*** ADEGAN ALISA ***
“Haidar, kenapa kamu tidak melanjutkan kuliah?”
“Aku terkendala biaya Al, sebagai anak angkat. Menamatkan pendidikan sampai SMA itu sudah luar biasa. Orang tua angkatku hanya petani biasa di Desa. Bukan seperti dirimu anak Kapolsek.”
“Jangan gitu ah, gini-gini juga aku siap bantuin kamu cari kerjaan.” Bujuk Alisa.
“Lulusa SMA bisa apaloh, jadi OB apa kurir gitu?” Jawab ketus Haidar yang pesimis.
“Ya namanya kerja kan gak bisa milih-milih enaknya lah Dar. Itung- itung kamu cari pengalaman lah.”
“Cari pengalaman kalau gajinya serabutan ya mending di Desa ajalah. Bantu bapakku di sawah, ngapain mesti merantau di kota. Habisin uang saja, yang ada aku minta kiriman uang sama ibu. Ogahlah akunya,” tolak Haidar.
“Jadi kamu lebih milih tinggal di Desa, lalu di jodohkan sama gadis udik nan burik itu?”
“Intinya kan kita udah sepakat, kita saling suka jangan bahas soal omongannya Abi!” Tegas Haidar menatap mata Alisa.
“Aku hanya cemburu Dar, saat kita lulus nanti. Aku akan kuliah ke Jogja. Pasti kita sulit ketemu.” Mimik wajah Alisa mulai memerah.
“Ihhh malu ah, ini kan di pinggir jalan. Itu angkotnya sudah datang, ayo masuk. Katanya mau pulang bareng, kok malah ada adegan mewek. Cie Alisa ngambek, Alisa cemburu yeyeyeyeyeye.” Menghibur Cinta monyetnya.
Karena rute Pondok dan rumah Dinas ayah Alisa searah. Haidar kadang mampir, sekedar untuk minus es jeruk atau makan siang bersama. Keluarga Alisa sudah akrab dengan kehadiran Haidar. Menurut pandangan orang tua Alisa. Haidar adalah anak sholeh dan ramah, terkadang suka mencari uban di kepala ayah Alisa. Hal itulah yang membuat ayah alisa, senang jika Haidar main kerumah. Setali tiga uang, ibu Alisa juga memuji kesabaran Haidar yang menjadi guru mengaji. Perlu digaris bawahi, kalau ibu Alisa adalah orang kota. Tidak tahu baca dan tulis huruf Arab. Sedangkan Alisa, disekolahkan yang memiliki basis ilmu agama islam yang kuat. Karena kedua orang tuanya yang boleh dibilang awam soal agama. Hari ini Haidar tidak ikut mampir kerumah Alisa. Karena sore nanti dia ingin mencuci baju, dan malam harinya pergi ke Menara Kudus. Melakukan ritual ziarah dan berdoa disana.
“Dari mana saja sih kamu Dar, pulang sekolah bukannya langsung balik Pondok. Tuh kamar asrama kotor, giliranmu nyapu ngepel kan.” Abi marah-marah.
“Iyayaya maaf, tadi ngangkot nge-time lama. Sini tak terusin aja nyapunya, hih!” merebut sapu jug yang digunakan Abi menyapu.
Abi yang sudah berpeluh keringat tampak lengket dan mengkilat. Dia hanya mengenakan sarung dan bertelanjang dada. Maklum lah, badan yang tambun dan gemuk. Kalau dibuat aktifitas fisik pasti bercucuran peluh dan keringatnya. Haidar mulai menyapu lantai, tiba-tiba dihentikan pertanyaan Abi.
“Sudah sholat Dzuhur belum Dar?” Abi tanya ngasal aja, soalnya jam 1.30 wib. Biasanya Haidar orang yang lupa sholat, kalau tidak diingatkan lagi.
Kluntang, “Ya Alloh, lagi inget Bi. Aku belum sholat.” Haidar lari terbirit-birit mengejar waktu sholat dzuhur yang tinggi sedikit.
“Sudah aku duga, pasti ketemuan sama Alisa. Sampai waktu sholat saja lalai, dasar pemuda lemah iman.” Abi mencibir Haidar yang grusak-grusuk menyiapkan sholatnya.
*
*
*
“Alhamdulillah...” Selesai sholat Haidar mengucal syukur.
“Dar, mending kamu sama Alisa jangan deket-deketan dulu dech. Kita kan mau ujian.”
“Deket gimana Bi?”
“Ya pacaran lah, kamu kan anak santri. Sedangkan Alisa murid biasa, bukan dari lingkungan Pondok. Yang hidupnya tidak terkekang.”
“Biar semangat, mikir pelajaran dan hafalan puyeng aku Bi. Masih mikir nanti lulus sekolah mau dibawa kemana Ijasahku ini.”
“Toh bapakmu sudah menyiapkan calon mantu dari keluarga kaya gitu kok. Jangan bingung-bingunglah.”
“Masalahnya, aku dan Adiba kenal dari kecil. Udah kayak adek aku sendiri, kalau sama Alisa kan waw gitu aja hehehe.” Melipat sajadah yang baru saja ia pakai.
“Tapi pacarannya di liburin dulu Dar, fokus sama ujian.” Abi masih ngeyel menasehati Haidar.
“Iya, Kasturi!!!” menyebut ayah Abi.
“Eh sapi ompong, nyebut bapakku segala. Ngajak ribut koe (kamu).”
Terjadilah adu gelut dan cubit-cubitan kedua sahabat yang saling ejek nama ayah. Setelah satu jam berbenah, akhirnya beres semua. Adzan Ashar berkumandang, saatnya para santri sholat berjamaah di masjid pondok. Karena malam Jum’at adalah waktu yang istimewa. Santri diberikan kelonggaran untuk berlibur dari mengkaji al kitab-kitab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Anyle Tiwa
lagi
2020-08-17
0
akun nonaktifkan
2 like
2020-08-17
0