Assallamu alaikum...
Sesosok kaki jenjang nan panjang berwarna kuning langsat melangkah masuk. Tampak ujung kuku kakinya diantara sarung hitam motif lukis. Pria berpeci hitam dan kemeja koko warna putih lengan panjang itu, menelusup masuk melewati mulut pintu rumah. Suaranya yang tak asing lagi ditelinganya karena setiap hari hampir mendengar ucapan dan kalimat “Alisa, hai Alisa”.
Begitulah Haidar memanggil nama gadis yang dekat dengan kesehariannya di sekolah. Malam ini Haidar sengaja berkunjung kerumah Alisa untuk bersilaturahmi. Sekaligus meminta restu kepada orang tua Alisa. Haidar datang seorang diri, minus Abi. Karena sahabatnya tengah meronta-ronta di asrama pondok. Ketidak lulusannya membuat hancur lebur kondisi kejiwaannya.
“Jadi Haidar, kamu sudah lulus Ujian Nasional ya?” Tanya ayah Alisa.
“Iya pak, Alhamdulillah tidak ikut ujian susulan.” Jawab Haidar lega.
Sesuai syarat yang diberikan kepada orang tua Alisa. Bahwa mereka diijinkan pacaran kalau sudah tamat sekolah. Hal ini dilakukan agar mereka termotivasi tekun belajarnya. Dengan iming-iming seperti ini, semangat anak muda untuk belajar akan tinggi. Dan betul, Haidar dan Alisa bisa melewati ujian ini.
“Kata Alisa kamu gak melanjutkan pendidikan ya? Kenapa?”
“Saya mau cari pengalaman dulu dan bantu orang tua di sawah. Setelah ada modal cukup, insyaalloh akan melanjutkan kuliahnya.”
“Hemmbbb, kalau Alisa masuk Akademi Bidan. Nanti mesti nunggu kamu lama dong?”
“Iya pak, kalau Alisa mau menunggu saya sih gak papa pak. Karena saya juga anak angkat, jadi tidak boleh membebankana orang tua saya. Jika ingin kuliah butuh biaya lagi. Itupun dengan catatan pake biaya sendiri.” Jelas Haidar.
“Yasudah, bapak Cuma mau memastikan aja dulu. Kalau Alisa sabar menunggu kamu, ya bapak sih setuju saja. Toh ibunya Alisa sudah deket sama kamu tho. Jadi kamu jangan permainkan anak saya, ngerti?” tegas ayah Alisan.
“I-iya pak,” Haidar gugup.
“Ayah, jangan galak-galak sama Haidar dong. Dia kan jadi ngeri, awas aja kalau Haidar takut kemari, itu salah ayah.” Mengerucutkan bibirnya.
“Sudahhhh jangan bantah, ayahmu begini karena sayang kepadamu. Bukan menakuti Haidar.
Haidar yang duduk dengan kaki gemetaran menghadap orang tua Alisa itu, beberapa kali mengambil nafas dalam. Tampaknya Haidar memang grogi berat. Waktu sholat Isya tiba, saatnya menjadi Imam sholat di keluarga Alisa.
*
*
*
--- PONDOK,
Pukul Sembilan malam, Haidar sudah tiba di asrama pondok putra. Beberapa santri putra tengah mengemasi barang-barangnya dari almari kecil. Mereka akan kembali lagi untuk datang meramaikan acara perpisahan saja. Setelah itu mejalani takdir hidup masing-masing.
“Yang haus yang haussss,” Haidar menempelkan es teh yang dibungkus plastik di kulit Abi.
“Astagfirullah...” yang semua tidur nyenyak lalu terperanjat dengan hawa dingin es teh.
“Setelah menangis seharian, pasti haus kan. Ini aku bawakan es teh supaya nangismu lebih fasih lagi heheheh.” Ledek Haidar yang mencopoti kancing kemejanya.
Croookkk kocroookkk kocrookkk “srupppp ah, segerrrr.” Abi merasakan dahaganya basah.
“Nah, setelah minum habis, tolong buang sampahnya ke tong ya. Aku mau tidur dulu.” Haidar memiringkan tubuhnya menghadap tembok.
“Heh ini es teh dari mana? Jangan bilang kalai beli, soalnya aku tahu kamu gak bawa dompet pas pergi.”
“Wah iya,” menggrepe-***** badannya.
“Iniloh dompetnya, jatuh tadi saat kau buru-buru mengambil kemeja dari almari.” Abi menyerahkan dompet coklat Haidar.
“Eh makasih ya Bi, untung kamu yang nemuin disini.” Haidar menghitung lembaran uang rupiah dalam dompetnya.
“Uangnya masih utuh Dar, gak usah khawatir kamu. Aku tahu tu tahu diri Dar, uang itu untuk ongkos kamu balik ke Demak bukan?”
“Iya Bi, dan mampir kerumahnya Keyasa juga heheheh.”
“Ingat Dar, di kampung sudah ada calon istri pilihan orang tuamu. Dan disini kamu pacaran sama Alisa secara diam-diam tanpa restu krang tuanya, mau kau apakan lagi si Keyasa itu hhheeee?” Abi kesal omongannya diabaikan Haidar yang memiliki standar goodlucking, tapi hati pejantan.
Haidar yang dasarnya selengekan itu mesam-mesum saja. Dia tak menjawab berondongan pertanyaan Abi. Haidar lebih memilih tidur, dengan menyelipkan dompetnya dibawah bantal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Winda Rahayu
Bom like full.. semangatt kak
2020-10-15
0
Bilkis😉
masih aman kayanya
2020-09-16
0
Indri Hapsari
menanti lanjutannya 😍
2020-09-16
0