Dan di sinilah Gavin berada sekarang,, duduk di sebelah Diandra,, mahasiswi yang paling menyebalkan dalam sepanjang karir Gavin menjadi dosen. Meskipun baru dua tahun ini dia menjadi tenaga pengajar di universitas, tetapi sungguh baru kali ini dia bertemu dengan makhluk semenyebalkan Diandra.
"Jadi bagaimana, Diandra?" tanya Profesor Ali dekan Fakultas Kedokteran itu sambil menatap Diandra dan Gavin bergantian.
"Saya mau mengajukan protes,, Prof!" ucap Diandra tanpa rasa takut sedikitpun, yang sontak membuat Gavin terlonjak kaget, Edan! berani benar rupanya makhluk satu ini!
"Protes yang seperti apa?" tanya Profesor Ali sambil menatap Gavin yang terkejut itu,, dia masih mencoba tenang dan hendak menyimak apa yang hendak mahasiswi itu keluhkan.
"Saya keberatan dengan para dosen yang seenaknya memberi aturan tidak mengizinkan mahasiswa masuk kelas ketika mahasiswa terlambat! itu tentu sangat merugikan bagi kami sebagai mahasiswa, karena kami di sini bayar SPP juga Prof, uang pangkal juga bayar dan lain-lain, terus seenaknya saja, saya tidak boleh ikut kelas terus,," cerocos Diandra tanpa rasa takut sedikitpun.
"Yang jadi dosen saya, saya yang mengajar dan selama jam pelajaran saya,, otomatis saya yang memegang kendali buat peraturan dan itu sudah sangat mutlak!"ucap Gavin yang akhirnya bersuara, Gavin tidak suka diinterupsi seperti ini, memangnya gadis ini siapa?
"Tapi disini yang dibuat pihak kampus bayar jasa Dokter sebagai pengajar itu adalah uang saya juga,, Dokter! dan Dokter dengan seenaknya saja melarang saya untuk ikut kelas,, itu sama saja merugikan saya Dokter!" ucap Diandra.
Gavin mengeram kesal,, rasanya dia ingin sekali menggebrak meja itu seketika, namun dia sungkan pada seseorang yang duduk di depan mereka. Gavin menatap Diandra dengan sorot mata sangat tajam, begitupun sebaliknya Diandra juga seperti itu. Sungguh Gavin sampai tidak mengerti,, mengapa ada makhluk yang sangat menyebalkan seperti ini?
"Tapi itu kelas saya,, jadi saya berhak membuat peraturan di kelasku, dan selama kamu ikut dalam kelas saya,, maka kamu harus patuh dengan segala aturan di kelas saya," ucap Gavin lagi tidak mau dibantah.
Tampak gadis itu ikut mengeram kesal,, membuat Gavin rasanya ingin....Ah tentu saja tidak! karena dia wanita tentu saja akan sangat cemen jika baku hantam dengan seorang wanita,, dimana martabatnya sebagai seorang laki-laki?
"Kalau hukuman yang Dokter berikan sesuai dengan kesalahan dan tidak merugikan saya dalam jangka panjang seperti ini, tentu saya akan terima Dokter, tapi hukuman Dokter itu sama saja merugikan saya dalam jangka panjang, jadi mana mungkin saya akan terima! saya kuliah disini bayar,, bukan Dokter yang bayar biaya kuliah saya," ucap Diandra lagi.
Dasar anak ini... Gavin terus mengeram dalam hatinya, berani sekali bocah itu melawan dirinya? mana di depan dekan pula. Astaga... kepala Gavin langsung pusing seketika, rasanya sia-sia saja berdebat dengan bocah satu ini.
"Jadi mau mu,, kamu mau dihukum apa?" tanya Gavin.
Seketika Diandra tergagap membuat Gavin sontak menghela nafas panjang. Dasar menyebalkan!
"Jadi intinya Ananda Diandra ini keberatan dengan hukuman yang diberikan oleh Dokter Gavin?" tanya Profesor Ali yang kembali bersuara, sudah saatnya dia melerai pertikaian dihadapannya saat ini, Gavin menghela nafasnya panjang, yang jelas Gavin ingin segera menyelesaikan urusannya dengan anak menyebalkan ini tanpa diperpanjang,, Gavin sudah sangat malas.
"Tentu saja Prof,, karena hukumannya sangat tidak manusiawi sekali dan juga merugikan saya Prof," ucap Diandra.
Gavin seketika terbelalak,, tidak manusiawi kata bocah itu? memang Gavin sudah melakukan apa? meminta bocah itu membangun jalan dari Anyer ke Panarukan? bikin jembatan Suramadu? atau apa? dimana letak tidak manusiawi nya dirinya?
"Dokter Gavin, saya rasa pendapat Ananda Diandra ada benarnya juga, lebih baik diberi hukuman lain yang memberi efek jera, mereka akan ketinggalan materi jika tidak diizinkan masuk kelas,, bukan?" ucap Profesor Ali.
"Ta...tapi Prof,, sa...,"
"Dokter Gavin please! apa perlu saya bawa teman-teman untuk demo di depan Fakultas?" ucap Diandra.
Entah sudah ke berapa kalinya Gavin membelalakan matanya pagi ini karena kesal pada mahasiswi nya yang sangat bandel ini. Sungguh rasanya Gavin sudah gemas setengah mati, Bapaknya praktik di mana sih? Dokter apa? sampai anaknya bisa seberani ini pada dosennya sendiri.
Namun Gavin sudah tidak bisa berkutik lagi, oke. Hari ini dia memang kalah melawan gadis menyebalkan ini. Akan dia ganti hukuman yang dia berikan, namun suatu hari nanti Gavin sudah bertekad akan membalas gadis ini dan membuat gadis ini menyesal sudah berurusan dengan Gavin Narendra Putra, lihat saja nanti!
##########
"Loh kenapa makalah saya dikembalikan Dok?" ucap Diandra terlihat jelas dia protes keras pada Gavin yang mengembalikan makalahnya.
Gavin tersenyum sinis sambil menepuk pundak gadis itu lalu berbisik "Lain kali kalau mau ngumpulin tugas itu dibaca dulu ketentuan tugasnya itu seperti apa,, mengerti?"
Gavin melihat jelas wajah gadis itu tampak memucat, sedetik kemudian mata gadis itu kembali menatap tajam padanya, Gavin tersenyum setengah mengejek Diandra,, sebelum dia melangkah pergi dari hadapan Diandra.
Siapa suruh berani berurusan dengan dirinya? gadis itu memang benar uang pembayaran kuliahnya yang membayar jasanya di sini. Namun perlu Gavin tekankan segalanya di sini, lebih tepatnya di kelas Gavin,, bahwa Gavin yang berkuasa penuh.
Dengan langkah kaki santai Gavin masuk ke dalam ruangannya, Gavin hendak bersiap menuju rumah sakit karena jam mengajarnya telah selesai dan deretan jadwal operasi sudah menunggunya di rumah sakit, samar-samar Gavin bisa mendengar ocehan gadis itu yang tampaknya sangat protes atas tindakan yang Gavin lakukan.
"Hah.. siapa suruh berurusan dengan saya, Dian? rasakan saja sekarang," ucap Gavin yang entah mengapa sangat puas melihat wajah cemberut gadis itu tadi.
Gavin sudah menaikkan tas itu ke punggungnya, ketika tiba-tiba ponselnya berdering, dia segera merogoh saku kemejanya, yang menampilkan nama dan nomor itu. Gavin langsung menghela nafas panjang,, ibunya yang menelepon,,, bukannya tidak suka ibunya menelepon dirinya hanya saja Gavin pasti akan dibuat sakit kepala dengan permintaan ibunya yang sudah beberapa tahun lalu tidak berubah dan semakin menjadi-jadi, yaitu minta dibawakan calon mantu.
Jujur saja Gavin belum memiliki pandangan seperti apa wanita yang akan dia nikahi, dia belum berpikir sampai ke sana, tapi tahu sendiri bukan bagi warga negara Indonesia, di usia Gavin saat ini, dia ditekan harus sudah berumah tangga? padahal siapa sih yang mengharuskan itu? buat apa juga buru-buru menikah? Gavin menghirup udara sebanyak-banyaknya mempersiapkan diri untuk menghadapi sang Ibu yang sudah Gavin bisa tebak ke mana arah pembicaraan ibunya nanti.
"Assalamualaikum, Bu," ucap Gavin sambil keluar dari ruangannya,, sungguh sangat malu jika rekan-rekannya mendengar pembicaraan dia dan ibunya tentang masalah itu, ya walaupun rekan-rekan nya tidak bisa mendengar suara ibunya tapi Gavin lebih memilih keluar dari ruangan itu.
"Gavin besok Ibu mau ke sana, kamu mau dibawain apa?" tanya Mira
Mati sudah!
Jika mendapat telepon dari ibunya saja sudah seperti mimpi buruk untuk Gavin, maka dikunjungi ibunya ke rumah,, itu lebih buruk lagi dan sangat menyeramkan, Gavin akan kenyang di ceramai dari pagi sampai malam mengenai jodoh dan keinginan sang ibu agar dia segera menikah. Tapi kalau melarang sang ibu untuk datang ke rumahnya,, itu sama saja kurang ajar, durhaka,, anak tidak tahu di untung dan entah apalagi sebutan untuk dirinya. Gavin memijit pelipisnya perlahan,, dia hendak buka suara namun suara itu lebih dulu menyapanya.
"Gavin,, kamu tidak tiba-tiba menjadi tuli kan?" tanya Mira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Sumawita
Lanjut kak
2022-10-15
0