"

Tirta merasa jengkel karena Bryan tidak kunjung datang menghadapnya, lalu tiba-tiba terdengar suara gelas pecah.

"Gomprang!"

Seluruh anggota keluarga Frans terkejut dan menatap ke arah dapur.

Nyonya Frans dan Cheline berlari menuju dapur lebih dulu, lalu mereka berteriak karena mereka kembali menemukan Bryan dalam keadaan terkapar dan mulutnya mengeluarkan busa.

"Toloooong!"

Nyonya Frans berteriak minta tolong, Tirta juga yang mendengar teriakan keras itu langsung keluar kamar dan segera berlari ke lantai bawah menuju dapur.

"Ada apa ini?"

Tirta memekik suaranya lalu dia melihat Bryan terkapar dan dari mulutnya keluar busa.

Awalnya Tirta menduga kalau Bryan sedang berbohong lagi, akan tetapi saat dia mengamati Bryan dengan seksama barulah dia menyadari kalau Bryan keracunan.

"Gawat!"

Tirta langsung menghampiri Bryan dan menekan-nekan perutnya agar Bryan memuntahkan racun didalam perutnya, namun cara itu tidak berhasil.

"Cepatlah buatkan susu murni untuk menetralisir racun, Bryan sedang keracunan!"

Tirta memekik suaranya, dia memerintahkan siapapun yang sempat untuk membuatkan susu murni untuk menetralisir racun yang tertelan oleh Bryan.

Tirta merasa bingung kenapa Bryan bisa keracunan, lalu dia melihat box kardus susu tinggi protein yang biasa diminum oleh Bryan.

Tirta membuka kotak kardus susu itu, lalu mengendus susu bubuknya.

Rupanya susu bubuk itu telah dicampur dengan racun tikus yang sangat berbahaya bagi manusia, Tirta merasa ada sesuatu yang aneh.

Lalu Tirta tak sengaja menoleh ke ruangan tamu, dan dia teringat dengan sesuatu, segera dia pergi ke ruang tamu.

Dari ruang tamu Tirta memandang ke seluruh penjuru rumah, tiba-tiba dia melihat lampu kamar Bryan di lantai atas berkedip-kedip seperti sedang ada yang memainkan saklarnya.

"Tukk.. tukk.. tukk.."

Tirta bergegas berlari menaiki anak tangga, dia harus cepat sampai ke kamar Bryan sebelum seseorang yang dia cari segera melarikan diri.

"Hei, kenapa dia malah berlari ke lantai atas dan bukannya membantu kita!"

Michel yang melihat Tirta berlari menaiki anak tangga langsung mencelanya, Komanda Wira yang mendengar ucapan Michel juga menjadi penasaran.

"Biar saya ikuti dulu detektif Tirta!"

Komandan Wira mengikuti Tirta naik ke lantai atas.

Tirta telah sampai di depan pintu kamar Bryan, dia langsung masuk kedalam kamar tetapi dia tidak menemukan siapapun disana.

"Bugh!"

Tiba-tiba pintu kamar Bryan tertutup dengan sendirinya, rupanya ada seseorang dibalik pintu kamar Bryan.

Pria itu adalah pria berjubah putih yang diceritakan oleh hantu anak kecil botak kepada Tirta.

Pria berjubah putih itu menatap tajam kepada Tirta, dia juga memakai topeng tengkorak berwarna putih.

"Siapa kau sebenarnya?"

Dengan penuh kewaspadaan Tirta menegur si pria berjubah putih tersebut, Tirta sudah bersiap diri apabila pria berjubah putih itu menyerang dirinya secara tiba-tiba.

"Kau sebaiknya jangan ikut campur, atau kau juga akan aku jadikan target pembantaianku!"

Pria berjubah putih itu mengancam Tirta, bola matanya seketika mengeluarkan cahaya berwarna putih.

Lalu pria berjubah putih itu melangkah mendekati Tirta, Tirta mencoba menggerakkan telapak tangannya untuk mengaktifkan sebuah mantera, akan tetapi mendadak dia tidak bisa menggerakkan seluruh anggota tubuhnya termasuk dengan jarinya.

"Aa.. apa-apaan ini? Kenapa aku tidak bisa menggerakkan anggota tubuhku!"

Tirta berusaha sekuat tenaga untuk bisa menggerakkan tubuhnya, namun pria berjubah putih itu semakin mendekatinya.

"Kau sangat lemah sekali, rupanya julukan si Malaikat Gila itu tidak cocok untukmu!"

Pria berjubah hitam itu mengetahui kalau Tirta mendapat julukan si malaikat gila, lantas siapakah orang dibalik topeng dan jubah berwarna putih itu?

"Aku akan memberikanmu satu kesempatan untuk pergi dari sini, maka aku tidak akan melukaimu!-

"Akan tetapi kalau kau tetap bersikeras dan angkuh, akan kupastikan pertemuan kedua nanti aku akan mencabut nyawamu! Hahaha!"

Pria berjubah putih itu benar-benar mengancam Tirta, matanya melotot dan sinar mata yang berwarna putih kini berubah menjadi berwarna merah.

"Kau salah besar jika kau mengancamku, kau sedang bermain-main dengan seorang malaikat gila!"

Tirta merapal sebuah mantera dari mulutnya, dengan mata yang fokus kepada pria berjubah hitam itu.

Pria berjubah hitam itu mengambil sebilah pisau tajam dengan ukiran ular cobra di gagangnya, dia berniat ingin membunuh Tirta malam ini juga.

"Mata batin tingkat ketiga! Tangan malaikat gila membantai iblis!"

Tirta mengeluarkan jurus supranaturalnya, dari tubuhnya mengeluarkan aliran listrik seperti kilat, segel dari pria berjubah putih sudah hancur dan tubuh Tirta sudah bisa digerakkan kembali.

"Slaashh!"

Pria berjubah putih menebaskan pisau tajamnya kepada Tirta, akan tetapi serangannya gagal karena Tirta berhasil menangkap pisau itu hanya dengan menggunakan dua jari tangan kirinya saja.

"Tadinya aku kira kau sehebat ucapanmu, tetapi ternyata kau jauh lebih lemah dari yang aku kira!"

Dengan wajah angkuh dan tanpa menatap ke arah pria berjubah putih, Tirta menghina pria berjubah hitam karena serangannya sangat mudah untuk dia hentikan.

Pria berjubah putih sangat terkejut melihat Tirta dengan mudahnya menangkap serangan darinya.

["Ba.. bagaimana mungkin, seranganku begitu mudahnya dia hentikan!"]

Pria berjubah putih merasa panik, dalam hatinya dia merasa terkejut setelah melihat kemampuan Tirta yang hebat.

"Baiklah, sekarang giliranku!"

Tirta menarik pisau yang digunakan oleh pria berjubah putih untuk menyerangnya, lalu tangan kanannya mengepalkan tinju untuk menghajar pria berjubah putih itu.

"Asap gaib!"

Namun tiba-tiba si pria berjubah putih itu melepaskan sebuah teknik asap gaib yang menghasilkan asap tebal untuk menutupi dirinya, lalu dia melapaskan pisaunya yang diambil oleh Tirta dan lalu dia pergi melarikan diri melalui jendela kamar Bryan.

Tirta yang sadar akan hal itu langsung segera mengaktifkan mata batinnya, dia melihat kalau si pria berjubah hitam dengan sangat cepat sudah ada di jendela kamar Bryan dan melarikan diri.

Merasa kalau pria berjubah putih itu sangat cepat pergerakannya dan Tirta tidak bisa mengikutinya, maka Tirta mengaktifkan mata batin tingkat keduanya dan akan mengejar pria berjubah putih itu dengan sukma astralnya.

"Bzzzztt.. bzzzttt..!"

Akan tetapi Tirta gagal mengejar pria berjubah hitam itu, karena tubuh astralnya tidak mampu menembus jendela kamar Bryan.

Sepertinya pria berjubah putih itu menanam segel diluar jendela kamar Bryan, pria berjubah putih itu sepertinya sudah mengetahui kemampuan mata batin milik Tirta.

Tubuh astral Tirtapun kembali masuk ke tubuh aslinya.

"Tok.. tok.. tok..!"

Terdengar suara pintu kamar diketuk oleh seseorang, ternyata orang yang mengetuk pintu kamar itu adalah komandan Wira.

Komandan Wira masuk kedalam kamar, dia menemukan Tirta sedang berada di jendela kamar.

"Tirta, apa yang telah terjadi di kamar ini?" tanya Komandan Wira.

Tirta mengeluarkan kepalanya keluar jendela lalu dia membungkukan badannya dan mengambil sebuah benda berbentuk seperti lempengan namun ada banyak tulisan bahasa sanskerta pada benda tersebut.

Rupanya benda itulah yang menghasilkan segel yang menahan sukma astralnya Tirta agar tidak bisa menembus jendela.

"Tidak terjadi apa-apa, Komandan! Bagaimana dengan keadaan Bryan, apakah dia berhasil diselamatkan?" tanya Tirta.

Lalu Komandan Wirapun mengajak Tirta untuk bersama-sama menuju lantai atas untuk melihat keadaan Bryan.

"Apa, Bryan telah meninggal dunia!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!