Diandra langsung merinding dengan kalimat yang dibisikan oleh Gavin tersebut, secara refleks Diandra mendorong wajah itu agar menjauh darinya, sebuah tindakan yang membuat ekspresi Gavin menjadi masam seketika.
"Dokter jangan macam-macam sama saya ya! ingat perjanjian apa yang sudah kita buat kemarin?" ucap Diandra yang tentu ingat betul janji apa yang sudah dibuat oleh Gavin kemarin, sebuah janji yang membuat Diandra setuju dengan semua rencana gila Gavin yang sudah Gavin jabarkan itu.
Nampak Gavin mendengus perlahan,, dia lantas menutup pintu mobil Diandra dan merebut kunci mobil dari tangan gadis itu. Diandra langsung melotot, terlebih ketika Gavin menarik tangan Diandra dan membawanya keluar dari halaman parkir kos.
"Eh....eh...apa... apa-apaan ini Dok?" tanya Diandra yang tentunya protes, hendak dibawa kemana lagi sih?
"Ikut saya ke kampus!!! setengah jam lagi saya ada kelas," ucap Gavin.
Mendengar hal itu Diandra sontak melotot, dia harus ikut dosen rese ini ke kampus? ngapain? semua urusan skripsi Diandra sudah beres dan tinggal tunggu proses cetak dan jilid selesai untuk kemudian dia kumpulkan ke kaprodi. Lantas untuk apa Diandra ikut ke kampus?
Diandra hendak protes namun Gavin lebih cepat dan gesit memasukkan dirinya ke dalam mobil. Dia menutup pintu mobil dengan segera dan melangkah ke sisi lain mobil. Diandra langsung mengerucutkan bibirnya,, pantas jomblo mana ada cewek yang betah sama cowok dingin, kaku dan jutek macam Gavin begini? oh jangan lupa selain dia sekaku kanji, dan sedingin es,, dia juga pria diktator, tirani dan entah apa lagi. Tidak ada yang bagus dari lelaki ini kecuali wajah, penampilan dan tentu saja gelar dokter spesialisnya.
"Kenapa saya jadi harus ikut ke kampus sih Dokter? saya sudah tidak ada tanggungan apapun selain hard copy skripsi saya!" ucap Diandra yang protes ketika pria itu sudah duduk di kursi kemudi.
"Saya takut kamu nekat pulang jadi kamu harus ikut saya ke kampus," jawab Gavin enteng lalu mulai menghidupkan mesin mobil dan membawa mobil itu melaju pergi.
Diandra sontak memijit pelipisnya perlahan-lahan,,, dosa apa sih dia sampai nasibnya begitu buruk macam begini? apakah tidak ada lelaki lain yang bisa menikahinya? apakah hanya Dokter Gavin yang bisa dia nikahi? benar-benar tidak beruntung!!!
"Ibu saya sudah sangat tidak sabar ingin ketemu kamu, Dian. Jadi saya mohon tolong jangan kecewakan ibu saya, yah?" ucap Gavin,, suara ketus dan dingin lelaki itu langsung berubah menjadi lembut dan lirih, membuat Diandra yang tadinya ingin mengumpat membuat diam seketika.
"Sudah lama sekali ibuku ingin melihat aku nikah Dian,," ucap Gavin kemudian.
Diandra membetulkan posisi duduknya, melirik sekilas Dokter rese yang hari ini tampak mempesona dengan penampilannya yang selalu rapi.
"Kenapa dokter tidak menikah dari dulu sih? kasihan ibunya kan?" ucap Diandra karena tentu itu harapan Diandra, kenapa tidak sejak dulu bujang lapuk ini menikah? kan dia tidak harus menepati janji hendak menikahi Gavin bukan,, kalau Gavin sudah beristri? Eh.... tapi siapa bilang? kalau tetap nekat hendak Gavin nikahi dan jadikan istri muda? amit-amit... Diandra tidak pernah memiliki cita-cita untuk jadi pelakor, amit-amit pokoknya.
Gavin tidak langsung menjawab air mukanya tampak begitu keruh, membuat alis dan kening Diandra sontak mengerut,, apa yang terjadi? kenapa tanggapan bujang lapuk ini seperti itu?
"Kamu tidak mengerti Dian," ucap Gavin.
"Yah mana saya tahu kalau Dokter nggak cerita?" ucap Diandra yang mendadak kepo, apa yang membuat laki-laki tampan dan mapan sampai mengesampingkan keinginan untuk menikah? apa yang sudah terjadi kepadanya?
"Bukan suatu hal yang penting untuk diceritakan," jawab Gavin yang makin membuat Diandra penasaran setengah mati.
"Loh,, tapikan.."
"Daripada bahas itu, kenapa tidak bahas besok mau resepsi di mana? mau pakai adat apa? ini lebih penting dibahas daripada masalah tidak penting seperti itu," ucap Gavin.
Diandra melonjak saking terkejutnya, dia lalu menoleh menatap dosen musuh bebuyutannya itu dengan gemas.
"Seyakin itu Dokter bahwa Papa saya akan ACC kita menikah?" tanya Diandra. Kalau saja menganiaya orang tidak ada pasal yang akan menjerat, Diandra tentu sudah menganiaya lelaki ini dari dulu,, namun sayangnya pasalnya tertulis jelas dan hukuman pidananya pun jelas tercantum. Membuat Diandra menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan nekat terhadap Dokter bedah bujang lapuk ini.
"Loh saya terima bersih Dian, saya sudah bilang kan kalau saya tidak terima penolakan dalam bentuk apapun? gimana caranya itu sudah jadi urusanmu," jawab Gavin dengan entengnya yang kembali membuat darah Diandra mendidih. Lelaki ini.... Diandra marah-marah dalam hati sambil berusaha menyabarkan diri, kenapa harus ada lelaki model seperti ini sih? kenapa?
Diandra menghirup udara sebanyak-banyaknya, baru beberapa menit duduk berdua bersama laki-laki ini saja Diandra sudah hampir stres, apalagi besok tinggal satu atap? bisa depresi Diandra dibuatnya! Diandra mengeram menahan semua gejolak ingin menimpuk kepala lelaki itu, ketika kemudian Gavin kembali bersuara.
"Kalau rayuan kamu gagal tidak masalah sih,, kita masih bi..."
"Kita batal nikahnya Dok?" ucap Diandra dengan cepat membuat sebuah cubitan gemas mendarat di lengannya.
"Aduh! sakit Dok!!!" omel Diandra sambil mengusap lengannya.
"Kamu itu bisa nggak sih nggak bikin saya hipertensi, Dian?" ucap Gavin dengan ekspresi wajah kesalnya.
Mata Diandra langsung membulat,, kenapa jadi dia yang protes dan mengatakan hal demikian? bukankah malah Gavin yang selalu membuat Diandra kesal dan naik darah? lalu kenapa sekarang malah Diandra yang disalahkan olehnya?
"Saya tidak pernah bilang kalau kita batal menikah, itu sama sekali tidak tertulis dalam rencana saya" ucap Gavin.
Diandra langsung mencebik.
"Lantas kalau saya gagal dan Papa kekeh tidak kasih ingin saya menikah gimana?" tanya Diandra yang tentu harapan Diandra pernikahan ini BATAL.
"Tenang saja saya masih ada satu cara hingga beliau kasih izin dan setuju," jawab Gavin dengan entengnya.
Mata Diandra membulat,, dia menoleh dan menatap penuh curiga pada Gavin yang nampak begitu tenang di balik kemudinya, cara apa? yang bagaimana? kenapa perasaan Diandra mendadak jadi tidak tenang? Diandra masih berusaha positive thinking, jangan bilang kalau cara yang dimaksud itu...
"Ca...cara apa Dok?" tanya Diandra cemas.
Gavin menoleh hanya sebentar karena dia kembali fokus pada kemudinya.
"Seperti yang saya bilang kemarin,, kamu aku hamilin dulu supaya kita mendapatkan ACC untuk menikah, nggak masalah lah babak belur, yang penting saya nikahnya sama kamu, bukan sama gadis pilihan Ibu saya," ucap Gavin yang membuat Diandra langsung melotot tajam, dia sudah tidak bisa tahan tangannya terayun memukul lengan lelaki itu, yang membuat Gavin terkejut setengah mati dan hampir kehilangan konsentrasi menyetirnya.
"Eh...Eh... Dian kita di tengah jalan ini, bahaya!!!" ucap Gavin yang berusaha menangkis pukulan demi pukulan, hingga akhirnya Diandra benar-benar menghentikan aksinya dan berteriak dengan kencang.
"DOKTEEERR GAVIIIIN SAYA BENCI BANGET SAMA DOKTER,, BEEENNNCIIII" teriak Diandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments