Chapter 5

["Aarrgghhhh...! Lepaskan aku, dasar manusia kurang ajar yang tidak sopan kepada orang tua!"]

Sosok kakek tak kasat mata itu mengerang kesakitan dan memaki-maki Tirta dengan ucapan yang kotor.

Melihat sosok kakek tak kasat mata itu sedang menahan sakit akibat rantai yang mengikatnya, Tirtapun menyeringai.

"Ini belum seberapa, Kakek! Kalau kau tetap tidak mau memberitahukan aku, aku akan membuat rantai itu seratus kali lebih panas dari ini!"

Tirta mengancam sosok kakek tak kasat mata itu, kini mata Tirta menatap tajam kakek tak kasat mata itu.

Kakek tak kasat mata itu tetap bersikukuh berkata kalau dia tidak tahu apa-apa, hingga akhirnya Tirta membaca sebuah mantera dan meniupkannya ke arah rantai besi yang mengikat kakek tak kasat mata itu.

"Lintang buntut ngenani srengenge!-

"Srengenge ngobong bumi kabeh!"

"Wusshhh.."

Tirta meniupkan mantera itu ke rantai besi yang mengikat sosok kakek tak kasat mata itu.

Kakek tak kasat mata itu langsung mengerang kesakitan lantaran rantai itu kini semakin terasa sepuluh kali lipat lebih panas, bahkan hingga rantai itu berubah warna menjadi merah membara.

"Aaarrrggghhh...!"

"Hentikaaaaan! Aku mohon hentikaaan..!"

Sosok kakek tak kasat mata memohon kepada Tirta untuk menghentikan siksaan yang dia berikan kepadanya, namun Tirta sama sekali tidak menghiraukannya.

"Hahahahaaa..!"

Tirta justru tertawa terbahak-bahak dan tampak begitu menikmati penyiksaan yang dia lakukan terhadap sosok kakek tak kasat mata itu.

"Apakah kau masih tetap tidak mau memberikan aku informasi? Kalau iya, maka kau akan terus terbakar sampai hancur lebur. Hahaha!"

Tirta mengancam kakek tak kasat mata itu, tatapan mata dan wajah Tirta kini berubah kejam layaknya seorang psikopat yang sedang menyiksa mangsanya.

"Aarrgghhh..! Aku sama sekali tidak mengerti apa maksudmu, aku hanya melihat ada sosok berjubah putih masuk dari atap dan menyusup ke kamar mandi!-

"Aarrgghhh..! Hentikan aku mohon!"

Kakek tak kasat mata itu memberikan sedikit informasi penting untuk Tirta, namun dia sudah tidak mampu menahan rasa panas akibat rantai yang mengikatnya.

Tirtapun menghampiri si kakek tak kasat mata itu.

"Lalu apa lagi yang kau lihat selain itu?"

Tirta kembali melayangkan pertanyaan tambahan kepada kakek tak kasat mata itu.

"Ti.. tidak ada lagi! Aku ketahuan sedang memperhatikannya, lalu dia menyerangku dan membuatku tertidur beberapa saat kemudian!"

Si kakek tak kasat mata telah mengucapkan semua informasi yang dia ketahui.

Tirtapun menghentikan penyiksaan yang dia lakukan terhadap kakek tak kasat mata itu, lalu dia melepaskan si kakek tak kasat mata dari rantai panas yang mengikatnya.

Setelah puas mendapatkan informasi dari makhluk tak kasat mata, Tirtapun kembali membawa sosok kakek tak kasat mata itu kembali ke rumah hakim ketua Frans Hutapea yang menjadi korban pembunuhan misterius.

"Ceklek.."

Beberapa detik kemudian, tiba-tiba pintu rumah terbuka.

"Selamat sore, eh masih ada orang ternyata disini!"

Rupanya yang membuka pintu itu adalah Nyonya Catherine istri mendiang Hakim Frans Hutapea.

"Selamat datang kembali, Nyonya Frans! Perkenalkan, nama saya Tirta Soebandi! Saya yang akan menangani kasus yang menimpa mendiang suamimu!"

Tirta menyambut Nyonya Frans dengan bersalaman dan memperkenalkan dirinya.

"Oh, ya. Salam kenal tuan Tirta, saya akan mempercayakan sepenuhnya kasus ini kepada anda!"

Nyonya Frans menjawab dengan penuh ramah dan tamah.

"Mamah, kenapa kita harus kembali kerumah ini! Siapa yang me...!"

Suara itu berasal dari putri ketiga mendiang tuan Frans Hutapea, namanya adalah Cheline Hutapea.

Ucapannya terhenti lantaran saat dia masuk kedalam dia melihat ada Tirta didalam rumah itu.

Cheline terpesona melihat sosok pria yang begitu tampan, Cool, macho dan postur tubuh yang tegap dan gagah, Cheline merasa penasaran dengan sosok pria itu.

"Hei, Mamah! Siapakah orang yang sedang berbicara dengan Mamah, nampak begitu asing bagi aku?"

Cheline merasa penasaran dengan pria itu, dia lalu bertanya kepada Nyonya Frans.

"Kemarilah, Cheline! Beliau adalah detektif Tirta yang akan menangani dan menganalis kasus yang menimpa ayah!"

Nyonya Frans menjawab pertanyaan putrinya yang bernama Cheline, dia juga menyuruh Cheline untuk berkenalan dengan Tirta.

Cheline lalu melangkah mendekati Nyonya Frans dan juga Tirta, lalu dia menyodorkan tangannya ke arah Tirta untuk berkenalan.

"Perkenalkan, namaku Cheline Martha Hutapea, aku putri ketiga dari ayahku! Senang berjumpa denganmu!"

Cheline menyampaikan salam perkenalan dengan melemparkan senyuman manis, tujuannya adalah agar memberikan kesan baik dimata Tirta.

Namun sayangnya Tirta tidak merespon Cheline, bahkan dia tidak membalas uluran tangan dari Cheline yang mengajak berkenalan.

"Kau bisa memanggilku dengan nama Tirta saja!"

Tirta hanya memberikan jawaban yang singkat dan tanpa membalas senyum, justru dia malah menghisap rokoknya yang sedikit lagi akan habis.

Mendapatkan respon yang dingin dari Tirta justru malah membuat Cheline menjadi semakin terpesona dan penasaran dengan sosok Tirta, belum pernah ada laki-laki yang menolaknya.

Bagi Cheline, Tirta benar-benar sosok pria yang misterius yang membuat hasrat dihatinya menjadi berkecamuk.

["Hmm.. rupanya kamu adalah pria yang sok cool ya! Lihat saja, apakah kamu akan tetap sedingin ini jika kau sudah mengenalku lebih dekat!"]

Cheline berguman didalam hatinya, dia bersumpah kalau dirinya akan membuat Tirta bertekuk lutut dan mengemis cinta kepadanya.

"Tukk.. tukk.. tukk..!"

Tirta melangkah menuju kursi, lalu dia duduk diatas kursi sofa yang empuk milik keluarga mendiang Frans Hutapea.

Sambil membuang rokok ke asbak, Tirta meminta agar Nyonya Frans dan Nona Cheline memerintahkan anggota keluarga yang lain untuk segera masuk kedalam rumah, begitupun juga dengan Asisten Rumah Tangga, Sopir pribadi, Security dan juga Tukang Kebun.

Setelah mendapat perintah dari Tirta, Nyonya Frans lalu memerintahkan semua anak-anaknya yang masih diluar rumah dan juga ART, Sopir dan Security untuk ikut masuk ke dalam rumah.

Satu persatu masuk kedalam rumah, ada dua orang wanita yang merupakan putri pertama dan kedua Tuan Frans Hutapea, setelah itu ada anak laki-laki yang merupakan putra bungsu Frans Hutapea yang genap berusia tujuh belas tahun.

Setelah anggota keluarga sudah masuk semua, barulah giliran Pak Sopir, Security dan Asisten Rumah Tangga memasuki rumah.

Mereka semua diperintahkan oleh Tirta untuk mencari tempat duduk masing-masing, setelah itu Tirta memerintahkan mereka untuk memperkenalkan diri kepada Tirta secara bergantian.

Yang pertama adalah Michel Hutapea, Putri sulung Frans Hutapea yang berusia tiga puluh tahun dan berstatus janda cerai hidup.

Sebenarnya Michel mempunyai seorang putra dan sudah berusia 5 tahun saat masih tinggal bersama suaminya, hanya saja dia tidak memenangkan hak asuk saat di penhadilan, justru suaminyalah yang memenangkan hak asuh anak.

Jika dilihat dari penampilannya yang sangat rapih, Michel terlihat memiliki kepribadian yang perfeksionis.

Dia bekerja sebagai notaris Pejabat Pembuat Akta Tanah, dia sudah lulus sarjana hukum sejak usianya sudah dua puluh tiga tahun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!