Tirta yang lebih dulu sampai di depan pintu kamar Cheline langsung segera membuka pintu kamar Cheline, tetapi ternyata pintunya masih terkunci.
Tirta berniat akan mendobrak pintu kamar itu, lalu dia mundur beberapa langkah mengambil posisi ancang-ancang untuk mendobrak pintu kamar Cheline.
"Brakkk!"
Pintu kamar Chelinepun berhasil didobrak oleh Tirta, ditemukannya Cheline dalam keadaan tergeletak pingsan di lantai kamar, untung saja dia sudah selesai mengganti busana yang dia kenakan.
Rupanya Cheline mengganti busananya dengan pakaian kimono untuk tidur, entah apa maksudnya Cheline mengganti pakaiannya dengan pakaian seperti itu.
"Tuk.. tuk.. tukk..!"
Komandan Wira dan yang lainnya juga sudah sampai di depan pintu kamar Cheline, nyonya Frans meminta agar Tirta menggending Cheline dan membawanya ke ruangan tamu.
Namun sebelum menggendong Cheline, terlebih dahulu Tirta menganalis sekeliling kamar.
Terlihat kalau pintu lemari milik Cheline masih terbuka dan tampak terdengar suara desis dari dalam lemari.
Tirtapun mendekati lemari pakaian milik Cheline, didalam lemari itu tidak sengaja Tirta melihat pakaian Lingerie milik Cheline, lalu Tirta kembali mencari asal suara mendesis itu.
Kemudia Tirta beralih membuka pintu lemari sebelah kiri, sungguh mengejutkan sekali karena Tirta menemukan seekor Ular Cobra yang berbahaya sedang mengangkat kepalanya ketika Tirta membuka pintu lemari sebelah kiri.
"Hmm... Sepertinya ini yang membuat Nona Cheline menjerit dan pingsan!"
Tirta langsung mengambil kain baju dan lalu melemparkannya ke arah ular Cobra tersebut, lalu dia segera menangkap ular Cobra itu dari arah belakang.
Tirta langsung meminta kepada pekerja Nyonya Frans untuk mengambilkan kantung besar ataupun karung untuk mengamankan ular cobra tersebut.
Komandan Wira langsung meminta kepada Pak Karna untuk mengambilkan karung kain, lalu dengan cekatan Pak Karna membawakan karung kain kepada Tirta.
"Sett!"
Tirta memasukkan Ular cobra yang sudah terbungkus dengan kain itu ke dalam karung pemberian Pak Karman.
Segera Tirta membawa karung berisi ular cobra itu keluar rumah, seluruh keluarga mendiang tuan Frans Hutapea menjadi panik akibat kemunculan seekor ular cobra yang berbahaya itu di lemari pakaian milik Cheline.
Komandan Wira dan yang lainnya mengikuti Tirta keluar rumah, Tirta tidak membunuh ular itu melainkan menyimpannya ke sebuah tong sampah yang kosong.
Lalu tong sampah itu dia bawa masuk ke dalam rumah keluarga Frans Hutapea.
"Kenapa kau bawa lagi ular cobra itu ke dalam rumah? Bukankah itu sangat berbahaya sekali!"
Nyonya Frans mempertanyakan apa maksud Tirta membawa masuk kembali ular cobra berbahaya itu.
"Tenang saja, Nyonya Frans! Ular Cobra ini sudah terbungkus rapat dan tong sampah ini juga berbahan seng yang tidak mungkin bisa dihancurkan oleh ular cobra itu!"
Tirta menjawab pertanyaan Nyonya Frans, namun tetap saja hal itu masih membuat keluarga Frans merasa takut.
"Tirta, kenapa tidak kau buang saja ular itu, atau lebih baik kau bunuh ular itu!"
Komandan Wira ikut menyarankan kepada Tirta agar membuang ular itu atau membunuh ular itu, namun Tirta tidak menurutinya.
"Tidak, Komandan Wira! Ular ini bisa menjadi sumber informasi bagiku, melalui ular ini aku bisa mendapatkan petunjuk yang baru!"
Tirta memberikan alasan yang tidak masuk akal, semua orang terperangah mendengar ucapannya.
"Hahaha! Kau orang yang aneh dan unik! Aku baru pertama kali mendengar kalau ada detektif yang mengintrogasi seekor ular, hahaha!"
Bryan mengucapkan kata-kata yang sedikit mengejek, menurut Bryan, Tirta nampak seperti orang yang sakit jiwa.
"Haha! Kau tidak tahu apa-apa, bocah! Yang jelas apa yang saya lakukan adalah bagian dari cara kerja saya!"
Tirta menyebut Bryan dengan sebutan bocah, panggilan itu membuat Bryan tersulut emosinya.
"Berani-beraninya kau memanggilku dengan sebutan bocah!" Brian menghampiri Tirta, "Kau belum tahu siapa aku yang sebenarnya ya!"
Bryan semakin mendekat dengan Tirta, Tirta masih nampak biasa-biasa saja.
Ketika Bryan sudah sangat dekat dengan Tirta, Bryan berniat ingin memukul Tirta secara mendadak dengan pukulan tangan kanannya.
"Bughh!"
Namun ternyata pukulan dari Bryan dapat dengan mudah dihindara oleh Tirta, justru sebaliknya, Tirtalah yang berhasil menyentil telinga Bryan dengan satu sentilan saja namun telinga Bryan langsung berwarna merah.
"Jangan nakal lagi ya, bocah! Sebaiknya anda jangan membuang-buang waktu dan tenaga, karena anda bukan lawan saya!"
Tirta membisikkan kata-kata ke telinga Bryan, emosi Bryan semakin memuncak.
Bryan memutar badannya dan berniat untuk mengahajar wajah Tirta dengan sikutnya.
"Bughh!"
"Aarrgghhh!"
Namun, lagi-lagi serangan Bryan dengan mudah dihindari oleh Tirta dan justru Bryanlah yang kembali terkena sentilan dari Tirta pada telinga kirinya.
Akhirnya kedua telinga Bryan menjadi berwarna merah akibat sentilan dari Tirta.
"Isshhh... sialan, hebat juga dia!"
Tirta meringis dan bergumam didalam hatinya sambil mengusap kedua telinganya yang kepanasan akibat terkena sentilan dari jari Tirta.
Melihat putranya yang menjadi bahan bulan-bulanan oleh Tirta, Nyonya Frans mencoba untuk melerai dan mencairkan suasana.
"Sudah.. sudah..! Bryan, kau jagalah sikapmu, jangan membuat Mamah malu dihadapan aparat penyidik!"
Nyonya Frans memarahi Bryan karena tingkah laku Bryan yang kurang ajar terhadap Tirta, Bryan semakin membenci Tirta karena hal ini.
"Ta.. tapi, Mamah! Dia mencela aku dan menyebutku dengan panggilan, bocah! Aku tidak terima itu!"
Bryan mengelak dan berusaha membela dirinya, namun pembelaan dirinya ditolak mentah-mentah oleh Nyonya Frans.
"Bryan, apa kamu sekarang sudah berani melawan ucapan, Mamah!"
Nyonya Frans memekikkan suaranya karena Bryan terus mengelak dan membela diri.
"Baiklah, Mamah! Maafkan aku, Mah! Aku tadi hanya terbawa emosi!"
Bryan akhirnya mengalah dan mengakui kesalahannya, namun Bryan kembali menatap ke arah Tirta dengan tatapan tajam dan penuh amarah.
["Lihat saja nanti kau, saat kasus ini sudah selesai, aku akan menghabisimu diluar!"]
Bryan bergumam didalam hatinya yang masih terbakar amarah, dia bersumpah akan menghabisi Tirta setelah kasus ini selesai.
Bryan jelas bukan lawan bagi Tirta, meskipun Bryan memiliki fisik yang gagah dan berotot, namun itu tidak cukup untuk melawan Tirta.
Di dunia seni beladiri, Bryan memang mengikuti latihan dan masih mengikuti latihan beladiri sampai sekarang.
Bryan mempelajara olahraga beladiri cabang karate semenjak duduk kelas dua Sekolah Menengah Kejuruan.
Tetapi gelar Bryan masih baru sabuk cokelat, itupun baru dia dapat beberapa bulan yang lalu.
Berbeda dengan Bryan, Tirta sudah menguasai tiga jenis cabang beladiri sejak dia baru duduk dibangku kelas tiga Sekolah Menengah Pertama.
Cabang beladiri yang Tirta kuasai antara lain, Pencak Silat Cimande, Judo dan Gulat.
Dari ketiga cabang beladiri itu Tirta berhasil meraih sabuk paling teratas, bahkan Tirta juga sering mendapat tawaran untuk menjadi guru beladiri di sekolah-sekolah.
Namun, Tirta sama sekali tidak tertarik untuk menjadi guru ilmu beladiri, dia lebih tertarik menggunakan ilmu beladiri untuk bertahan dan menolong orang yang sedang di jahati oleh orang lain.
"Tuan Tirta, mohon maafkan sikap anak saya, dia masih muda jadi mudah terpancing emosinya!"
Nyonya Frans memohon maaf kepada Tirta dan meminta agar Tirta mau memaafkan kelakuan anaknya yang bernama Frans.
"Ahh tidak apa-apa, Nyonya Frans! Lagipula saya yakin kalau tadi Bryan hanya ingin bercanda dengan saya!"
Tirta menjawab ucapan Nyonya Frans sambil tertawa, lalu dia kembali mengambil sebatang rokok dari sakunya.
Namun ternyata rokok milik Tirta sudah habis, wajah Tirta langsung berubah seperti sedih.
"Hiks.. hiks.. hiks..!"
Tirta tampak seperti sedang menangis, dia menundukkan wajahnya.
Nyonya Frans dan yang lainnya terkejut mendengar suara Tirta yang seperti sedang menangis.
Sementara itu, Bryan justru tersenyum mendengar suara Tirta yang seperti sedang menangis.
"Hahaha! Itulah kehebatanku! Dia pasti sekarang merasa kesakitan karena terkena pukulan tenaga dalam milikku, hahaha!"
Bryan dengan angkuhnya berkoar-koar dan mengatakan kalau Tirta menangis karena terkena pukulan tenaga dalamnya, namun tiba-tiba Tirta mengangkat wajahnya dan mengucapkan sebuah kalimat yang membuat semua orang terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments