“Yakin nih, tidak mau diantar sampai depan rumah?”
Sambil memeriksa kembali barang bawaannya Haidar menjawab “Iya, nanti aku turun di Kudus saja heheh.”
“Ckckckckc iya deh, salam buat ayah dan ibumu ya. Aku tidak bisa mampir, karena anaknya hendak kunjungan hati.”
Mendengar ledekan dari Abi, rasanya sudah membuat kebal jiwa petualang Haidar pantang kendor.
“Haidar, ini oleh-oleh untuk ayah-ibumu ya.” Sekotak ikan segar dari laut.
“Alhamdulillah... Terimakasih Umi, semoga Alloh membalas berlipat barokah dan inayahnya ya.”
“Anak Soleh, terimakasih atas doanya ya. Oiya, kalau sudah ada calon istri bawa kemari ya. Sapa tahu Abi kepengen punya gandengan gitu,” gurau Umi Abi.
“Umi!”
“Iyaya maaf, Umi hanya bercanda anakku.”
“Aku mau fokus melanjutkan usaha Abi dulu. Masih kecil mikir berumah tangga, hesssshhh.”
Dengan mobil pribadi milik ayah abi, jarak Rembang-Kudus menjadi lebih nyaman. Tidak berdesakan ketika naik kendaraan umum, mereka bisa nyenyak tidur hingga sampai di Pondok Pesantren lagi.
“Abi, belajar yang giat lagi ya. Ujian susulan ini kamu harus lulus, jangan sampai mengulang kelas lagi.”
Mendengar pesan ayahnya kali ini, sepertinya Abi harus berjuang bersungguh-sungguh lagi. Haidar sahabatnya juga memberikan buku-buku mata pelajaran yang sekiranya bisa diulas kembali materinya.
“Semangat ya Bi, sambil berdoa di sepertiga malam.”
“Makasih ya Dar, semoga kamu lekas menjadi orang yang berguna.” Berpelukan untuk saling menguatkan.
“Ya sudah Nak, Abi balik ke Rembang lagi. Karena sudah mau sore, takutnya nanti kemalaman. Haidar hati-hati di jalan jangan mampir-mampir.” Tutur ayah Abi.
“Nggeh (iya).” Sambil mencium tangan berpamitan.
Usai bercengkrama dengan Abi, Haidar melanjutkan perjalanan dengan angkot menuju rumah Alisa. Seperti dugaan sebelumnya Alisa sudah berdandan cantik memakai rok dan kaos ketat. Sontak Haidar yang terpana itupun mencuatkan birahinya.
“Astagfirullah... Alisa!” decak Haidar.
“Kenapa? Kamu kaget ya aku pakai baju seperti ini?” seolah kecewa dengan ekspresi kaget Haidar.
“Ti-tidak, hanya saja kamu ter-terla... “
Sebelum selesai mengakhiri kalimat takjubnya, Alisa menggaet tangan Haidar masuk kedalam kediamannya. Mereka berdua bersenda gurau sepanjang waktu dengan bebas. Suasana rumah yang sepi dan mendukung setan-setan untuk membisikkan bujukan surga dunia.
“Sa, aku balik dulu ya?”
“Hu’um,” dengan lirih Alisa menjawabnya lalu terlelap tidur lagi.
Sebuah kecupan mendarat di kening Alisa, gadis cantik yang sudah memberikan kebahagian terlarang untuk Haidar. Ponsel Haidar yang terus berbunyi itu bergetar bagaikan gempa.
“Iya Key, Mas lagi diperjalanan dari Kudus. Nanti ya Mas kerumahmu, tapi tolong jemput di gang masuk rumahmu!” ucap Haidar yang menutup pagar rumah Alisa.
Sembari menunggu mobil angkot melintas, Haidar melihat mobil-mobil mewah berseliweran. Dalam hatinya kagum, kapan dia akan merasakan hidup enak. Dan lamunannya buyar seketika dan menuju daerah tempat tinggal Keyasa.
*
*
*
Suara kumandang adzan Ashar menandakan masuknya waktu sore. Seorang gadis yang membaca Al-qur’an diatas motornya sembari menunggu seseorang.
“Dek Key!” tegus Haidar turun dari Angkot.
“Subhanallah___” mencium Al-qur’an tanda menyudahi bacaannya.
Langkah Haidar mendekati Keyasa yang sudah berkaca-kaca menantikan hari Indah ini.
“Assalamualaikum Mas,” sapa Keyasa sopan.
“Wa’alaikum sallam Dek Key,” menyodorkan tangannya untuk disalami Keyasa.
Pemandangan yang romantis ketika kita melihat seorang wanita mencium tangan lelaki. Sungguh besar pengabdian seorang wanita terhadap pria yang diharapkan mampu membimbingnya kejalan yang baik.
“Pegangan yang erat ya Dek, Mas boncengin.”
“Iya Mas, memeluk erat pinggangnya Haidar.”
Kebun tebu yang sudah berbunga menjadi saksi bisu, bahwa mereka berdua pernah melewati jalanan ini.
“Sebentar ya Dek, Mas ada perlu.”
Tiba-tiba Haidar menghentikan laju motor dan parkir di tepi.
“Mas mau pipis ya?” tanya Keyasa.
“Bukan!”
Usut ada usut ternyata Haidar mengambil beberapa bunga tebu untuk Keyasa.
“Mas tak bisa bawakan kamu bunga mawar, karena orang berziarah selalu memakai bunga Mawar dan Melati. Tapi bunga tebu ini semoga menjadi bukti manisnya cerita Cinta kita. Seperti gula yang asalnya dari pohon tebu ini. Kuharap bunga tebu ini menjadi lambang cintanya Mas kepadamu Dek.”
Gombalan Haidar yang sangat spontan ini membuat pipi merah dan senyum malu-malu.
“Mas kok bisa seromantis ini sih sama aku?”
“Karena kamu gadis yang Mas suka, Key kalau Mas bicara jujur kamu mau jawab tidak?”
“Apa Mas?”
“Jawabannya adalah Iya atau Tidak.”
“Wih kok Cuma itu saja, tidak ada pilihan ganda gitu Mas?”
“Tidak ada Key, Mas sudah lama memendam rasa hatinya Mas sama kamu ya. Kamu mau tidak kalau kita jadi sepasang pacar?”
“Apa?”
“Iya, Mas nembak kamu Key. Tolong jawab secepatnya, Mas tidak akan melajukan motor ini kalau kamu enggan menjawabnya.”
“Tapi Mas, kan dalam islam dilarang pacaran.”
“Aku niat bersungguh-sungguh padamu Key, ku mohon jawab secepatnya atau aku jalan kaki ke Terminal.”
Mendengar ancaman nekat Haidar itu, tak kuasa hati kecilnya Keyasa menolak bahwa ia juga menginginkan pria yang berdiri didepannya ini.
“Baiklah Mas, aku mau jadi pacarmu. Tapi ingat kamu tidak boleh menyakiti perasaanku dan berbohong kepadaku.”
“Iya sayang...”
Hati wanita mana yang tidak meleleh mendengar panggilan sayang dari gebetan. Begitupun Keyasa yang bersuka cita bertaburan bunga-bunga Cinta dalam hatinya. Kini ia dapat mengingat hari dan bulan yang sama untuk mengingat hari jadiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Popoy Popoy
abi mana
2021-01-29
0
fieThaa
gombal recehnya bikin aku mesem sendiri😁
2020-11-24
1
V᭄ᭃ͢dєͮvͥiͤl₲₲»̶̳͓✧ᴾᴳ ⃫⃟ ⃟⅌
raja gombal ya👀
2020-11-18
0