"Dokter mau ngajar yah?" komen Diandra asal ketika sudah masuk ke dalam mobil Pajero Dakar berwarna putih itu. Karena penampilan Gavin begitu rapi malam ini, seperti ketika sedang mengajar di kelas saja.
Celana bahan dan kemeja itu terus terang menampilkan kharisma yang begitu kuat, hanya saja di mata Diandra, penampilan Gavin bapak-bapak sekali! Ah! sepertinya Diandra lupa bahwa dia dan Bapak satu ini beda generasi. Tampak Gavin mendengus kesal, menoleh ke arah Diandra dan langsung mengomel.
"Ngajar katamu? memang saya nggak boleh istirahat apa?" ucap Gavin dengan bibir manyun.
"Saya mau ajak kamu makan malam, sekalian mau bahas masa depan kita," ucap Gavin.
Diandra langsung tertegun sejenak, bahas masa depan? bahas masa depan yang seperti apa? kenapa dosen yang super jutek dan sangat menyebalkan ini jadi begitu bernafsu ingin menikahi dirinya? apa jangan-jangan...
"Dian, tolong pakai sabuk pengaman mu," ucap Gavin menyadarkan Diandra dari lamunannya.
Diandra sontak nyengir,, menarik seat belt itu dan mengunci tubuhnya di Jok,, jantungnya berdegup dua kali lebih kencang, sebenarnya dia mau dibawa ke mana? dan masa depan seperti apa yang hendak dibicarakannya.
"Ngomong-ngomong karena hari ini hari kelulusan kamu,, kamu ingin makan malam di mana, Dian?" tanya Gavin.
Kembali Diandra tersentak, dia langsung menoleh menatap Gavin yang sudah begitu serius dengan setirnya. Lah? jadi si Gavin ini belum memiliki tujuan mau membawa dia kemana?
"Lah? dokter ngajakin aku pergi tapi belum memiliki tujuan mau kemana?" tanya Diandra balik yang sontak membuat Gavin melirik tajam padanya.
"Oke kalau begitu kita pergi ke tempat yang sudah saya pikirkan sejak tadi," ucap Gavin dengan santai yang langsung membuat Diandra kesal dalam hati.
Kenapa Diandra suka sekali mempersulit dirinya sendiri? mulai dari dirinya mengucapkan nazar edan sampai menantang Gavin malam ini,, sungguh itu benar-benar kecerobohan Diandra yang menjerumuskan dirinya ke dalam kesulitan yang entah apakah dia mampu melewatinya nanti.
Bagaimana kalau dia hendak dibawa ke tempat aneh-aneh oleh dosennya ini? kenapa tadi Diandra tidak menyebutkan tempat yang aman yang sekiranya bisa dia gunakan untuk kabur sih?
"LOH DOKTER,, KENAPA BELOK KE SINI?" tanya Diandra yang sudah histeris begitu Gavin membawa mobilnya belok ke sebuah hotel bintang lima yang cukup terkenal di kota ini.
"Kan tadi kamu tanya,, saya punya tujuan nggak? yah ini tujuan saya membawa kamu ke sini," ucap Gavin dengan begitu santai sambil mencari tempat parkir.
"DOKTER MAU BAWA SAYA KE HOTEL? JANGAN BILANG KALAU DOKTER ADA NI..." ucap Diandra yang bibirnya sontak terbungkam ketika telunjuk Gavin menempel di bibirnya, mata Gavin menatap pelurus ke dalam mata Diandra,, membuat Diandra langsung bungkam dan membeku di tempatnya duduk.
"Saya memang mau ngajakin kamu ke hotel tapi bukan buat check in masuk ke kamarnya, saya mau ajak kamu makan di restorannya sambil membahas masa depan kita, jadi tolong jangan berpikiran negatif sama saya,, oke?" ucap Gavin dengan sabar.
Diandra hanya mengangguk pelan tanpa banyak berkata-kata lagi,, sementara Gavin yang sudah selesai memarkir mobilnya langsung melepaskan seat belt,, lalu membuka pintu mobil dan melangkah turun.
Diandra kembali marah-marah dalam hati, salahkah dia jika takut Gavin akan berbuat yang tidak-tidak kepadanya? laki-laki matang nan dewasa itu membawanya masuk ke hotel!
Suara kaca mobil yang diketuk itu langsung mengejutkan Diandra,, membuat dia segera melepaskan seat belt dan ikut melangkah turun setelah melihat wajah itu nampak berubah tidak ramah. Benarkah dia tidak akan berbuat aneh-aneh pada Diandra? atau jangan-jangan dia...
"Ayo!!"
Diandra benar-benar terkejut saat tangan Gavin menggenggam erat tangannya dan membawa Diandra melangkah masuk ke dalam loby hotel. Jantung Diandra seakan mau lepas berkali-kali dia berdoa di dalam hatinya.
"Tuhan tolong lindungi saya dari bujang lapuk ini Tuhan," itulah doa Diandra di dalam hatinya yang dia ucapkan terus-menerus.
##############
Diandra dan Gavin sudah duduk saling berhadapan pada salah satu meja di dekat kolam,, meja yang cukup jauh dari meja lain yang terisi,, membuat suasana semakin mencekam dan dingin, itu tentu bagi Diandra saja. Sedangkan laki-laki itu tampak sedang menikmati makanannya, sementara Diandra hanya menatap nanar piring yang ada di depan wajahnya saat ini. Kenapa harus merasa begitu canggung?
"Makan dulu Dian, nanti selesai makan baru kita ngobrol banyak," ucap Gavin yang membuat Diandra menghela nafas sambil mengangguk tanpa banyak bicara, sungguh Diandra risih dengan tetapan para pengunjung restoran hotel yang sejak tadi mereka temui. Mereka menatap Diandra semacam ayam kampus yang sedang mendapatkan mangsanya. Ah... tapi itu bukan salah mereka juga,, karena penampilan Diandra dan Gavin memang memperlihatkan perbedaan usia mereka berdua.
Diandra begitu santai dengan up to date,, sementara Gavin nampak begitu kaku dengan celana bahan dan juga kemejanya.
Ada memang zaman sekarang nge-date pakai baju seperti itu? nyatanya ada dia adalah Dokter Gavin Narendra Putra spesialis bedah.
"Kenapa nggak dimakan? mikirin apa?" tanya Gavin.
Diandra langsung tersentak mengangkat wajahnya, melihat manik mata yang sudah memperhatikannya dengan saksama.
"Ah.. nggak apa-apa Dok," ucap Diandra sambil buru-buru menyuap makanan itu ke mulutnya,, lalu berhenti sesaat sambil memikirkan nasibnya yang begitu tidak bagus semenjak dia salah bicara mengenai flashdisk nya yang hilang.
Mungkin memang benar kata Kiki bahwa dia tidak boleh sembarangan bicara dan sekarang dia telah menuai hasil dari salah bicaranya itu,, saat ini dia sedang duduk saling berhadapan dengan sosok Dokter yang sangat dibencinya itu seumur hidup Diandra.
"Baik,, sepertinya kita mulai langsung saja yah Dian," ucap Gavin sambil meletakkan gelasnya di atas meja,, lalu mengambil tisu untuk mengelap mulutnya kemudian kembali fokus menatap Diandra.
"Mu... mulai apa yah Dok?" tanya Diandra yang rasanya ingin sekali lari namun itu akan membuatnya terlihat aneh di mata para pengunjung yang lain,, yang Diandra tahu betul beberapa dari mereka tengah memperhatikan dirinya.
Gavin membelalakkan matanya menatap gadis itu dengan kesal, untung dia anak Profesor Darmawan,, kalau tidak rasanya Gavin ingin sekali menyeret gadis itu dan membawanya...Ah! tidak Vin! jangan!
"Dian,, tujuan kita ke sini tadi kan hendak membahas masa depan kita,, bukan? jadi tentunya yang saya maksud sekarang itu yah perihal membahas masa depan kita," ucap Gavin dengan sedetail-detailnya.
Diandra sontak nyengir lebar membuat Gavin mengeram kesal sejenak,, menahan hasrat ingin menganiaya gadis di depannya ini yang bikin gemas setengah mati.
"Oke langsung saja,, kapan saya bisa ke rumah Dian?" ternyata Gavin yang mencoba sabar dan tenang.
"Bentar Dok," ucap Diandra sambil meneguk air yang ada di dalam gelas, lalu mendorong piring itu sedikit menjauh dari depan Diandra,, kemudian matanya fokus menatap Gavin yang tengah menatapnya juga dengan saksama.
"Apa lagi?" tanya Gavin.
"Dokter ini beneran mau melamar saya? mau menikahi saya?" tanya Diandra yang masih belum bisa menerima kenyataan itu bahwa dia harus menikahi laki-laki macam Gavin ini?
Oh No!!!
David langsung memijit pelipisnya dengan gemas.
"Diandra sejak tadi siang sudah saya katakan bukan? pantang bagi laki-laki matang seperti saya main-main dengan ucapan," ucap Gavin.
"Tapi kenapa Dok?" tanya Diandra yang masih belum terima.
"Kenapa katamu?" tanya Gavin balik,, sepertinya kesabaran Gavin sudah mulai habis stoknya.
"Iya Dok,, setidaknya kasih saya alasan kenapa Dokter begitu ngebet ingin menikahi saya," ucap Diandra.
Gavin menghela nafasnya panjang tampak ekspresi wajah itu begitu kesal.
"Jadi kamu ingin tahu kenapa saya itu pengen nikahin kamu?" ucap Gavin.
"Tentu saja!!! ini masalah masa depan saya dokter," ucap Diandra yang tentu tidak akan merelakan masa depannya sia-sia,, bukan?
"Jadi begini saya membutuhkan kamu Diandra," ucap Gavin yang membuat Diandra membelalakan matanya lagi dengan mulut yang ternganga menatap laki-laki yang duduk di depannya itu.
"Butuh yang bagaimana Dok?" tanya Diandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments