Di penguhujung kalimat Iqomah adzan, aku selipkan doa dan harapanku. Ujian sekolahku harus lulus lancar, tak harus sempurna. Karena aku hanyalah seorang hamba manusia yang tak berdaya tanpa kuasa Illahi Yang Maha Daya. Teruntuk pembuka pintu hatiku yang masih suci ini, semoga Engkau terus membimbing kesholihan seorang hamba bernama Haidar. Jikalau ada pria yang telah disiapkan, semoga imam itu ialah yang ku sebut tadi namanya. Haidar, Haidar, Haidar... Namamu aku sebut dalam untaian doaku menjelang petang ini. Ya Alloh Dzat yang paling tinggi seluruh alam semesta, hamba ingin menyempurnakan Cinta pertamaku ini menjadi Cinta terakhirku. Amiin.
Keyasa mengusap wajahnya yang usai berdoa menghadap kiblat. Setelah berwudhu dirinya suci dari najis kecil, saat paling di ijabah waktu dikabulkan segala keinginan. Begitulah rutinitas Keyasa selama masa ujian ini. Dikala hari libur sudah memiliki jadwal khusus bersama Haidar. Mereka sengaja menggunakan paket telepon gratis untuk melepas rindu. Karena sms pada jaman itu masih dikatakan mahal tarifnya. Ikatan hati dan batin Keyasa yang memang Teguh menjaga konsistensi doanya kepada Tuhan. Tiada henti-hentinya ia bersyukur tatkala bunga Cinta yang tumbuh di taman hatinya bermekaran Indah. Haidar memberikan banyak warna dan aroma. Ada rindu yang bertumpu selama tak bertemu, ada sebuah janji yang menanti. Dimana hari akan datang seorang lelaki muda datang kerumahnya memperkenalkan diri. Sebagai calon Imam dimasa depannya.
*
*
*
--ADEGAN HAIDAR,
“Alhamdulillah lulus aku Bi,”
“Yahhh masih nyari nich namaku ada di lampiran nomor berapa, aku kok takut kalau gak lulus ya.” Abi masih meneliti satu per satu nama siswa yang lulus.
Sedih rasa hati Abi yang tak mendapati namanya terpampang di majalah dinding sekolah.
“Ngelus dada aku Dar, kalau sampai bapakku tahu.” Abi sudah menegecek 5x daftar nama siswa yang lulus.
“Coba aku bantu Bi,” ucap Alisa yang berdiri disamping Haidar.
“Hembb sabar, sabar... Alisa lagi bantu.” Haidar menepuk-nepuk bahu Abi yang lingsut ke bawah.
“Hemmmbb, apa aku yang kurang teliti apa memang namamu belum keluar hasilnya ya Bi?”
“Mustahil ah, coba aku bantu Bi?” Haidar mengecek ulang dan hasilnya sama kosongnya.
“Hiks hiks hiks sedih aku Dar, kalau bapakku tahu aku gak lulus. Bisa di jemur di tambak garam selama setahun aku hiks hiks.” Abi mengusap air matanya.
“Sudahlah Bi, kamu kan sudah berdoa sama Alloh minta yang terbaik bukan.” Ucap Haidar menenangkan.
“Tapi kalau gak lulus ya hal terburuk lah Dar, kamu ini mah ngawur sluurrr.” Mulai reda isakkannya.
“Abi, apa sebaiknya kita ke kantor guru saja? Untuk menanyakan perihal ini secara langsung aja.”
“Nah ide Bagus tuh Bi, ayo ke sana!” Haidar menggandeng tangan Abi yang lunglai lemas.
*
*
*
Situasi yang sama terjadi di Sekolah Keyasa, dimana pengumuman kelulusan dipajang. Siswa yang sudah di kitbah otomatis meminta tanda tangan teman-teman sejawatnya. Sedangkan yang melanjutkan sampai jenjang kuliah, disarankan untuk mewariskan seragam yang layak untuk adik kelasnya.
“Cieee Rohanni yang abis terima Ijasah, malamnya ijabsah.” Nur membuka obrolan.
“Weh seriusan Nni?” Keyasa terkejut temannya mau menikah.
“Iya, alhamdulillah dapet anak ustadz kok. Hehehe semoga kalian mendapat jodoh yang baik ya heheheh.” Rohanni tampak malu-malu bunga kuncup.
“Selamat ya Rohanni, akhirnya menikah juga. Jangan lupa undang-undang kami ya nanti.”
“Iya, nanti undangannya aku antar sama calonku juga heheheh.”
“Uwahhh romantis sekali sih, mau dong aku di Hallalin ya Alloh...” Keyasa ngarep.com
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Indri Hapsari
yeeee 😍😍
2020-09-16
0
fieThaa
tetep ya ada unsur gesreknya ...
salut bang
2020-09-10
0
Vitamin A
hormat
2020-09-10
0