"Tukk.. tukk.. tukk.."
Tirta langsung cepat-cepat membangunkan tubuhnya dari posisi jongkok, lalu berlari secepat mungkin menuju ke kamar mandi.
Komandan Wira mengikuti Tirta dari arah belakang, dia yakin kalau Tirta menemukan sebuah petunjuk.
"tuk.. tukk.. tukk..!"
Tirta menuju kamar mandi atas yang memang dibuat khusus untuk anggota keluarga Frans Hutapea.
Sementara bagi para pekerja sudah dibuatkan kamar mandi khusus pekerja di lantai bawah dekat dengan ruangan dapur.
Sebenarnya dirumah itu ada 4 kamar mandi, dua kamar mandi di lantai atas dan 2 kamar mandi dilantai bawah untuk para pekerja dan juga sebagai kamar mandi darurat untuk tamu.
Tetapi karena Tirta sedang berada dilantai atas jadilah dia lebih dulu ke kamar mandi yang ada dilantai atas, lagipula tuan Frans Hutapea juga meregang nyawa di kamar mandi lantai atas.
"Brakk!"
Tirta mendobrak pintu kamar mandi yang sebenarnya tidak pernah dikunci, Tirta melakukan itu hanya untuk terlihat keren dimata Komandan Wira yang mengikutinya dari belakang.
"Tukk.. tukk.."
Tirta melangkah memasuki kamar mandi, pandangannya menatap liar ke segala penjuru kamar mandi.
Ekspresi wajahnya datar saat dia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan disana, lalu dia kembali keluar kamar mandi dan bergegas menuju kamar mandi yang lantai atas yang kedua.
"Tukk.. tukk.. tukk.."
Tirta berlari menuju kamar mandi kedua di lantai atas yang letaknya berada tidak jauh dari kamar mendiang Frans Hutapea dan istrinya.
Saat dia berada di dekat kamar mandi kedua, dia menemukan kalau pintu kamar mandi itu dalam keadaan tidak tertutup.
"Tukk.. tukk.."
Segera Tirta masuk kedalam kamar mandi itu, sementara komandan Wira masih setia mengikutinya dari belakang.
["Aneh sekali, tidak ada sesuatu yang mencurigakan di kamar mandi atas! Kalau begitu dari mana sumber percikan air di lantai kamar Cheline?"]
Tirta menyubit dagunya dan berkata didalam hatinya, dia sungguh merasa heran dengan semua ini.
"Tukk.. tukk.."
"Bagaimana, Tirta? Apakah kau mendapatkan petunjuk?"
Suara komandan Wira membuyarkan lamunan Tirta yang sedang memikirkan percikan air di lantai kamar Cheline, lalu dia membalikkan badan menghadap ke arah komandan Wira yang sedang berdiri di depan pintu kamar mandi.
"Belum, Komandan! Aku belum mendapatkan petunjuk, kasus ini cukup rumit juga ternyata. Huft!"
Tirta mengernyitkan dahinya dan menggelengkan kepalanya, dia mulai merasa sedikit bingung dengan kasus ini.
Sebenarnya Tirta bisa saja menggunakan kemampuan mata batinnya untuk mengintrogasi makhluk halus yang ada di kamar Cheline, akan tetapi dia tidak mungkin menggunakan kemampuan itu saat berada dihadapan Komandan Wira dan juga keluarga Frans Hutapea, dia tidak ingin orang-orang mengetahui kemampuannya dan juga cara dia bekerja memecahkan kasus.
"Kalau kau lelah kau boleh istirahat dahulu, nanti jika kau sudah pulih kau boleh melanjutkan lagi!"
Komandan Wira memerintahkan Tirta untuk beristirahat terlebih dahulu agar pikiran Tirta bisa kembali fresh.
"Jangan terlalu mengkhawatirkanku, Komandan Wira! Aku yang lebih tahu kemampuan tubuhku!"
Tirta menjawab perintah komandan Wira dengan angkuh, dia tidak ingin dianggap lemah oleh orang lain.
"Kau jangan terlalu memaksakan diri, lagipula ini sudah pukul tujuh malam, tidak apa-apa kalau kau beristirahat sebentar!"
Komandan Wira tetap memerintahkan Tirta untuk beristirahat, dia merasa tidak tega jika harus melihat Tirta memaksakan diri.
Memang benar Tirta sudah lelah saat ini, sebagian tenaganya dia gunakan untuk membuka mata batinnya dan juga untuk melakukan penindasan kepada sosok kakek tak kasat mata tadi sore.
Oleh karena itu dia sangat senang saat komandan Wira menawarkannya untuk membelikan Tirta makanan, akan tetapi kebab bukanlah makanan yang bisa memberikan banyak energi kepada Tirta.
Tirta baru benar-benar bisa pulih jika dia sudah menyantap 3 porsi nasi dengan lauk pauk dan sayuran serta sambal yang sangat pedas.
Akan tetapi, meskipun Tirta banyak makan namun tubuhnya tidak pernah gendut dan perutnya tidak buncit, sehingga banyak orang yang mengira kalau Tirta mengidap penyakit cacingan yang membuat tubuhnya tetap berada di ukuran yang sama meskipun banyak makan dalam jumlah porsi yang banyak.
Sebenarnya Tirta tidak sakit cacingan, hanya saja selain Tirta rajin berolahraga dan Fitness, rupanya setiap kali dia mengaktifkan kekuatan supranaturalnya, maka hal itu akan membakar banyak kalori ditubuhnya.
Maka wajar saja kalau Tirta sering makan dalam porsi besar dan banyak, namun tubuhnya tidak pernah gendut dan perutnya tidak buncit.
"Tukk.. tukk.. tukk..!"
Tirta tidak menjawab ucapan komandan Wira, dia justru melangkah pergi menuju lantai bawah dan duduk di kursi sofa ruangan televisi.
Tirta menyandarkan kepalanya pada sofa itu, lalu dia mengenakan kacamata kemudian memejamkan kedua matanya.
Tirta memejamkan matanya bukan untuk terlelap tidur, melainkan dia sedang mengaktifkan kemampuan supranaturalnya.
"Mata batin tingkat dua, aktifkan!"
Tirta mengaktifkan kemampuan supranatural mata batin tingkat dua miliknya, tiba-tiba nafasnya berhenti dan dunia seolah berubah menjadi gelap.
Seketika tubuh Tirta memancarkan cahaya putih kebiruan, lalu dari dalam tubuhnya keluarlah sosok Tirta yang lain.
Rupanya kemampuan mata batin tingkat kedua milik Tirta adalah kemampuan untuk melakukan Astral Projection atau dalam bahasa awamnya adalah meraga sukma.
Meraga sukma adalah proses dimana seseorang bisa mengeluarkan kesadarannya dari dalam tubuhnya sendiri melalui proses ritual ataupun meditasi tingkat tinggi, tidak semua orang bisa melakukan Astral Projection dengan mudah, hanya orang yang memiliki bakat dan keyakinan tinggi saja yang bisa melakukannya.
Sukma Tirta yang keluar dari tubuh Tirta lalu melayang ke atas dan terbang melewati Komandan Wira yang sedang menuruni anak tangga.
Saat sukma Tirta melewati tubuh komandan Wira, Komandan Wira merasakan adanya udara dingin yang menerpa tubuhnya hingga membuat bulu kuduknya merinding.
"Huft.. kenapa tiba-tiba ada angin yang begitu dingin menerpa tubuhku!" Komandan Wira mengusap tangannya karena merinding, "Apa mungkin karena AC disini di seting menjadi sangat dingin hingga udaranya menusuk ke tulangku!"
Lalu Komandan Wirapun melangkah mendekati AC yang dipasang di atas ruangan televisi, lalu dia mengambil remot AC itu dan mematikan AC nya.
Sementara itu sukma Tirta melayang terbang menuju kamar Cheline, dia melihat seluruh keluarga Frans Hutapea masih sedang menenangkan Cheline yang masih merasa takut karena kejadian tadi sore.
Setelah berada di kamar Cheline, Tirta memandang sekeliling area kamar Cheline.
Sukma Tirta melihat ada banyak makhluk halus yang bersemayam tinggal di kamar milik Cheline, Tirta merasa heran dengan rumah itu karena banyak sekali mahluk tak kasat mata yang tinggal di rumah itu.
"Rumah ini bagaikan istana para hantu, banyak sekali makhluk tak kasat mata tinggal disini, apakah keluarga Frans Hutapea tidak pernah melaksanakan ibadah sampai rumah ini menjadi tempat nyaman bagi hantu!"
Tirta memandangi satu persatu setiap makhluk tak kasat mata di kamar Cheline, tidak ada satupun makhluk halus yang terlihat mencurigakan.
Namun Tirta mencoba menghampiri makhluk tak kasat mata yang mirip dengan bocah kecil dan berkepala botak yang sedang asyik duduk di ranjang milik Cheline sambil memandangi wajah Cheline yang cantik.
"Hei anak kecil! Bisakah kau berbicara denganku sebentar?"
Tirta memanggil hantu anak kecil itu dan memintanya untuk berinteraksi dengannya sebentar saja.
"Aa.. aku? apakah kau memanggilku?"
Hantu anak kecil itu terkejut saat Tirta memanggilnya, lalu diapun turun dari kasur dan menghampiri sukma Tirta.
"Ya, kemarilah! Aku akan memberikanmu hadiah setelah kau selesai berbicara denganku!"
Tirta mengeluarkan sebuah mainan dari tangan kanannya seperti pesulap yang sedang beratraksi.
Hantu anak kecil itu sumringah melihat Tirta mengiminginya dengan sebuah mainan anak-anak dan dengan senang hati menuruti perintah Tirta.
"Apa maumu, tuan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments