"Si Jack kemarin istrinya lahiran loh,, Gavin," ucap Mira.
Gavin mendadak lemas benar kan? di hari kedua ibunya di sini pasti bakalan itu yang dia bahas! sudah Gavin tebak sebelumnya.
"Ya baguslah kalau begitu Bu,, nambah personil berarti nama rezeki juga," ucap Gavin,, begitukan kata orang tua dulu? semboyan yang membuat satu KK sampai memiliki belasan anak, punya banyak anak berarti punya banyak rezeki.
"Yah maka dari itu,, kamu kapan nikah Gavin?" ucap Mira.
Kepala Gavin langsung berputar, rasanya dia ingin sekali lari masuk ke dalam kamar, tapi meninggalkan ibunya sendiri di depan TV seperti ini itu sama saja cari ribut namanya.
"Nanti saja lah,, kerjaan Gavin lagi padat Bu," jawab Gavin sambil berharap ibunya tidak lagi membahas hal itu, namun sepertinya Gavin salah karena sedetik kemudian, Mira membelalakan matanya dan terlihat kesal dengan jawaban Gavin barusan.
"Nanti terus! dari kamu lulus jadi dokter sampai sekarang sudah spesialis setiap ditanya kapan nikah jawabanmu pasti nanti terus, apa tidak ada jawaban lain Gavin?" tanya Mira.
Yassalam!!!
"Kamu itu sudah berumur Gavin,, mau sampai kapan sih melajang terus? masa iya sih ribuan wanita di luaran sana menolak kamu? jangan terlalu pilih-pilih lah Gavin keburu tua kamu," ucap Mira lagi.
Astaga sabar,, batin Gavin.
"Teman-teman kamu coba lihat,, mereka semua sudah punya anak,, sedangkan kamu? astaga Ibu sampai sangat pusing memikirkan kamu!" ucap Mira dengan suara yang masih melengking, membuat Gavin ingin sekali menyumpal telinganya dengan handsfree,, namun Gavin batalkan takut disumpahin tuli,, jangan sampai dia tuli beneran nanti.
"Bu tidak perlu pusing-pusing mikirin Gavin karena Gavin baik-baik saja kok,," ucap Gavin yang mencoba terus bersabar,, astaga,, kenapa sih selalu begini?
"Gimana Ibu tidak pusing,, Gavin lihat umur kamu sekarang berapa? sebelum Ibu mati,, Ibu sangat ingin sekali melihat kamu menikah Gavin, punya anak dan Mama gendong cucu dari kamu," ucap Mira.
Gavin langsung menepuk jidatnya gemas.
"Jangan bicara begitu Bu,, Ibu sehat, Ibu akan panjang umur!" ucap Gavin.
"Gimana Ibu mau panjang umur kalau Ibu selalu stress mikirin kamu terus Gavin," ucap Mira.
Gavin hanya bisa menghela nafas panjang saja,, memang sangat susah tinggal di benua Asia khususnya di Indonesia,, udah tua tapi belum menikah akan jadi omongan, masih muda nikah duluan karena hamil akan menjadi omongan juga,, heran banget,, orang-orang di negara ini mungkin kurang pekerjaan hingga suka ngulik kehidupan orang lain dijadikan pekerjaan.
"Nanti deh Ma, Gavin cari calon dulu," ucap Gavin.
"Nah gitu dong, cari istri jangan hanya cantik saja yang diutamakan tapi lihat attitude nya juga," ucap Mira.
Nah sepertinya Gavin salah bicara lagi, setelah ini sang Ibu pasti bercerita panjang lebar mengenai kriteria calon istri yang baik, yang cocok untuk dirinya seperti apa. Gavin melirik kotak P3K yang menempel di tembok, rasanya setelah ini Gavin harus meminum paracetamol agar dia bisa tidur karena tadi saat obrolan dimulai kepalanya langsung sakit.
##########
"Dokter," panggil seseorang.
Gavin yang baru saja turun dari mobil langsung menoleh,, terlihat gadis yang memakai celana bahan hitam dan kemeja warna pink itu sedang berlari-lari kecil ke arahnya, membuat Gavin tersenyum sinis dan mendadak muncul sebuah ide jahat di kepalanya ketika melihat gadis itu.
"Iyaa kenapa?" tanya Gavin dengan wajah datarnya.
Diandra tampak ngos-ngosan.
Terdengar jelas nafas Diandra terengah-engah, membuat Gavin semakin bernafsu untuk mengerjai mahasiswi menyebalkan seperti Diandra safaluna ini.
"I...ini tu..tu...gas saya Dokter," ucap Diandra yang masih terengah-engah dan tangannya memberikan makalah bersampul mika biru itu kepada Gavin.
Gavin mengambil makalah itu,, membukanya dan melihatnya sejenak,, tidak dia baca memang itu hanya formalitas saja,, dia lantas menutup makalah itu lalu mengembalikan makalah itu kepada sang pemilik yang masih bernafas ngos-ngosan saat ini.
"Telat!! kemarin kan hari terakhir dikumpulkan," ucap Gavin dengan santainya yang langsung membuat mata Diandra membulat dan menatap Gavin dengan kesal, rasanya Gavin ingin sekali berteriak. tidak dosa kan mengerjai mahasiswi seperti Diandra ini? udah badung,, tukang ngeyel,, ngeselin lagi. Mana kadang lemotnya setengah mati lagi, Gavin heran! dulu kok dia bisa lolos jadi mahasiswa kedokteran. Caranya bagaimana?
"Loh!! kemarin kan saya sudah kumpulkan Dok dan ini revisinya," ucap Diandra.
Dan sudah Gavin duga sosok wanita di depannya ini tidak akan gentar untuk protes, membuat Gavin mengacungkan jempol untuk Diandra yang selalu melawannya.
"Makalah yang dikembalikan itu artinya ditolak Dian. Dan itu artinya lagi makalah kamu tidak tercatat dikumpulkan kemarin," ucap Gavin sambil menikmati melihat wajah cemberut itu,, kenapa diam-diam gadis ini menggemaskan sekali?
"Nggak bisa seperti itu dong Dok,, itu peraturan dari mana lagi?" tanya Diandra dengan suara yang melengking,, membuat Gavin ingin sekali membungkam mulut itu dengan segera.
"Peraturan saya dong mau peraturan siapa lagi,, dan setiap mahasiswa yang ikut dalam kelas saya maka harus mematuhi segala peraturan saya,, mengerti Diandra?" ucap Gavin.
"Loh tapikan Dok...." ucap Diandra yang sudah dipotong duluan oleh Gavin.
"Nggak ada tapi-tapian,, itu sudah fix!" ucap Gavin sambil mengacak rambut Diandra,, Gavin tersenyum jahil lalu membalikkan badan meninggalkan gadis itu.
Dia tidak peduli bagaimana ekspresi wajah gadis itu yang terlihat sangat kesal padanya yang penting dia sudah menunjukkan kuasanya di depan gadis itu.
Apa yang akan gadis itu lakukan? melapor pada dekan lagi seperti kemarin? ah! bodo amat akan Gavin tunggu lagi perlawanan seperti apa yang akan dia lakukan. Gavin menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya sejenak untuk melihat apalagi yang dilakukan gadis itu,, tampak gadis itu tengah menginjak-nginjak makalahnya sendiri di tanah membuat tawa Gavin langsung pecah seketika.
"Dian... Dian,, enakan berurusan dengan saya?" ucap Gavin.
###############
"Dokter Gavin!!!!!" teriak Diandra kesal sambil menghempaskan makalah yang sudah tidak berbentuk itu di atas lantai,, nafasnya naik turun,, wajahnya memerah dengan air mata yang masih nampak mengembang di mata indah itu.
Kiki yang berada di sebelah Diandra tahu betul kenapa Diandra selalu berurusan dengan dosen favorit di kampus mereka. Yah apalagi kalau bukan karena protes Diandra dan berani melapor kepada dekan perihal hukuman Gavin bagi mahasiswa yang terlambat masuk di jam mata kuliahnya,, mengantarkan Diandra selalu saja berurusan dengan pria tampan itu.
"Sabarlah!! jangan emosi gitu," ucap Kiki sambil tersenyum kecut,, memang Kiki bisa bantu apa selain mengucapkan kata-kata itu? lama-lama dia juga yang akan kena batunya.
"Gimana mau sabar,, dia sudah tidak adil betul sama aku Ki!" ucap Diandra dengan mata yang kembali basah,, Diandra benar-benar benci dengan lelaki itu.
"Pantas saja sampai umur setua itu dia masih jomblo,, mana ada yang mau sama laki-laki ngeselin kayak dia," ucap Diandra lagi sambil mengeluarkan air matanya.
"Hus!" ucap Kiki yang kontan langsung menepuk gemas punggung temannya.
"Kamu itu kalau beliaunya sampai dengar bisa gawat, Dian" ucap Kiki lagi sambil melihat di sekelilingnya dan dia bersyukur sosok itu tidak ada di sekeliling mereka.
"Biarin sekalian dia dengar," teriak Diandra lagi yang membuat Kiki langsung membekap mulut Diandra.
"Lihat saja pokoknya aku doakan dia mendapatkan istri yang bawel,, yang ngeyel dan ngeselin kayak aku gini! biar dia hipertensi terus kena stroke!!!" ucap Diandra sungguh-sungguh mendoakan.
"Hus!!" kembali Kiki menggebuk punggung Diandra dengan gemas.
"Nih orang yah kalau ngomong selalu saja sembarangan," ucap Kiki.
"Biarin....Biarin... Biarin...!!!" ucap Diandra kesal sambil menghentakkan kakinya ke tanah.
"Pokoknya aku benci - benci - benci banget sama Dokter Gavin!!!" teriak Diandra lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments