"Bismillah dulu sebelum buka amplopnya," ucap seorang wanita.
Pandangan Diandra yang tadi tertuju pada amplopnya seketika langsung beralih menatap wanita berjilbab itu, Dokter Kia tersenyum begitu manis, membuat jantung Diandra makin kencang berdegup, di dalam amplop itu ada secarik kertas yang menentukan hidupnya setelah ini! Ah... maksudnya menentukan perjalanan pre-kliniknya yang sudah tiga setengah tahun dia lalui.
"Bismillah Ya Allah," ucap Diandra lalu membuka amplop itu.
Diandra mengambil kertas yang terlipat di dalamnya, membukanya perlahan-lahan dengan jantung yang berdisko ria, harus lulus! kalau tidak lulus habis Diandra nanti. Mana dia harus izin nikah lagi, ah! kenapa malah mikirin nikah sih? Diandra memaki dirinya sendiri semoga....
Diandra tertegun! surat itu sudah dia buka dan tidak lama terdengar suara teriakan riuh dari teman-temannya yang berjuang sidang bersamanya hari ini. Diandra LULUS! dia sudah lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana Kedokteran yang selama ini dia sudah impikan.
Sontak Diandra terlonjak memeluk Nadia yang berada di sampingnya, tangis mereka pecah bersamaan, akhirnya setelah berdarah-darah berjuang dia dinyatakan lulus.
"Selamat yah jangan lupa setelah ini kalian mesti ujian lagi untuk menempuh pendidikan pre-klinik, jadi terus belajar lagi yah," ucap wanita itu yang ikut berkaca-kaca begitu melihat kebahagiaan mahasiswi dan mahasiswanya.
"Ingat tidak seperti jurusan lain yang di mana lulus dan mendapatkan gelar sarjana adalah akhir, untuk anak kedokteran jalan kalian masih panjang," ucap wanita itu lagi.
Diandra menyeka air matanya rasanya sungguh sangat bahagia sekali, walaupun setelah ini jalan yang harus dilalui untuk menjadi dokter akan lebih terjal dan menguras tenaga lebih dalam lagi, tapi Diandra sudah bertekad bahwa dia harus menjadi Dokter seperti kedua orang tuanya dan seperti kakak laki-lakinya.
"Atau malah udah ada yang rencana mau nikah nih? siapa yang sudah dilamar?" tanya Dokter Ika sambil tersenyum menggoda.
Seketika Diandra seperti ditampar, terlebih beberapa temannya lebih dulu menyeletuk menyebutkan namanya.
"Diandra Dok sudah dilamar dia,, otw nikah!" teriak mereka dengan sangat kompak yang langsung membuat Diandra membelalakan matanya kesal.
"Oh yah?" ucap Dokter Ika sambil melihat Diandra dan juga tersenyum menggoda.
"Betul? dilamar siapa Dian?" tanya Dokter Ika.
Diandra nyengir lebar, baru dia akan membuka suara tetapi teman-teman kurang ajarnya itu sudah berteriak lebih dulu.
"Sama Dokter Gavin Dok," jawab mereka.
Tampak Dokter Ika terkejut setengah mati,, sedangkan Diandra langsung menepuk jidatnya kesal.
"Dokter Gavin? Gavin siapa?" tanya Dokter Ika.
Tidak perlu Diandra menjawab lagi,, karena enam orang juru bicaranya itu kembali langsung menjawab dengan suara yang sangat lantang.
"Dokter Gavin Narendra Putra Sp. B, lah Dok," jawab mereka serentak.
"Hah? Dokter Gavin Narendra Putra?" ucap wanita itu yang kembali terkejut, sungguh Diandra ingin sekali membunuh enam cecunguk itu dengan tangannya.
"Jadi kalian selama ini pacaran Dian? kamu sama Dokter Gavin?" tanya Dokter Ika sambil menatap Diandra dengan tatapan mata menyelidik.
"Bukannya kalian selama ini selalu berselisih terus satu sama lain yah?" ucap Dokter Ika lagi.
Memang ketidak akuran Diandra dengan satu dosen itu sudah terdengar seantero dosen dan mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan Diandra. Sudah bukan pemandangan aneh jika melihat mereka bertemu tapi tidak bertegur sapa, bahkan beradu argumen di ruang dekan, melihat Diandra di hukum Dokter Gavin, itu sudah sangat biasa sekali. Tentu akan sangat mengejutkan jika tiba-tiba mendengar Diandra akan menikah dengan Dokter Gavin.
"A..anu Dok,, jadi se.. sebenarnya..," ucap Diandra yang tidak sampai selesai.
"Diandra termakan sumpahnya sendiri Dok," ucap Rendi yang diikuti oleh anggukan temannya yang lain.
Diandra mengeram dengan kesal, rasanya setelah ini dia perlu ke kedai kopi kenamaan membelikan teman-temannya itu kopi,, setelah dicampur sianida pastinya. Kenapa mereka tampak bahagia sekali dengan penderitaan Diandra?
"Eh?" Dokter Ika sontak saja langsung menatap Rendi.
"Kemakan sumpahnya sendiri gimana?" tanya Dokter Ika yang sangat penasaran, dan tentu saja itu bisa menjadi berita heboh yang mengguncang fakultas.
Pasalnya dia tahu teman sejawatnya itu tampak tidak pernah dekat atau tertarik pada wanita. Bahkan banyak yang mengira bahwa dia mempunyai kelainan seksual, tapi tidak ada bukti yang mendukung jadi itu hanya sebatas rumor saja, dan sekarang terdengar sosok itu ingin menikahi mahasiswinya yang masih belia? tentu itu sangat mengejutkan sekali!!!
Terlebih di antara mereka tidak pernah akur, tentu aneh sekali bukan kalau mereka tiba-tiba hendak menikah?
"Yah tadi kan si Diandra flashdisk nya hilang Dok,, nah teriak dianya,, bilangnya kalau ada yang nemuin dan kasih balik ke dia,, kalau dia perempuan akan dijadikan saudara dan kalau laki-laki akan dijadikan suami,"
Hal itu membuat tawa langsung pecah seisi ruangan.
"Oh begitu yah? terus yang nemuin Dokter Gavin gitu?" tanya dokter Ika di sela-sela tawanya.
"Iya Dok dan beliau juga dengar teriakan nazar dari Diandra,, nah langsung deh dia bilang kalau dia mau datang melamar ke rumah Diandra,"
Dokter Ika langsung membulatkan matanya dan sontak melihat pada Diandra yang wajahnya sudah merah padam itu.
"Nggak apa-apa Diandra,, Dokter Gavin ganteng banget loh, mana sudah spesialis lagi masa depanmu pokoknya akan terjamin," ucap Dokter Ika.
Tawa seisi ruangan langsung pecah,, Diandra hanya nyengir sambil mengumpat di dalam hatinya. Menikah dengan sosok judes dan menyebalkan itu dikatakan masa depan Diandra terjamin? Ah... tidak perlu menikah dengan dia selama orang tua Diandra masih praktek,, masa depan Diandra juga terjamin kok. Diandra mengusap wajahnya dengan kedua tangan,, takdir macam apa ini?
##########
Diandra langsung melangkah lesu keluar dari ruang sidang, dia sudah sangat kenyang dijadikan bahan tertawaan teman-teman dajjal nya tentang hal malang apa yang harus Diandra jalani efek dari asal bicara yang membuat dia harus terikat secara terpaksa dengan Dokter Gavin. Diandra hampir duduk di sofa yang berada di depan ruang sidang ketika suara dering ponsel mengejutkan dirinya.
"Siapa sih ini? nggak tahu apa kalau aku lagi kesal?" ucap Diandra menggerutu, Diandra mengambil ponselnya dan melihat seketika matanya langsung terbelalak begitu melihat siapa yang meneleponnya.
"Suamiku tercinta,"
Hah! suamiku tercinta katanya! rasanya Diandra tidak ingin menjawabnya,, namun dia tau itu bukan solusi menyelesaikan masalah!
"Halo," ucap Diandra dengan malas.
"Selamat yah, lulus kan?" ucap Gavin dari seberang sana dengan suara yang sangat datar membuat Diandra berdecih kesal.
"Lulus Dok, terima kasih banyak," jawab Diandra dengan suara datarnya juga. Garing banget sih ini orang? eh tapi Diandra memangnya berharap dia bersikap seperti apa?
"Bagus nanti malam siap-siap, saya jemput di kosan kamu," ucap Gavin.
Diandra lagi-lagi terkejut begitu mendengar ucapan Dokter itu,, dia mau menjemput dirinya di kosan? untuk apa?
"Hah? mau ngapain Dok?" tanya Diandra tidak mengerti.
"Sudahlah siap-siap saja,, jam tujuh tepat saya sampai di sana," ucap Gavin.
Diandra kembali terbelalak.
"Memang Dokter tahu di mana kosan saya?" tanya Diandra mendadak curiga jangan-jangan....
"Belum sih,, nanti share lock yah,, saya jemput," ucap Gavin.
"Ta...tapi Dok..."
Tutttt....
Sambungan telepon terputus membuat Diandra sontak meremas ponselnya dengan gemas. Orang itu mau ngapain sih? untuk apa dia menjemput Diandra?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Ruth Octaviani
semangat thor... ak padamu... y banyak up nya ya thor🤭
2022-10-17
0