Rencana Athana

Setelah seharian berperan sebagai Melati, Athana cukup kelelahan. Bagaimana tidak, ia mengerjakan semua tugas rumah tanpa ada yang membantu. Seolah sengaja menyiksa, mertuanya itu tidak mau memakan masakan yang sudah dipanasi. Jadi, Athana harus memasak tiga kali untuk memuaskan perutnya.

Namun, satu hal yang membuat Athana sedikit puas. Seharian mertua dan kakak iparnya itu sakit perut, sampai-sampai mereka lemas dan hanya berbaring di ranjang.

"Aku mana punya obat atau racun semacam itu, Bu. Aku tidak pernah keluar rumah, juga tidak pernah memegang uang, jadi mana mungkin beli barang-barang yang tidak penting begitu. Aku memasak juga dengan bahan dan bumbu yang telah kamu sediakan," kilah Athana ketika Mirna menuduh yang tidak-tidak.

Kini, saat pagi telah tiba, Athana terbangun sejak matahari belum terbit. Ada yang berbeda dengan kemarin, yakni keberadaan Arvian di ranjangnya. Selama ini, Arvian sering meninggalkannya ketika malam. Dalam hari-hari tertentu, dia memanipulasinya dengan lembur. Namun, pada hari-hari lain, dia sengaja memberikan obat tidur kepada Melati. Jadi, istrinya itu tidak sadar jika semalaman dirinya tidak pulang. Namun, berbeda dengan tadi malam. Karena sibuk mengurus ibu dan kakaknya, Arvian tidak sempat memberikan obat tidur untuk Melati. Malah sebaliknya, Athana yang memberikan obat itu untuk Arvian.

"Tampan sih, tapi kelakuanmu tidak beda jauh dari iblis. Kamu sengaja menindas orang lemah, demi kepuasanmu sendiri. Apa kamu tidak sadar jika selama ini istrimu sudah berjuang banyak? Dasar laki-laki tidak berguna! Lihat saja, aku akan membuat perhitungan. Sosok Melati yang lemah, akan kuubah menjadi sosok yang kuat dan tegas. Dan ... aku juga akan mengantar kalian ke tempat yang damai." Athana membatin sambil tersenyum miring.

Selama ini, dia sudah terbiasa membunuh orang-orang dari bermacam kalangan, termasuk mafia kelas kakap. Jadi, jika sekadar menghabisi suami dan mertuanya, bagi Athana hanya semudah menyuap nasi.

Sambil menggulung rambut dengan asal, Athana turun dari ranjang dan berjalan menuju dapur. Dia memasak seperti kemarin dan kali ini sengaja membuat aman, tidak ada kadar apa pun dalam masakan itu.

"Tante, aku datang!" teriak seseorang yang kalimatnya cukup familier di ingatan Athana.

"Eh, ada anak gadis Tante. Masuk sini, Nak. Duh pagi-pagi gini udah cantik aja. Memang beda deh sama kakakmu itu."

"Jangan begitu, Tante. Kakak juga cantik kok, buktinya Kak Arvian sampai jatuh cinta sama dia."

Sambutan dari Mirna membuat Athana tersadar. Dalam novel, yang sering berteriak seperti itu adalah adik tirinya—Laura Gantari. Dia juga selalu mendapat sambutan hangat, dan wanita itu selalu menampilkan sikap lemah lembutnya. Bahkan, dia seolah-olah menyesali sikap ibunya yang membuat Melati menjadi miskin. Bodohnya, Melati sangat percaya dengan wanita munafik itu.

"Kamu selalu begitu, Nak. Sangat rendah hati. Tante jadi makin sayang deh sama kamu."

Perbincangan yang sungguh memuakkan. Athana hanya memutar bola mata dengan jengah, sembari menyusun rencana untuk membuat Laura kapok.

"Melati, cepat hidangkan sarapannya! Ini ada adikmu juga, kita makan bersama!" perintah Mirna dengan nada ketusnya.

"Iya, Bu."

Tanpa banyak protes, Athana segera menyajikan sarapan. Lantas, dia ikut duduk di salah satu kursi, tetapi tidak ikut makan.

"Arvian mana? Kenapa tidak kamu panggil?" tanya Anjani.

"Dia tadi masih tidur, katanya capek. Cuma pesen saja, suruh bawa sarapan ke kamar. Mmm, tidak apa-apa kan, Bu, kalau aku dan Mas Arvian sarapan di kamar?" Athana bertanya sambil menunduk, sesuai dengan ciri khas Melati.

"Capek? Memangnya Kak Arvian habis ngapain?" tanya Laura dengan cepat.

Athana tersenyum puas. Untuk membuat wanita menampakkan kedok aslinya, cara paling efektif memang membuatnya cemburu.

"Kau masuk perangkapku, Laura," batinnya.

"Laura, aku dan Mas Arvian sudah menikah. Apakah pantas kamu menanyakan hal itu? Di sini ada Ibu dan Kak Anjani, apa kamu berharap aku menjelaskan detailnya? Bukankah itu tidak sopan?" Athana melayangkan pertanyaan yang membuat Laura mati kutu.

"Aku ... aku___" Laura tergagap.

"Hanya masalah kecil, jangan diperpanjang. Sana cepat ambilkan makanan untuk suamimu!" sela Mirna. Dia tidak ingin Melati curiga dengan hubungan Arvian dan Laura.

"Iya, Bu." Sembari mengulas senyum kemenangan, Athana menyiapkan dua porsi makanan ke dalam nampan.

"Bawa ini juga, Kak. Tadi aku sendiri yang bikin. Ini adalah kue kesukaan Kak Arvian, bolu pandan dengan toping keju." Laura ikut tersenyum. Dia ingi menghapus kecurigaan dengan sikap baiknya.

Namun, Athana tak jua menerima kue bolu itu. Dia malah terdiam dan menilik wajah Laura cukup lama.

"Akhir-akhir ini Mas Arvian sering sakit gigi. Dia menghindari makanan manis," ucapnya.

"Jangan bohong, Kak. Kak Arvian tidak pernah sakit gigi. Dan lagi, dia sangat suka dengan kue bolu. Aku hanya berniat baik memberikan kue buatanku untuk kakak ipar, tapi kenapa kamu menghalang-halanginya, Kak?" Emosi Laura mulai tersulut. Tanggapan Melati kali ini sangat berbeda dengan sebelumnya.

"Aku tidak ada maksud menghalangi niat baikmu, Laura, memang itulah kenyataannya. Tapi, aku heran, kok kamu sangat yakin kalau Mas Arvian suka kue bolu. Padahal, selama ini kamu datang ke sini hanya sebentar-sebentar, dan sepertinya Ibu juga jarang membahas Mas Arvian denganmu," jawab Athana, tegas dan sarkas.

"Aku ... Aku___" Laura kembali tergagap.

"Laura, jangan buat aku berpikiran yang tidak-tidak ya," pungkas Athana lengkap dengan tatapan tajamnya.

"Melati, cepat sana. Ini sudah jam sarapan, jangan sampai Arvian kelaparan." Mirna menyela dengan sedikit gugup.

"Baik, Bu. Kalau begitu, aku permisi dulu ya," pamit Athana.

Sepeninggalan Athana, Laura menggeram kesal. Masih tak terbayang jika kakaknya yang dianggap pec*ndang itu bisa menyudutkannya.

"Lain kali harus hati-hati, sepertinya sekarang dia mulai berubah," ujar Mirna.

"Berubah gimana, Tante?" tanya Laura.

"Entahlah, sulit untuk dijelaskan. Tapi, aku merasa dia tidak selemah biasanya."

"Aku masih tidak mengerti." Laura menggaruk kepalanya, masih bingung dengan penjelasan Mirna yang abu-abu.

"Sudahlah. Yang penting untuk sementara kita hati-hati dulu, nanti kita selidiki bersama-sama apa yang terjadi dengannya." Mirna menenangkan menantu kesayangannya.

"Setuju. Apa pun rencana yang dia susun, jangan sampai berhasil. Aku tidak mau kehilangan pembantu yang sepatuh dia," sahut Anjani.

"Sayangnya, aku bukan Melati yang dulu, wanita lemah yang hanya bisa diam saat ditindas. Aku adalah Athana, wanita kuat yang tidak sembarang orang bisa menyentuh. Para wanita yang berhati iblis, ingat baik-baik ya, sebelum rencana kalian berhasil, aku sudah mengantar kalian ke alam baka," batin Athana yang saat itu masih bersembunyi di balik dinding. Dia sengaja menguping pembicaraan mereka ketika tidak ada dirinya.

"Tunggu saja tanggal mainnya, kalian pasti akan suka," bisik Athana sambil menyeringai. Di dalam otaknya, kini sudah terlintas rencana untuk membnuh ibu mertua.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Rhina sri

Rhina sri

suka banget sm aluran nya.. athana akan membalas kejahatan mereka pada melati

2022-12-01

1

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

Athana hadir untuk melindungi Melati, dan pasti nya memberi pelajaran ke mertua dan kakak ipar yng selalu menindas Melati 😠😠😠

2022-11-09

0

Stevani febri

Stevani febri

ditunggu pembalasannya badgirl 🤭

2022-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!