Kiki sedang menjemur keset di gerbang kosnya,, ketika melihat mobil putih itu berhenti di depan kosnya, alis Kiki berkerut bukankah itu....
"Loh mobil Dokter Gavin kan? kok bisa sampai di sini?" ucap Kiki yang mendadak pucat, jangan bilang kalau dosennya itu kemari hendak mencari Diandra, Diandra tidak membuat ulah kan? kabur misalnya?
Kiki hendak lari masuk ke dalam kamar kos, namun dia mendapati yang keluar dari mobil itu bukanlah sosok yang dia takuti datang ke kosnya, melainkan Diandra yang tampak cemberut mendekati dirinya.
"Loh Dian,, itu kan?"
Diandra hanya menghela nafasnya saja lalu masuk ke dalam gerbang dan duduk di kursi teras. Kiki melangkah mendekati Diandra yang sedang menopang dagunya sambil cemberut.
"Dokter Gavin nya mana?" tanya Kiki yang masih heran mengapa mobil dosen kece itu bisa Diandra bawa? Ah... tampaknya Kiki lupa Diandra kan calon istrinya.
"Dia di rumah sakit lagi praktik, kenapa?" tanya Diandra yang masih cemberut.
"Kok bisa mobilnya kamu bawa Dian?" tanya Kiki daripada dia mati penasaran lebih baik dia tanyakan langsung bukan.
Diandra mengusap wajahnya dengan kedua tangannya menghela nafas kasar lalu menoleh ke arah Kiki, dari wajahnya bisa Kiki tebak bahwa sahabatnya itu tengah kesal setengah mati, dengan siapa? sudah pasti dengan calon suami dadakan Diandra bukan?
"Ada stok cemilan nggak Ki? pengen ngemil nih," tanya Diandra, dan kini Kiki yang kembali mendengus, menatap gemas pada Diandra yang kini memasang ekspresi wajah mengiba. Dasar setiap mampir ke sini hal pertama yang Diandra tanyakan pastilah stok cemilan, dasar!!!
"Banyak di dalam, ayo masuk," ucap Kiki bangkit lalu memberi kode pada Diandra yang kini sudah nyengir lebar itu untuk mengikutinya masuk ke dalam.
Kiki memutar bola matanya dengan gemas,, untung teman baik kalau tidak sudah Kiki tendang jauh-jauh Diandra dari kosnya. Mereka melangkah masuk naik tangga guna sampai ke lantai atas, tempat di mana kamar Kiki berada, tidak apa-apa kalau stok cemilan di kamarnya habis, yang jelas Kiki harus tahu apa yang terjadi hari ini pada Diandra dan Dokter Gavin.
"Datang-datang muka jelek amat, kalian berantem lagi?" tanya Kiki mulai memancing Diandra untuk bicara. Dia mengeluarkan toples dari lemari penyimpanan, tidak lupa beberapa botol air mineral berukuran kecil dan menyodorkannya ke arah Diandra.
"So pastilah Ki," ucap Diandra sambil menarik toples yang berisi pangsit goreng bertabur cabai bubuk itu.
"Aku nggak ngerti lagi kita nggak pernah akur,, aku selalu bersikap menyebalkan dan dia pun juga mengakui kalau aku menyebalkan, tapi kenapa dia tidak lantas membatalkan rencana pernikahan?" ucap Diandra.
Kiki menganggukkan kepalanya, tidak heran sih memang kapan Dokter Gavin dan Diandra akur? belum pernah ada dalam sejarah sepertinya.
"Sumpah Ki bisa bayangin nggak nanti aku satu rumah dengan dia, tinggal sama dia dan...."
"Dan anu-anu sama dia, ya ampun jadi penasaran, Dokter Gavin nanti kira-kira bagaimana pas ngajakin kamu gituan, Dian?" ucap Kiki yang tentu itulah yang ada di pikiran Kiki, bayangan tidak senonoh itu langsung terlintas, apakah Dokter Gavin tetap dingin dan kaku ketika tengah memadu kasih?
Kiki tengah menikmati pikiran mesumnya ketika gebukan keras itu mendarat bertubi-tubi di punggungnya. Tampak Diandra menatap gemas ke arahnya, dengan mulut berisi pangsit goreng, mata Diandra melotot menatap Kiki yang hanya membulatkan matanya sambil senyum-senyum.
"Sumpah Dian,, aku nggak sabar,, besok ceritain yah bagaimana malam pertama kalian," ucap Kiki.
Kembali Diandra menggebuk punggung Kiki dengan keras, membuat tawa Kiki pecah dan tertawa terbahak-bahak dengan begitu kerasnya, Diandra meraih botol air mineral, meneguk isinya guna membantu melorotkan pangsit goreng yang memenuhi mulutnya.
"Woi, jangan mesum-mesum napa isi otakmu" teriak Diandra gemas membuat tawa Kiki semakin keras dan terdengar setengah mengejek.
"Loh kalian kan mau nikah, tentunya bakalan hiya-hiya kan? sudah jadi rahasia umum bukan? kalau tidak ngapain orang-orang nikah? kalau nggak buat kawin?" ucap Kiki.
"Nggak ada yang namanya hiya-hiya, kita sudah buat perjanjian," ucap Diandra.
Sontak Kiki terbatuk-batuk begitu mendengar apa yang keluar dari mulut Diandra, perjanjian? dia langsung menatap Diandra lekat-lekat, sahabatnya itu kini tengah menguasai toples berisi makaroni setan yang kemarin dia beli di toko snack kiloan.
"Hah? perjanjian apaan sih? kalian ini mau nikah model gimana emangnya?" tanya Kiki yang semakin penasaran, agaknya dia perlu order makanan atau bobba untuk memancing Diandra menceritakan semua hal yang membuat Kiki begitu penasaran setengah mati.
Perjanjian?
Nggak ada hiya-hiya?
Terus mereka menikah tujuannya untuk apa? sumpah Kiki benar-benar gagal paham!!!
Diandra menghela nafas panjang menelan makaroni dalam mulutnya lalu menatap Kiki dengan serius.
"Intinya kita sepakat menikah untuk dua hal, satu nepatin sumpah aku perihal flashdisk itu, dan yang kedua supaya dia tidak dinikahkan sama gadis pilihan ibunya Ki," ucap Diandra.
Mata Kiki membulat,, bisa yah dua orang itu bermain-main dengan pernikahan? jadi mereka hanya akan pura-pura menikah? atau gimana?
"Hah serius terus perjan..."
"Jadi kita sudah sepakat bahwa kita mau coba dulu dua tahun buat jalanin semuanya, kalau sampai dua tahun aku nggak bisa cinta sama dia, dia bakalan rela kita cerai," ucap Diandra.
Kiki terkejut luar biasa dengan mulut setengah terbuka dia menatap lekat-lekat Diandra yang kembali dengan santainya merampok makaroni setan milik Kiki.
"Nah oleh karena itu dia buat perjanjian bahwa meskipun nanti kita menikah, tinggal serumah dan tidur satu kamar, dia nggak bakalan macam-macam sama aku, Ki" ucap Diandra lagi.
Kiki masih mencoba mencerna semua kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Diandra. Pernikahan macam apa ini sebenarnya? mereka hendak ingin bermain-main dengan lembaga pernikahan? agaknya Dokter Gavin dan Diandra ini sama-sama tidak waras!!!
"Kalian ini sebenarnya kenapa sih?" tanya Kiki yang masih mencoba mencerna semuanya, tidak menyangka bahwa keduanya akan memutuskan membuat perjanjian gila seperti itu.
"Hanya menyelamatkan hidup masing-masing sih, yah walau bagaimanapun tetap aku yang dirugikan,, benar-benar sangat tragis,, bujang lapuk menyebalkan!!!" ucap Diandra gemas.
Kiki menghela nafas panjang.
"Ingat nggak dulu kamu nyumpahin Dokter Gavin biar besok dapetin istri yang ngeselin, nyebelinnya kayak kamu?" tanya Kiki yang mencoba membawa Diandra kembali ke masa dia berteriak-teriak menyumpahi dosen mereka itu.
Diandra nampak berpikir, dengan tangan yang masih aktif memasukkan sebiji demi sebiji makaroni itu ke dalam mulut.
"Kapan?" tanya Diandra dengan santainya yang rasanya ingin Kiki mencekik gadis itu saat ini juga saking gemasnya.
"Dulu! pas dia nolak revisi makalah mu, Dian," ucap Kiki yang masih ingat.
"Oh...," ucap Diandra menanggapi begitu santai.
"Lupa," ucap Diandra lagi.
Kiki melotot, kalau bukan saja Dokter Gavin calon suami Diandra, sudah benar-benar Kiki cekik gadis ini saat ini juga, namun ingat siapa calon suami sahabatnya itu dan jangan lupa siapa Mama dan Papa Diandra membuat Kiki mengurungkan niatnya untuk melakukan itu.
"Kamu itu!!!" ucap Kiki sambil menghirup udara sebanyak-banyaknya, mensuplai stok oksigen agar kesabarannya berlimpah.
"Tapi menurutku kalian itu benar-benar jodoh deh, Dian," ucap Kiki yang memberikan pendapat.
"Jodoh apaan?" ucap Diandra cuek, fokusnya hanya pada isi toples Kiki.
"Yah jodoh, do'a kamu terkabul, bukan hanya dapat istri menyebalkan dan ngeselin kayak kamu tapi beneran dapat kamu. Itu apa namanya kalau bukan jodoh?" ucap Kiki yang membuat Diandra tersedak, dia terbatuk-batuk dan menatap Kiki dengan tatapan mata kesal.
"Kiki,, please deh nggak usah ngadi-ngadi," ucap Diandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments