*** KAMAR HAIDAR ***
“Kamu kenapa tidak ikut tasmik Qur’an bersama Abi?” kak Yasmin nyempil di bibir pintu.
“Males mbak, pikiranku semprawut.” Tangan Haidar menutup matanya.
“Mikir ujian?” Kak Yasmin masuk kamar adiknya.
“Itu sih bisa nyontek, soal lain mbak. Aku mau tidur dulu.” Haidar menaikkan sarungnya ke setengah badan.
“Kakak sudah dengar tentang rencana perjodohanmu dengan Adiba. Putri pak Wahid itu, benar tidak?” Pertanyaan kak Yasmin tidak dijawab, berarti benar.
Haidar menyenderkan tubuhnya, dan duduk tenang. Nalurinya menolak terjadinya perjodohan, sedangkan dia belum memiliki kapasitas sebagai suami. Masa remajanya seolah terenggut begitu saja. Dan yang lebih anehnya lagi si Adiba tanpa oke-oke saja. Menerima pinangan basa-basi tersebut. Memang sih Adiba gadis kampung, wajahnya polos dan biasa saja. Tiba-tiba Haidar terpikirkan wajah Keyasa, gadis di Menara kala itu.
“Aku gak cocok sama gadis model Adiba, mbak.” Ucap Haidar.
“Kenapa?” kak Yasmin penasaran.
“Aku mau menikah dengan wanita yang aku cintai.” Tegas Haidar.
“Apa kau pikir dulu, aku mencintai suamiku? Tidak, dek. Kakak hanya ingin lepas dari tirani hutang Budi keluarga ini. Sejujurnya kakak mengemban beban berat, setiap hari dituntut ini dan itu. Setelah menikah kakak juga semakin tertekan, tapi itu semua dapat kakak simpan. Cobalah terima Adiba sebagai adikmu dulu. Mungkin perlahan-lahan Cinta itu tumbuh.” Saran kak Yasmin.
“Baiklah, aku akan mencobanya. Ngomong-ngomong, bayimu ini jenis kelaminnya apa?” Haidar mengusap perut ibunya.
“Perempuan dong, bakal cantik macam kakak ini hahaha.”
“Jiahahaha pede amat. Aku pikir laki-laki, kan enak bisa diajak main.” Haidae bergaya tinju.
“Seenakmu, anakku harus jauh dari om macem kau ni.” Tolak kak Yasmin.
“Tapi aku kan ganteng, tuing tuing.” Pamer gigi gingsulnya.
Tueeeeeng, kak Yasmin menoyor kepala Haidar sampai oleng Kapten.
“Ini ada uang Rp. 500.000,_ gunakan untuk membeli ponsel untuk komunikasi. Dan sisanya buat beli pulsa, dan gantilah sarungnya ini yang keriting bulukan ini. Beli alat mandi jangan jorok, lihat panumu banyak sekali.” Kak Yasmin mencairkan dana kasih sayang.
“Siap, siap, siap.” Menghitung gambar Duo legen pendiri bangsa pada uang kertas.
“Yasudah, simpan baik-baik ya uangnya. Jangan sampai ibu tahu, kalau kakak kasih uang jajan. Nanti tidak dikasih uang lagi, bekal balik Kudus lagi lho. Mau?” Kak Yasmin bercanda.
“Iya lho ibu itu pelit sekali, masak jatah sebulan Rp. 350.000,_ buat pegangan.”
“Tapi kan masih bisa pinjam uang sama Abi. Mbak tahu,” Haidar kaget mendengar pernyataannya.
“Mbak ngorek-ngorek tentang aku lewat Abi ya?” Haidar keciduk hobi utang uang.
“Mbak hanya menebak saja, uang segitu untuk jajan juga sangat ngepas. Yasudahlah, orang kita ini anak pungut. Terima nasib saja dengan ikhlas, semoga kelak jadi orang sukses.” Harapan kak Yasmin.
“Makasih ya mbak, sudah ngasih uang aku. Emang aku lagi butuh handphone untuk komunikasi. Butut juga gak masalah, asal bisa buat telepon dan SMA.”Keinginan terpendam Haidar sudah lama.
“Belilah di Kudus, ku dengar di sana harganya jauh lebih murah. Apalagi untuk anak pondok, pasti diberikan banyak kortingan lah heheheh.”
“Emmmb, kalau sudah balik pondok susah keluar minta ijin mbak. Belinya disini sajalah, paling selisih berapa Rupiah saja. Kan di pondok dilarang bawa HP, bisa dikeluarkan tidak hormat aku.”
“Wah iya, kalau begitu belilah yang bekas tapi masih Bagus kwalitasnya.” Tambah kak Yasmin.
“Iyayayaya,” kegirangan.
“Dan kalau masih ada sangkutan hutang dengan Abi, lekas lunasi. Anak itu rajin , disini bantuin bapak. Gak kayak kamu, hobinya dikamar terus. Ibu sampai mengeluh karena kau pemalas.”
Malam ini adalah hari terakhir kak Yasmin menginap, karena suaminya sudah datang. Rencananya besok Fajar, selepas sholat Subuh. Kak Yasmin kembali ke Sragen lagi.
“Mungkin kakak tidak akan kesini lagi untuk waktu yang lama. Mungkin Delapan bulang lagi, jika suami mbak mengijinkan.” Pungkas kak Yasmin.
“Nanti aku yang ke Sragen saja mbak.” Haidar ingin sekalian wisata.
“Jangan sendirian bahaya, sama ayah dan ibu.” Pesan kak Yasmin.
“Yah gak seru lah, aku mau ajak Abi untuk ke Jogja. Disana kan terkenal, sapa tahu nemu cewek cantik hueeeehehehhehe.” Celoteh Haidar.
“Ingat, kamu sudah dijodohkan. Jangan macam-macam atau kau di coret dari KK!”Kak Yasmin memperingatkan adiknya, saat menutup pintu kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Popoy Popoy
nyesek kk
2021-01-29
1
Bilkis😉
mangaat
2020-08-20
0
Calvien Arby
wah
2020-08-07
0