---REMBANG,
Sesampainya di rumah Abi yang besar dan megah itu. Barulah Haidar menyadari jika sahabatnya adalah anak pemilik tambak dan gudang garam.
“Bi, kenapa tidak bilang kalau kamu ini anak orang kaya!”
“Tutup matamu Kisanak!”
Abi menempelkan jarinya di kelopak mata Haidar agar terpejam.
“Somplak kau Bi, ini mah namanya mencolok biji mata.” Gerutu Haidar.
“Ingat, sendal tidak usah di lepas. Ini bukan masjid.”
“Lalu?” tanya Haidar penasaran.
“Ya dipakailah Dar, jangan membuat pembantuku kehilangan pekerjaan karena rumah tetap bersih.”
“Huwaw, orang kaya mah beda ya. Tapi kalai kita di Pondok kenapa kamu mau mengepel dan menyapu?”
“Karena santri harus mengamalkan ilmunya, bukan memamerkan kekayaannya. Aku malu Dar, pamer sok berada jika ada temanku yang miskin. Sama halnya aku mengiris harga dirinya dengan kecongkakanku. Dan aku tidak mau hal itu membunuh pribadi orang lain.”
Kedatangan Abi dan Haidar disambut dengan hidangan yang penuh beraneka macam diatas meja. Ibunya Abi yang masih keturunan Arab menjamu Haidar dengan baik. Yang Abi lakukan di rumah adalah bertemu kangen dengan hewan-hewan piaraannya.
“Arghhhh, Alhamdulillah kenyang Ya Alloh,” ucap Haidar sambil mengusap perut buncitnya.
“Masih ada kudapan coklat dan kurma Dar, katanya Umi untuk cuci mulut.” Tegur Abis yang memandikan kura-kura kesayangannya.
“Eh kalau dibungkus bawa pulang boleh?” tanya Haidar.
“Boleh, mau buat si Keyasa bukan?” tebak Abi.
“Hohohoh (mengacungkan dua jempol).”
Dan diambillah kantong plastik kresek untuk diisi beraneka ragam jenis coklat. Dalam kisahnya, suatu ketika Keyasa bilang bila di hari Valentine dia ingin mendapat coklat seperti gadis-gadis lada umunya. Karena terkendala permodalan dan Cinta monyet anak remaja yanh isi dompetnya mepet. Terbesitlah ide demikian, untuk memberikan coklat-coklat tersebut untuk Keyasa sebagai kado Valentine.
“Kalau ngasih Key, ya jangan lupa kasih Alisa juga Dar.”
“Wah iya sampai lupa Bi, kalau si Alisa mah kasih aku coklat dan ini (bibir).”
“Dasar mesum!” melempar lap kenebo bekas ngelap kura-kura.
“Hehehe kan biasalah anak muda Bi, kalau pacaran suka ada adegan itunya. Katanya biar makin sayang dan tidak bosan hehehe.”
“Terserah kamu Dar, dosa-dosamu sendiri yang nanggung. Aku sudah berat nanggung timbunan lemak ku saja.”
Sorenya, mereka pergi ke swalayan untuk berbelanja keperluan Abis kuliah. Karena Haidar tidak melanjutkan kuliahnya, sebagai hadiah kenang-kenangan. Ibunya Abi membelikan sajadah untuk keperluan sholat.
“Sajadahmu sudah robek ketika tersangkut paku, aku cerita kepada Umi.”
Sembari matanya berkaca-kaca menerima hadiah dari ibunya Abi. Haidar seolah tersadar kalau kondisinya memang jauh beruntung selama ini. Sajadah yang ia pakai ketika mondok adalah hadiah ketika khitan. Mungkin sudah lusuh dan termakan usia juga.
“Terimaksih Abi, Umi.”
“Sama-sama Haidar, kamu anak baik. Walaupun kamu tidak melanjutkan kuliah, tapi ingat kamu bisa mengamalkan ilmu agamamu. Carilah pengalaman kerja sebanyak-banyaknya. Dan ingat satu hal, jujurlah dalam berperilaku supaya selamat dunia dan akherat nanti.”
Nasehat yang diberikan ibunya Abi ini entah masuk ditelinga kanan atau kiri Haidar. Malam harinya ketika masuk waktu sholat Isya, Haidar masih asik bercinta di udara dengan Keyasa lantas ketiduran. Abi yang melihat sajadah hadiah dari ibunya sedikit kesal. Seolah Haidar menyepelekan sholat.
“Geser, aku mau tidur.”
“Eh sudah jam berapa ini Bi?” tanya Haidar yanh gelagapan bangun tidur.
“Sudah jam 10 malam waktu Isya sudah tadi Dar!” Abi meninggikan sholatnya.
“Ah aman, masih bisa sholat Isya hehehe.”
Abi menggelengkan kepalanya melihat Haidar yang seolah tak memeliki beban. Saat sholat Isya, ponsel Haidar tak berhenti berdering. Silih berganti panggilan itu dari Keyasa-Alisa-Keyasa-Alisa hingga pada akhirnya sholat kilat ekspres ala Haidar kelar dalam waktu 5 menit.
“Hallo sayangku___” ucap Haidar mengangkat telepon dari pacarnya.
Sampai Abi bangun sholat Tahajjud dan Hajjat pula. Haidar masih mengudara menebarkan mantra-mantra cintanya untuk kedua gadis pujaannya itu. Dan kegiatan itu terhenti ketika adzan Subuh berkumandang. Ayah Abi selaku kepala keluarga mengimami sholat Subuh ini diikuti oleh penghuni rumah Abi. Dan Haidar usai jemaah langsung tepar tidur. Dan Abi juga melanjutkan tadarus yang ditasmik oleh ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Indri Hapsari
Ooh, ternyata Abi horang kaya 😁
lanjuut lanjuut
2020-11-16
0
Anyle Tiwa
selalu seru
2020-11-15
0