Dendam Wanita Yang Tersakiti

Dendam Wanita Yang Tersakiti

Athana Morgan

Bunyi tembakan terdengar menggema di dalam ruangan yang cukup luas, diiringi jeritan memilukan dari seorang gadis yang hampir meregang nyawa.

"Suaramu sangat berisik!" ucap seorang wanita sambil menarik pelatuk pistol.

Satu tembakan kembali meluncur dan menembus jantung sang gadis. Lantas, tidak ada lagi teriakan atau sekadar rintihan. Gadis itu sudah menutup mata dan mengembuskan napas terakhirnya.

"Misiku selesai."

Wanita yang bernama Athana Morgan tersenyum puas. Dia adalah pembunuh bayaran yang bergabung dengan Red—organisasi pembunuh bayaran kelas dunia. Sebagai wanita yang sudah lama terlatih untuk menghabisi nyawa, dia tak pernah lagi merasa iba atau tidak tega. Siapa pun itu, jika sudah menjadi targetnya, maka pasti dihabisi.

"Jangan salahkan aku yang membunuhmu, tapi salahkan dia yang memasukkanmu dalam daftar Red." Athana berjongkok dan tersenyum miring. Puas rasanya melihat target mati dan bersimbah darah.

Tak lama setelah memastikan sang gadis sudah tiada, Athana menyimpan kembali senjatanya. Lantas, mengangkat tubuh lemas itu dan memasukkannya ke dalam karung plastik. Tak lupa juga, Athana membersihkan darah yang tercecer di lantai dan membereskan kekacauan yang dia buat. Setelah itu, Athana menyeret karung yang bersisi mayat dan membawanya keluar.

Sebelum memulai misi, Athana sudah merusak CCTV dan membius para pelayan yang bekerja di sana. Jadi, tidak ada jejak yang tertinggal atas kejahatannya.

Namun, ketika melintas di ruang tengah, perhatian Athana tertuju pada sebuah buku yang tergeletak di atas meja. Wanita yang Tersakiti, judul yang tertera dalam sampulnya. Entah perasaan apa yang mendorongnya untuk mengambil buku itu, padahal tidak terlihat seperti ulasan tentang senjata api, racun, atau trik serangan yang mematikan. Padahal, selama ini hanya buku semacam itu yang dia baca.

"Novel. Bawa saja deh," gumam Athana setelah membolak-balik beberapa lembar awal.

Tanpa membuang waktu, Athana langsung menyelipkan buku itu di balik jubah hitamnya. Kemudian, kembali menyeret mayat targetnya dan cepat-cepat menuju mobil. Dengan senyum puas, Athana melajukan mobil tersebut menuju markas Red.

Setibanya di sana, Athana disambut hangat oleh Johan Smith—pemilik Red, juga disambut oleh Alexandre Valencio—pacar Athana—sesama pembunuh bayaran yang bergabung di Red.

"Target sudah ada di mobil, Tuan Smith. Suruh mereka membereskannya," ucap Athana. Di dalam Red memang ada aturan membawa mayat korban ke markas, yang kemudian dikubur di sana. Dengan begitu, tidak ada orang yang menemukan bukti kematiannya.

"Kamu memang tidak pernah mengecewakan, Athana. Tidak sia-sia aku merekrutmu dalam organisasi ini." Johan menepuk pelan bahu Athana dengan bangga.

"Setelah ini tidak ada misi lagi, kan?" tanya Alex yang saat itu sedang menyiapkan beberapa senjata untuk misinya malam ini.

"Sudah selesai. Baru besok malam ada lagi," jawab Athana.

"Kalau begitu lekas pulang dan istirahat. Ingat, besok aku akan membawamu jalan-jalan, untuk merayakan anniversary kedua kita." Alex merapatkan duduknya dan kemudian merangkul tubuh Athana. "Aku juga sudah menyiapkan hadiah istimewa untuk kamu," sambungnya.

Athana tersenyum, "Sebelum mengingatkanku tentang hadiah dan anniversary, berjanjilah bahwa malam ini kamu akan pulang dalam keadaan baik-baik saja."

"Haruskah aku berjanji dulu? Bukankah selama ini aku tidak pernah membuatmu khawatir? Hmm?" Alex menjawab sambil mencolek mesra dagu Athana.

Athana tersipu malu. Meski Alex sangat kejam saat melakoni perannya, tetapi dia juga punya sisi yang lembut dan romantis. Athana adalah satu-satunya wanita yang beruntung karena berhasil mendapatkan sisi itu.

"Kalian ini, sudah pacaran lama, tapi tetap saja manis. Ah, andai saja istriku masih ada, pasti aku juga seperti kalian." Johan tertawa sumbang. Istrinya memang sudah lama tiada, dan sampai saat ini dia belum mendapatkan pengganti.

Alex dan Athana saling pandang. Lalu, Alex melepaskan pelukannya dan beranjak dari duduknya.

"Saya justru kagum dengan Tuan Smith, begitu besar kesetiaan yang Anda jaga. Di sana, Nyonya pasti sangat bahagia," ucapnya.

"Iya." Johan mengangguk-angguk. Lalu, menunduk dan tersenyum penuh arti.

Tak lama kemudian, Johan pamit undur diri. Katanya, akan mengurus misi untuk anggota lain. Alex dan Athana pula ikut beranjak dan keluar markas bersama-sama.

Sebelum masuk ke mobil masing-masing, Alex dan Athana saling mendekat, lantas menempelkan bibir dan ********** cukup lama. Setelah puas, keduanya mengucapkan 'selamat malam' dan kemudian meluncur meninggalkan markas.

Sekitar satu jam perjalanan, Athana tiba di kediamannya. Sebuah mansion mewah yang berdiri megah di pusat kota. Athana lekas memarkirkan mobilnya dan kemudian berjalan cepat memasuki bangunan indah itu. Hening, tidak ada sedikit pun suara yang menyambut. Maklum, saat ini sudah tengah malam. Para pelayan pasti sudah tidur.

"Ahh, lelah sekali." Athana langsung merebahkan tubuhnya ketika tiba di kamar. Dia telentang dan merentangkan tangan lebar-lebar di atas ranjang king size miliknya.

Saat Athana masih menikmati rasa penatnya, tiba-tiba dia teringat dengan buku novel yang masih terselip di balik jubah. Athana langsung beranjak dan mengambilnya. Lalu, duduk bersandar dan mulai membacanya.

Sekitar tiga jam Athana menghabiskan waktunya dengan buku itu. Wanita yang Tersakiti adalah novel yang menceritakan tentang kehidupan wanita yang tertindas. Dewi Melati, tokoh utama dalam novel tersebut, dia adalah wanita lemah yang rela menjadikan diri sebagai pelayan dan bulan-bulanan di rumah mertua. Dia juga sangat menurut dengan suaminya, sampai-sampai tidak tahu jika sang suami sudah menikah diam-diam dengan adik tirinya. Sebenarnya, Athana sangat kesal dengan alur novel tersebut. Namun, entah mengapa dia mau membaca sampai tuntas.

"Di kehidupan nyata apa ada ya wanita sebodoh ini? Rela menjatuhkan harga diri, hanya demi laki-laki. Ah, harusnya para wanita itu tahu betapa besar kemampuan mereka. Tidak perlulah tunduk dengan lelaki yang tak bisa menghargai. Asal mau berusaha, bisa kok berdiri di kaki sendiri. Jika sudah begitu, tidak akan ada lagi yang berani menindas," ucap Athana sambil turun dari ranjang.

Kemudian, dia membawa novel itu menuju kamar mandi. Bukan akan menyimpan atau membaca ulang, melainkan akan membakar. Athana kesal dan muak dengan alur itu, jadi tak ingin melihatnya lagi.

"Benar-benar mengotori mata, heran juga kenapa kubaca sampai habis," gerutu Athana sambil memandangi buku novel yang hampir menjadi abu.

Beberapa detik setelahnya, asap dari pembakaran itu mengepul dengan tidak wajar. Athana sempat kaget dan hendak menyiramnya, tetapi gagal karena tiba-tiba dunianya menjadi gelap. Athana pingsan.

____________

Athana mengerjap cepat ketika sinar matahari menyilaukan matanya. Lantas, dia menggeliat dan berusaha bangkit.

"Hah!"

Athana tersentak ketika mendapati ranjang tempat dia tertidur. Bukan ranjang king size miliknya, melainkan ranjang kecil dengan sprei dan selimut yang sudah kusam. Ketika menatap ke sekeliling, dia disambut dengan ruangan sempit dengan perabotan yang sudah usang.

"Di mana aku?" batin Athana.

Bersambung...

 

Terpopuler

Comments

Hamimah Jamal

Hamimah Jamal

aku nyampek sini othor💪💪

2024-01-14

1

Abizar zayra aLkiaana

Abizar zayra aLkiaana

mampir dulu thor😁

2023-04-06

1

Vincent Da Vinci

Vincent Da Vinci

buat cerita banyak2 x guna juga thor kalau 1 cerita pun x boleh nak ditamatkan dengan btl. 👎

2023-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!