Chapter 15

Nyonya Frans keluar kamar dan turun ke lantai bawah, dia menyampaikan pesan dari Tirta kepada Michel untuk segera naik ke atas.

Michelpun langsung menaiki anak tangga menuju kamar Michel untuk giliran menghadap Tirta.

"Ceklek!"

Michel membuka pintu kamar dan masuk ke dalam lalu duduk di atas kasur milik Cheline.

Tirta membuka lembaran baru pada buku catatannya, lalu dia mulai bertanya kepada Michel.

"Michel, apakah anda merasa tegang?"

Tirta dapat mendengar suara detak jantung Michel yang cepat, sepertinya dia merasa gugup.

"Ahhh, aku hanya sedikit merasa gugup saja!"

Michel mengakui bahwa dirinya memang merasa sedikit gugup, namun dia berusaha semaksimal mungkin untuk tetap bisa menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh Tirta.

"Baiklah, Michel! Apakah akhir-akhir ini kau merasakan gelagat aneh sebelum Ayahmu tewas?" tanya Tirta.

"Aku tidak merasakan adanya gelagat yang aneh dari almarhum ayahku sebelum dia tewas, hanya saja disaat-saat terakhir dia sangat hobi bercocok tanam dan memancing, padahal biasanya dia tidak menyukai hal itu!"

Michel memberikan keterangan yang sama dengan keterangan dari Nyonya Frans, dengan kata lain berarti keterangan dari Nyonya Frans adalah valid.

"Sebelum kau pergi bertamasya bersama yang lainnya, apakah benar tuan Frans Hutapea hanya sendirian dirumah?" lanjut Tirta bertanya.

"Ya, benar! Aku juga merasa sangat aneh kenapa Ayah sangat keras menolak ajakan kami untuk bertamasya bersama padahal anak kesayangannya yaitu Cheline sudah terus membujuknya, tapi setelah kejadian ini kami semua menganggap kalau ini memang sudah takdir dari Tuhan!"

Michel menundukkan wajahnya dan terdengar suara sedu darinya, sepertinya Michel merasa sedih dan kehilangan.

"Maaf membuat anda bersedih, akan tetapi ini adalah bagian dari pekerjaanku!-

"Satu lagi pertanyaanku, diantara anggota keluarga yang tinggal, siapakah yang paling sering ribut dengan tuan Frans?"

Tirta kembali melanjutkan pertanyaannya, dia ingin tahu siapa saja anggota keluarga yang lebih sering bertengkar dengan tuan Frans.

Michelpun mengangkat kepalanya, matanya masih berkaca-kaca namun suaranya sudah tidak tersedu-sedu.

"Emmm... kalau soal itu sebenarnya akulah yang sering bersitegang dengan Ayah karena perbedaan pendapat!-

"Akan tetapi, Ayah selalu mengalah setiap kali bersitegang denganku, dia adalah sosok Ayah idamanku!"

Michel menjawab pertanyaan Tirta dengan terharu, memang diantara anak Frans yang lain, Michel lah yang lebih sering berdebat dengan tuan Frans.

Sesi pertanyaan untuk Michelpun sudah berakhir, Tirta meminta Michel turun dan menyuruh Imelda giliran naik ke atas.

Michelpun keluar kamar dan berlanjut turun ke lantai bawah, lalu dia menyuruh Imelda untuk naik ke atas menghadap Tirta.

Imelda langsung bergegas naik ke atas dan menghadap Tirta yang sudah menunggunya di kamar Cheline.

Imeldapun masuk ke kamar dan dipersilahkan untuk duduk di atas kasur milik Cheline, dia tampak gugup dilihat dari gelagatnya.

"Kenapa kau gugup, Imelda? Santai saja!" ucap Tirta.

"Aku sepertinya membutuhkan Rokok, boleh aku minta kembali rokok milikku yang tadi belum kau kembalikan kepadaku?"

Rupanya Imelda masih mengingat kalau rokok yang tadi dia berikan kepada Tirta belum dikembalikan kepadanya, Tirtapun merasa malu dan mengembalikan rokok milik Imelda.

Tetapi sebelum mengembalikannya kepada Imelda, Tirta juga mengambil kembali sebatang rokok itu.

"Baiklah, Imelda! Kau sudah siap kan?"

Tirta bertanya kepada Imelda sambil membakar rokok yang hendak dia hisap, Imelda menjawab dengan satu anggukan.

Imelda juga ikut membakar sebatang rokok untuk dia hisap sebelum Tirta melayangkan pertanyaan kepadanya.

"Imelda, apakah kau merasakan ada keanehan pada Ayahmu selama beberapa hari sebelum dia tewas?" tanya Tirta.

"Aku ini jarang ada dirumah jadi aku jarang memperhatikan tingkah laku Ayah saat itu, hanya saja aku merasa aneh dengan banyaknya tanaman bunga dan beberapa tanaman bonsai yang ditaruh di halaman rumah dan juga di rooftop, mereka bilang Ayah yang menaruh itu semua!"

Imelda memberi jawaban yang hampir sama dengan jawaban yang lainnya, yaitu tuan Frans mendadak menjadi penyuka tanaman beberapa hari sebelum dia tewas.

"Lalu apakah beberapa hari sebelum dia tewas dia sering berbicara denganmu atau lebih banyak berbicara dengan yang lainnya?" lanjut Tirta bertanya.

"Ayahku memang orang yang hobi mengobrol, akan tetapi beberapa hari sebelum dia tewas di kamar mandi, aku merasa kalau kepribadian dan gaya berbicaranya berubah! Dia lebih sering bercanda yang menjurus pada hal-hal mesum didepan kami!"

Sungguh jawaban yang sangat aneh, bagaimana mungkin seorang Ayah bercanda mesum dihadapan putra dan putrinya.

"Apakah dia bercanda mesum hanya kepada Nyonya Frans saja atau juga kepada yang lainnya?"

Tirta lanjut mengorek informasi lebih dalam dari Imelda.

"Tidak juga, memang dia lebih banyak berkata mesum dengan Mamah, akan tetapi kadang juga kepada kami, Ayah juga sering menggoda Mamah saat masih ada kami diantara mereka berdua! Kadang aku suka merasa risih mendengarnya!"

Imelda mengangkat kedua bahunya ke atas saat dia mengatakan kalau dia merasa risih setiap kali Ayahnya menggoda Mamahnya dengan kata-kata mesum.

Sesi bertanya untuk Imeldapun selesai, Tirta menyuruh Imelda turun ke bawah dan menyuruh Cheline untuk naik ke atas.

Imelda lalu turun ke lantai bawah dan menyuruh Cheline menghadap Tirta, kini giliran Cheline menghadap Tirta.

Saat Cheline sudah berada didalam kamarnya, Cheline merasa gugup melihat Tirta.

Dia bukan gugup karena takut dengan pertanyaan Tirta, tapi dia gugup karena salah tingkah kepada Tirta, Cheline jatuh cinta kepada Tirta.

Chelinepun duduk diatas ranjangnya, pakaian tidur kimono membuatnya terlihat begitu menggoda.

Cheline memang sengaja memakai pakaian komono itu untuk mencuri perhatian Tirta dan berharap agar Tirta juga tertarik kepadanya.

"Cheline, kau sudah siapkan? Aku ingin tahu darimu, apakah beberapa hari sebelum tuan Frans tewas, kau merasa ada sesuatu yang aneh pada dirinya?"

Tirta langsung melayangkan pertanyaan yang sama kepada Cheline, sepertinya Tirta mendapatkan asumsi baru.

"Emmm.. beberapa hari sebelum kejadian itu, aku merasa kalau Ayahku adalah orang lain, dia memang sama memanjaiku tetapi cara dia memanjakannya tampak berbeda dengan biasanya!"

Benar sekali dugaan Tirta, ternyata Cheline juga memberikan jawaban yang sama, dia merasakan kalau ada perubahan pada diri Tuan Frans Hutapea beberapa hari sebelum tewas di kamar mandi.

"Apa yang kau maksud dengan cara yang berbeda?" Tirta bertanya sambil menopangkan dagunya pada tangan kanannya.

["Ya ampuun, dia sungguh tampan sekali dalam posisi itu, dia menatapku dengan tajam, aku jadi malu!"]

Cheline bergumam didalam hatinya waktu Tirta menatapnya dengan fokus sambil bertopang dagu.

"Kenapa kau malah melamun, Cheline!"

Tirta menegur Cheline yang melamun dan tidak memberikan jawaban, sehingga hal itu membuat Cheline terkejut dan salah tingkah.

"Ahh.. tidak apa-apa, tuan Tirta! Maksud aku, dulu Ayah kalau memanjakan aku dia akan mencium keningku, tapi saat itu dia tidak mencium keningku dan malah mencium pipiku dan kadang juga bibirku! Aku merasa serba salah, tapi lalu ku anggap saja kalau itu mungkin karena Ayah bosan jika terus mencium keningku!" celoteh panjang Cheline.

Tirta merasa lebih aneh lagi dengan jawaban Cheline, mana ada seorang Ayah yang tega melakukan hal yang tidak senonoh kepada putrinya yang sudah menjadi gadis dewasa.

Sesi bertanya kepada Chelinepun sudah selesai, Tirta menyuruh Cheline untuk turun dan menyuruh Bryan untuk naik ke atas menghadapnya.

Akan tetapi sebelum turun, Cheline menanyakan sesuatu kepada Tirta.

"Tuan Tirta, aku boleh bertanya kepadamu?" tanya Cheline.

"Boleh, tanyakan saja!" jawab Tirta sambil melipat kertas pada buku catatannya sebagai tanda untuk membuka lembaran catatan baru.

Dengam malu-malu Cheline bertanya kepada Tirta, "Apakah kamu sudah mempunyai kekasih atau mungkin seorang istri?" Cheline bertanya sambil merapatkan kedua tangannya diatas pahanya.

Tirta terkejut karena pertanyaan konyol itu, lalu dia tertawa dan menjawab, "Aku belum punya kekasih ataupun istri, dan aku tidak sedang memikirkan hal itu, aku masih ingin hidup bebas!" jawab Tirta.

Setelah mendapatkan jawaban itu, Chelinepun keluar kamar dengan hati yang bahagia karena dia tahu kalau ternyata Tirta masih berstatus single.

Chelinepun turun ke lantai bawah dan menyuruh Bryan untuk giliran menghadap Tirta.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!