Gavin meletakkan ponselnya,, sedetik kemudian senyum Gavin merekah sempurna. Wajah cantik yang tampak manyun tadi kembali terngiang di benak Gavin. Dia harus menekan Diandra agar membujuk ayahnya supaya menyetujui lamarannya,, kalau tidak bisa jadi lamaran nih Gavin akan ditolak mengingat Diandra masih cukup belia dan baru saja lulus S1 kedokteran. Dan jangan lupakan lagi usia Gavin dan Diandra terpaut cukup jauh. dan kalau lamaran Gavin ditolak,, tahu kan apa yang akan terjadi pada Gavin ini? dia pasti akan dipaksa oleh sang ibu untuk menikahi Tati, dan Gavin sangat tidak mau itu terjadi.
"Mau tidak mau kita harus menikah, Dian!! dan kamu harus pastikan Papamu setuju aku menjadi suamimu menerima lamaran ku," ucap Gavin.
Dan nanti malam,, dia harus banyak bicara pada Diandra. Sebelum nanti Gavin datang ke rumah gadis itu dan minta langsung kepada sang Ayah, perlu dicatat, Gavin tidak mau pulang dengan tangan kosong dari sana. Tidak! dia harus bawa Diandra ikut pulang bersamanya, menjadi istrinya dan menyelamatkan Gavin dari ide gila perjodohan yang akan dilakukan Mamanya itu.
#############
"Udahlah jangan pikirkan itu dulu,, harusnya kamu senang dong hari ini lulus dari Fakultas Kedokteran" ucap Kiki.
Diandra menulis di hadapannya sudah banyak sekali tergeletak buket bunga, boneka dan banyak lagi kado kelulusan yang teman-temannya berikan. Harusnya dia bahagia,, ikut foto-foto untuk merayakan hari spesialnya hari ini, bukan malah bermuram durja seperti saat ini, tapi begitu mengingat nasib apa yang akan dia dapatkan....
"Nanti malam dia mau jemput di kos, Ki," ucap Diandra yang ingat perihal Dokter Gavin yang mengajaknya pergi nanti malam.
"Hah? jadi beliau sudah sering ke kos kamu, Dian?" ucap Kiki sangat terkejut sambil menatap Diandra yang sontak melotot lalu mendapatkan timpukan gemas ke punggung gadis itu.
"Sembarangan!!!" omel Diandra kesal.
"Dia belum pernah ke kosan aku, Kiki," ucap Diandra.
"Lah kok dia mau jemput kamu di kos?" tanya Kiki sambil menyelidik jangan-jangan selama ini....
"Entahlah!!! dia minta sharelock dan akan menjemput aku jam tujuh nanti malam,, entah aku mau diajak ke mana," ucap Diandra sambil menopang dagunya, sungguh sial sekali nasibnya!
Kiki mengangguk perlahan,, mungkin saja mau diajak bicara mengenai lamaran kan? atau merayakan kelulusan sang calon istri? Ah... kenapa Kiki yang jadi kepo dengan apa yang akan terjadi di antara mereka nanti.
"Ki,, nanti malam kita pergi aja yuk,, nonton gitu?" ucap Diandra.
Kiki langsung terlonjak kaget,, dia langsung menoleh menatap Diandra dengan tajam,, gila apa? gila apa mana berani Kiki bawa kabur Diandra kalau dokter Gavin sudah mengajak Diandra keluar nanti malam?
"Oh no! nggak mau! aku nggak mau ada urusan dengan calon suami kamu,, oke?" ucap Kiki sambil menggelengkan kepalanya pertanda tidak setuju atas tawaran Diandra tadi.
"Ayolah! tolongin aku Ki," ucap Diandra.
Kiki mencebikkan bibirnya kemudian menggelengkan kepalanya lagi.
"Tidak mau!!! hadapi sajalah, memang kalau lari masalah akan selesai?" ucap Kiki.
Diandra menghela nafasnya panjang bagaimana dia akan mengatakan hal ini kepada sang papa? bahwa dia akan dilamar dan dinikahi tahun ini juga.
Eh tapi tunggu dulu!!!
Pasti Papanya tidak akan saya tunjuk bukan? tidak peduli Dokter Gavin sudah spesialis sekalipun? Diandra belum berumur dua puluh lima tahun,, mana boleh dia diizinkan menikah? mana dia harus menjalani pendidikan koas dan lain sebagainya. Wajah sendu Diandra berubah menjadi cerah. Masa depannya masih terselamatkan, bukan?
"Eh,, kamu nggak apa-apa kan, Dian?" tanya Kiki yang khawatir karena tadi ekspresi wajah Diandra sendu dan sekarang tiba-tiba langsung cengar-cengir macam begini? bagaimana Kiki tidak mau khawatir?
"Udahlah aku mau cuci muka dulu,," ucap Diandra lalu segera bangkit meraih pouch make-up nya dan melangkah ke toilet.
"Dia baik-baik saja,, bukan?" ucap Kiki sambil menatap kepergian sahabatnya itu.
###########
"Mau kemana Vin?" tanya Mira heran begitu melihat anak laki-lakinya sudah rapi lagi setelah pulang dari rumah sakit.
Dengan celana bahan dan kemeja itu, Gavin hendak sudah bersiap untuk pergi lagi,, aroma parfum menguar dengan begitu kuat, nampak bahwa orang atau tempat yang akan Gavin kunjungi bukan sembarangan.
"Keluar sebentar Bu, Ibu mau dibawakan apa?" tanya Gavin sambil menggulung lengan kemejanya sampai siku.
"Bawain calon mantu, Vin. Ibu tunggu," ucap Mira.
Gavin tersenyum kecut, merapikan sedikit kemejanya lantas meraih tangan sang ibu.
"Doakan lancar yah Bu, nanti Gavin bawa ke rumah," ucapkan Gavin dan dengan hormat mencium punggung tangan ibunya,, Gavin tersenyum begitu manis sambil menatap ibunya yang tampak terkejut.
"Serius Gavin? kamu tidak bohong kan?" ucap Mira yang masih sangat terkejut. Kenapa baru sekarang?
"Serius Bu, makanya Ibu doain,, Gavin yah?" ucap Gavin lagi.
Mira tersenyum mengangguk sambil mengelus pipi anak lelakinya itu dengan penuh kasih.
"Asal kamu tahu Gavin, dalam lima kali shalat ibu, yang ibu lakukan setiap hari, Ibu tidak pernah berhenti mendoakan kamu dan anak-anak Ibu semua," ucap Mira.
Gavin tertegun menatap menikmati Mira yang berkaca-kaca, dari mata itu, Gavin bisa melihat dan merasakan bahwa cinta ibunya begitu luar biasa untuknya. Untuk dia dan saudara-saudaranya yang lain, tentu saja, bukankah cinta ibu itu tidak pernah terhingga sepanjang masa?
"Terima kasih banyak Bu,, Gavin pamit dulu,, sudah ditunggu," ucap Gavin.
Kembali Mira tersenyum menepuk lembut bahu anak kebanggaannya, Gavin segera berlalu, meraih kunci mobil yang tadi dia letakkan sembarang di meja ruang tamu, tanpa banyak bicara lagi Gavin pun pergi.
Mira kembali tersenyum dan bergumang sendiri.
"Ibu sangat berharap bukan wanita sembarangan yang kamu bawa di hadapan Ibu Gavin,"
#############
Diandra melihat pantulan dirinya di depan cermin,, celana highwaist warna hitam dan kaos putih itu sudah membungkusnya dengan rapi, rambut panjangnya dia gerai, tampak begitu lurus dan berkilau efek habis dia cuci bersih.
Diandra sudah terlihat sangat cantik.
"Astaga pura-pura pergi aja kali yah? tapi udah terlanjur sharelock tadi," ucap Diandra sambil mondar-mandir sepanjang pintu kamar mandi, sampai di dekat kasur, lalu berbalik melangkah menuju pintu kamar mandi, seperti itu terus sampai beberapa kali, dia semacam jadi setrika listrik saja.
"Aduh, Dian. Kenapa kamu pakai sharelock sih tadi?" ucap Diandra sambil menepuk jidatnya sendiri.
"Kalau matiin hp kan beres?" ucap Diandra lagi yang mulai memaki dirinya sendiri.
"Ini mah namanya kamu nyemplung sendiri ke jebakan Batman, Dian," ucap Diandra yang benar-benar kesal harus bagaimana lagi sekarang?
Diandra ingin kembali melangkah ke kamar mandi,,, tapi tiba-tiba dering telepon membuatnya terkejut luar biasa.
"Suamiku tercinta"
Gila! sejak kapan dia menikah sehingga ada nama kontak yang begitu konyol di ponselnya? Diandra mengeram, meraih ponsel itu lalu mengangkat panggilan masuk itu.
"Hal..."
"Saya di bawah cepat turun," potong Gavin cepat.
"Tap...."
Tuttttttt.....
Diandra melotot ketika panggilan itu ditutup sepihak, rasanya dia ingin sekali *******-***** orang itu sampai tidak berbentuk.
Tidak ada cara lain lagi!!!!
Dengan kesal Diandra meraih tas selempang yang sudah dia siapkan, memasukkan ponselnya ke dalam tas lantas menyambar sepatu dengan hak lima cm warna hitam kesayangannya. Dia bergegas menuju pintu, hendak turun menemui laki-laki paling menyebalkan yang pernah Diandra temui seumur hidupnya.
"Awas saja ngajakin macam-macam!! dasar bujang lapuk menyebalkan" ucap Diandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments