Gavin memarkirkan mobilnya di area parkir fakultas kedokteran tempat dia mengajar, tas ranselnya sudah naik ke punggung, dia sudah melihat dirinya dan semuanya sudah rapi. Gavin melangkah dengan santai beberapa kali menyunggingkan senyum tipisnya ketika ada yang menyapa dirinya. Gavin hendak melangkah keluar dari area parkir,, namun langkahnya terhenti begitu kakinya menginjak sesuatu.
"Flashdisk?" ucap Gavin dengan alis yang berkerut,, dia menggeleng dan membawa flashdisk itu di genggamannya. Mungkin saja itu milik salah satu mahasiswanya,, dia kemudian melanjutkan langkahnya sambil menghilangkan pelan-pelan rasa dongkol di dalam hatinya efek obrolan yang membosankan dengan ibunya tadi.
#########
"Cari yang benar dong Dian," ucap Kiki.
Diandra sontak saja langsung mendengus,, memutar bola matanya dengan gemas sambil menatap Kiki yang saat ini juga tampak panik. Bagaimana mau tidak panik kalau tiga puluh lima menit lagi Diandra akan sidang skripsi, namun file skripsinya lenyap entah ke mana bersama dengan flashdisk nya,, dan lebih parahnya lagi laptopnya tadi terbentur meja sehingga membuat layar LCD laptop itu mati total. Lengkap sudah penderitaannya.
"Ini aku juga udah beneran carinya Kiki," ucap Diandra dengan mata yang sudah memerah, dia benar-benar akan mati kalau soft file presentasi untuk sidang skripsinya itu benar-benar tidak dia temukan.
"Lagian kamu sih gimana ceritanya flashdisk bisa hilang,, laptop mati pula," ucap Kiki masih dengan panik juga.
Diandra mencebikkan bibirnya memang semua ini dia mau apa? Diandra juga tidak mau ini terjadi di hari paling krusial dalam sepanjang perjalanan Pre - kliniknya. Gelar Sarjana Kedokteran itu adalah impian Diandra selama ini dan tinggal selangkah lagi dia mendapatkan gelar itu untuk lanjut pendidikan klinik dan segala macam perjuangannya untuk menjadi seorang Dokter.
"Nggak ada Ki," ucap Diandra sambil mengeluarkan semua isi tasnya.
Berbagai macam benda seperti tempat pulpen, pouch make-up dan lain sebagainya berjatuhan,, namun tidak ada flashdisk itu di sana membuat Diandra begitu frustasi,, tidak peduli dengan banyaknya mahasiswa dan mahasiswi di sana dia langsung berteriak dengan sedikit putus asa.
"AAAA SUMPAH DEMI ALLAH SIAPAPUN ORANG YANG MENEMUKAN FLASHDISK KU DAN MENGEMBALIKAN KE AKU HARI INI, KALAU PEREMPUAN AKAN AKU JADIKAN SAUDARA DAN KALAU LAKI-LAKI AKAN AKU JADIKAN SUAMI," teriak frustasi Diandra yang langsung membuat semua orang menoleh kepadanya dan menatapnya terkejut.
Belum hilang keterkejutan semua orang yang di sana karena teriakan frustasi Diandra mereka kembali dibuat terkejut dengan munculnya seseorang dengan sosok yang sangat tenang melangkah mendekati Diandra yang sedang duduk di lantai sambil terisak menundukkan wajahnya.
Siapa yang tidak kenal dengan sosok itu? Dokter Gavin Narendra Putra seorang dokter bedah yang merupakan salah satu dosen juga di kampus mereka, dengan tubuh tinggi tegap dan atletis itu,, sungguh dia sama sekali tidak cocok menjadi Dokter jika dilihat dari visualnya, terlalu ganteng parah sampai nggak ada obat. Semuanya langsung diam membisu kecuali Diandra yang masih terisak dengan nasib yang menimpanya,, laptopnya rusak,, flashdisk nya hilang di saat hendak sidang skripsi? hal buruk memang apalagi yang akan terjadi selain dua hal yang saat ini dia alami?
"Ini flashdisk yang kamu maksud?" tanya sosok yang sangat tampan itu,, yang lagi-lagi membuat semua orang yang ada di sana langsung tertegun tidak berkutik sama sekali.
Diandra tersentak kaget,, suara itu.... Diandra segera mengangkat wajahnya,, sosok itu sedang berdiri di depan Diandra sambil menyodorkan benda yang dicari oleh Diandra sejak tadi. Ya flashdisk itu ada di tangan Dokter Gavin! Bagaimana bisa? Ah tidak perduli lah masalah itu yang penting flashdisk nya kembali dan dia siap untuk sidang skripsi. Kebahagiaan dan rasa syukur yang hendak keluar dari bibir Diandra sontak terhenti. Karena samar-samar Diandra mengingat sumpahnya tadi itu,, yang itu berarti....
"Tadi saya menemukan itu di area parkir," ucap Dokter Gavin sambil memberikan benda itu ke tangan Diandra yang masih tertegun di tempatnya duduk.
"Setelah sidang saya tunggu di ruangan saya untuk membahas kapan bisa saya datang ke rumahmu untuk melamar mu. Kebetulan saya lagi butuh istri," ucap sosok tampan itu dengan begitu santainya.
Semua yang ada disana sontak membelalakan matanya dengan sempurna,, termasuk Kiki dan tentunya Diandra. Sosok itu hanya tersenyum tampak dia hendak melangkah namun dia urungkan dan kembali menatap Diandra yang terlihat masih shock berat.
"Semangat untuk sidang hari ini yah,, saya tunggu di ruangan saya," ucapnya lalu melangkah dengan begitu santainya dan sangat percaya diri menuju ruangan dosen.
Diandra tertegun,, dia menoleh menatap Kiki yang masih sangat terkejut dan melongo itu dengan apa yang barusan terjadi di depan matanya sendiri.
"Diandra,, please ini cuma mimpikan Dian?" ucap Kiki dengan ekspresi terkejutnya itu.
Diandra menoleh perlahan sambil menatap di sekelilingnya yang tengah memperhatikannya itu. Flashdisk di tangan Diandra langsung terjatuh, dan sekali lagi Diandra berteriak histeris sambil mengacak rambutnya dengan sangat frustasi.
"Ttttiiiiddaaaaaakkkkkkkk," teriak Diandra.
Gavin mendengar teriakan histeris itu dan Gavin hanya tersenyum simpul saja lantas melangkahkan kakinya menuju ke ruangannya,, bayangan gadis itu terlintas dalam benak Gavin,, dia adalah salah satu mahasiswi yang sedikit menyebalkan menurut Gavin pribadi, namun Gavin akui kalau Diandra cukup menarik,, wajahnya cantik dan bibir tipis yang selalu diolesi lipcream.
Sejak dulu Gavin selalu memperhatikan gadis itu,, bukan karena naksir tapi karena sikap yang menyebalkan dari gadis itu,, agak lemot dan ngeyel setengah mati membuat Gavin sangat gemas pada sosok wanita itu.
"Huh,, daripada aku di suruh nikah sama si Tati itu,, sama Diandra tentu lebih mendingan, bukan?" ucap Gavin,, dan Gavin sendiri tidak mengerti kenapa hidupnya gini amat sih?
Ada untungnya juga tadi dia memungut benda itu,, dan mendengar teriakan frustasi dari pemilik si flashdisk,, rasanya kebuntuan Gavin mengenai tekad sang Ibu yang sudah ngebet meminta menantu langsung menemukan solusi seketika.
"Diandra Safaluna," ucap Gavin secara tidak sadar menyebutkan nama lengkap gadis itu,, membayangkan visual gadis itu dalam otaknya,, apa tanggapan Ibunya nanti ketika dia membawa Diandra pulang dan memperkenalkan Diandra sebagai calon istrinya? apakah Mira akan menerima? atau akan tetap menjodohkan dirinya dengan Tati?
Mampus lah kalau dia di jodohkan dengan Tati! daripada anak Pak Hendra tentu saja Diandra lebih menarik. Namun kembali pada pasal yang membuat Gavin sedikit ragu adalah sikap gadis itu yang selalu membuat dia hipertensi. Gadis itu agak menyebalkan sering sekali dia berselisih dengan gadis itu di dalam kelas,, seperti waktu itu.....
"Tugas makalah yang saya berikan kemarin,, sudah selesai bukan?" tanya Gavin sambil menatap mahasiswanya satu persatu dan mereka pun langsung mengangguk kompak,, terlihat mereka langsung mengambil sesuatu dari dalam tas mereka masing-masing. Beberapa dari mereka bahkan sudah menyiapkan makalah itu di atas meja.
Gavin meraih makalah dari meja paling depan membukanya dan hendak membaca makalah itu ketika pintu ruangan terbuka, nampak sosok itu muncul dengan nafas yang terengah-engah, membuat Gavin sontak menutup kembali makalah itu dan melihat ke arah pintu dengan tatapan tajam.
"Jam berapa ini?" tanya Gavin dingin dengan suara yang sangat tidak ramah.
Gadis itu sontak berlari ke arah Gavin menundukkan wajahnya dengan nafas yang masih terengah-engah sambil mencoba menetralkan nafasnya.
"Maaf Dok, tadi ban motor saya boc...," ucap Diandra yang tidak selesai.
"Tidak ada alasan! kamu telat dikelas saya dan peraturannya kalau telat tidak boleh masuk kelas!" ucap Gavin tegas.
Diandra langsung mengangkat wajahnya menatap Gavin dengan mata yang terbelalak.
"Loh,, tapi kan saya hanya terlambat satu menit saja Dok,," ucap Diandra protes.
"Saya tidak mau tahu dan tidak peduli,, itu sudah menjadi peraturan di kelas saya," ucap Gavin yang tetap bersikukuh tidak mau menerima gadis itu di kelasnya.
"Ini sangat tidak adil!!!" ucap Diandra.
Gavin langsung memandang gadis itu dengan tajam dan ruangan menjadi sangat sunyi, pandangan mereka langsung fokus pada dua orang yang berada di depan kelas yang sedang bersitegang.
"Tidak adil? di bagian mananya sampai kamu bilang tidak adil, Dian?" ucap Gavin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
U. Boy
ck,orang ganteng+kaya mah santai,sat set
2023-01-12
1