Chapter 11

"Ya, kemarilah! Aku akan memberikanmu hadiah setelah kau selesai berbicara denganku!"

Tirta mengeluarkan sebuah mainan dari tangan kanannya seperti pesulap yang sedang beratraksi.

Hantu anak kecil itu sumringah melihat Tirta mengiminginya dengan sebuah mainan anak-anak dan dengan senang hati menuruti perintah Tirta.

"Apa maumu, tuan?"

Hantu anak kecil itu bertanya kepada Tirta apa yang diinginkan oleh Tirta darinya.

Tirtapun mengajak hantu anak kecil itu untuk duduk diluar jendela kamar Cheline, hantu anak kecil itupun mengikuti Tirta keluar jendela kamar Cheline.

"Hai anak kecil, apakah kamu tahu siapa yang orang yang menaruh ular cobra itu dilemari dan siapa juga yang meneteskan air di lantai kamar itu?"

Tirta menanyakan kepada hantu anak kecil soal ular cobra dan juga percikan air yang membasahi lantai kamar Cheline didekat lemari pakaian.

"Maafkan aku tuan, akan tetapi aku hanya melihat ada sosok berjubah putih sedang berdiri didepan lemari pakaian milik gadis itu, setelah itu aku tidak tahu lagi karena aku takut saat sosok berjubah putih itu menatap ke arahku dengan tajam! Matanya berwarna merah bagaikan api!"

Hantu anak kecil itu menceritakan semua yang dia lihat kepada Tirta, Tirta mempercayai ucapannya karena dia tahu kalau anak kecil tidak akan mungkin berdusta.

"Hmm.. baiklah kalau begitu, terima kasih atas kerja samanya, ini ambillah hadiah dariku!"

"Settt.."

Tirta melemparkan mainan yang ada dalam genggamannya kepada hantu anak kecil itu, dengan sigap hantu anak kecil itu menangkap mainan dari Tirta.

"Hei anak kecil, aku ada satu lagi tugas untukmu!"

Tirta menghampiri hantu anak kecil itu, lalu mengusap kepala hantu anak kecil itu yang botak plontos.

"Saat kau melihat sosok berjubah putih itu lagi, segeralah kau berikan tanda kepadaku dengan cara mematikan lampu ditempat dimana kau melihat sosok berjubah putih itu berada, aku punya urusan penting dengannya!"

Tirta melepas tangannya dari kepala hantu anak kecil itu, lalu dia mengeluarkan sebuah mainan berbentuk bulat seperti bola dan dia berikan kepada hantu anak kecil itu.

"Kau pasti bersedia kan? Jika iya, maka akan ada lebih banyak hadiah yang akan kuberikan kepadamu!"

Tirta tersenyum saat menawarkan tugas kepada hantu anak kecil itu, dia yakin benar kalau hantu anak kecil itu pasti mau melakukannya demi sebuah mainan, karena memang seperti itulah sifat anak-anak.

"Tentu saja aku mau, Tuan! Aku akan lakukan semua yang kau perintahkan asalkan kau memberikan aku mainan!"

Hantu anak kecil itu menerima tugas dari Tirta dengan senang hati.

Setelah merasa sudah selesai, Tirta memerintahkan hantu anak kecil itu untuk kembali ke kamar dan berkumpul dengan hantu yang lain.

Lalu Tirta juga melayang kembali menuju ruang televisi dimana tubuhnya masih bersandar di sofa ruang televisi.

Saat dia hendak kembali menuju ruang televisi, Tirta terlebih dahulu melewati kamar milik Cheline.

Saat melewati kamar milik Cheline, Tirta melihat ada Bryan yang sedang berdiri sambil mengejek kakaknya yaitu Cheline yang masih merasakan ketakutan.

"Cheline, kau ini sudah besar! Janganlah jadi penakut, kalau kau takut maka kau harusnya malu kepadaku karena aku adalah adikmu dan aku tidak pernah takut apapun!"

Bryan terus mengejek dan mencela Cheline yang masih merasakan ketakutan karena telah menemukan ular cobra didalam lemari pakaiannya.

"Kalau aku jadi kau, aku tidak akan berteriak saat menemukan ular cobra didalam lemari pakaian! Justru aku akan menangkap ular itu dan melahapnya habis-habisan! Hahaha!"

Ucapan Bryan sudah keterlaluan, Tirta yang masih dalam bentuk sukmanya merasa harus memberinya sebuah pelajaran.

"Hmmm.. dasar bocah tengil, lihat saja apakah ucapanmu itu sesuai dengan nyalimu!"

Tirta terbang dan menghampiri sosok perempuan tak kasat mata yang sedang berdiri didekat lemari milik Cheline, dia bermaksud untuk meminta bantuan kepada sosok perempuan tak kasat mata itu.

"Hai, kakak yang berdiri didepan lemari! Bisakah kau membantuku sebentar saja!"

Tirta memanggil sosok perempuan tak kasat mata itu, sosok perempuan itupun menoleh ke arah Tirta.

"Bantuan apa yang kau butuhkan dariku?"

Sosok perempuan itu bertanya kepada Tirta, tatapannya begitu tajam dan menyeramkan.

"Begini, aku tadi mendengar manusia itu" Tirta menunjukkan jari telunjuknya ke arah Bryan, "Dia telah menghina anda dan juga bangsa anda, dia bilang kalau kalian itu payah dan kalian itu sebenarnya tidak ada! Apakah kau bisa tunjukkan kepadanya kalau kalian itu tidak seperti yang dia katakan?"

Tirta berceloteh panjang lebar kepada perempuan tak kasat mata itu, alhasil, sosok perempuan tak kasat itupun merasa marah kepada Bryan dan ingin memberinya pelajaran.

Lalu perempuan tak kasat mata itupun bergerak menuju jendela kamar Cheline, dia menembus jendela kamar Cheline dan berdiri tepat dibalik jendela kamar Cheline.

Bryan yang masih memperolok Cheline dengan tertawa terbahak-bahak lalu tidak sengaja menghadap dan memandang ke arah jendela.

"Aaaa.. aaaa..."

Tiba-tiba mulut Bryan kaku dan tidak bisa digerakkan saat dia melihat ada sosok perempuan tak kasat mata dibalik jendela kamar Cheline, sosok itu menatap tajam kepada Bryan.

"Hey, Bryan! Apa kau baik-baik saja?"

Imelda yang melihat Bryan terpaku dan mulutnya terus menganga serta matanya melotot menatap ke jendela menegur Bryan karena merasa sesuatu yang aneh terjadi kepadanya.

"Aaa.. aaa.. ada hantuuuu...!"

Akhirnya Bryan bisa berbicara, dia berteriak dan mengatakan kalau ada hantu dibalik jendela kamar Cheline sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah jendela kamar Cheline.

"Apa maksudmu, Bryan? Jelas-jelas kami tidak melihat ada siapa-siapa dibalik jendela!"

Michel yang mendengar Bryan berteriak merasa emosi karena suara Bryan sangat memekik telinganya.

"Be.. be.. benar, Kak! Aku melihat ada hantu perempuan dibalik jendela dan dia sedang menatap tajam ke arahku sekarang!"

Bryan mengucapkan kata-kata dengan terbata-bata karena gugup dan ketakutan, sungguh berlawanan dengan ucapannya yang sombong saat mengolok-olok Cheline tadi.

"Ini pasti karena kamu kualat telah mengolok-olok Cheline, jadinya penghuni kamar ini marah kepadamu!"

Imelda malah memarahi Bryan, Imelda memang sangat menyayangi Cheline dan tidak menyukai Bryan karena sejak kecil Bryan sangat sering mengolok-olok Cheline.

"Masa iya kalian tidak melihat ada perempuan dibalik jendela? Kalau begitu berarti..!"

Bryan kembali menolehkan wajahnya ke jendela kamar Cheline secara perlahan.

Lalu saat Bryan benar-benar telah menghadap ke jendela kamar Cheline, tiba-tiba sosok perempuan tak kasat mata itu melesat masuk secepat kilat dan menghampiri Bryan dan berdiri tepat dihadapan Bryan lalu menyeringai.

"Gubrakkk"

Bryanpun terjatuh pingsan akibat sosok perempuan tak kasat mata itu menghampiri Bryan dan berdiri tepat didepan wajahnya.

Tubuh Bryan lalu dibopong oleh Pak Karna dan dibantu oleh Pak Nisan, Bryan yang pingsan dibawa ke kamar Bryan agar segera ditidurkan di ranjang milik Bryan sampai dia sadarkan diri.

Sementara itu, Tirta yang masih dalam bentuk sukmanya menertawai Bryan dengan sangat puas.

Dia merasa sangat senang bisa memberi pelajaran kepada bocah keluarga Frans yang angkuh itu.

"Hahaha! Rasakan itu, setelah ini kau pasti akan selalu merasakan ketakutan, hahaha!"

Tirta menyeringai bahagia, dia sudah puas sekarang dan segera kembali menuju tubuhnya yang masih bersandar di sofa ruang televisi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!