--- SORE,
“Haidar, sudah laporan sama Ustadz Ilyas belum?”
“Beres lur, ini kunci motornya udah dapat kok.”
“Nanti kita disuruh mampir lagi gak?” Biasanya Ustadz Ilyas hobi koleksi kitab-kitab Fiqih.
“Kayaknya sih nggak Bi, beliau Cuma pesan minyak Missik (non alkohol) di tempat Wan Abud.”
“Ya sudah ayo kita ngeeeeng ke Menara.”
Haidar dan Abi lantas tancap gas, dengan baluran minyak kemiri di rambut kepala. Tampak klimis nan mengkilat, dan sarung sebagai busana bawahan. Dua santri itu, ingin menikmati malam Jum’at yang penuh Karomah dan Syafa’at.
*
*
*
--- PARKIRAN MOTOR ---
“Helem woi helem,” Keyasa kesulitan membuka pengait helemnya.
“Ya sabar, seret ini pengaitnya.” Nur membantu membuka pengait helem yang ngadat.
Ditempat yang sama pula Haidar dan Abi juga memarkirkan motornya. Kerema dasarnya anak remaja yang masih pubertas, Abi lah yang memulai inisiatif untuk mendekati kedua gadis tersebut.
“Assalamualaikum, lagi susah buka helem ya mbak?” Sapa Abi.
“Wa’alaikum sallam, iya nih seret helemnya. Susah buat ngebuka.” Keluh Nur yang masih menarik tali helem yang dipakai Keyasa.
“Dar, coba tunjukkan kemampuanmu.” Abi menyenggol lengan Haidar.
“Heleh, aku juga kan yang jadu tumbal.” Haidar maju dan mengambil alih tangan si Nur.
“Loh!!!” kalimat yang terlontar keduanya, Haidara dan Keyasa kembali bertemu lagi.
“Hak hak hak hak, ketemu lagi dech sama mbaknya waktu itu.” Haidar ternyata memiliki daya ingat yang tajam kalau bab cewek.
“Hehehe iya mas, ketemu lagi dech kita nya. Tolong bantuin buka helem aku ya,”
Klik, pangaitnya sudah longgar dan terbuka. Jilbab Keyasa berantakan karena tertarik oleh helem yang rusak.
“Sudah, g usah ngaca. Masih cantik kok.” Goda Haidar saat melihat Keyasa bercermin di kaca spion motornya.
“Cie cie cie Haidar dan mbak nya, coe cie jodoh ni ye.” Abi menjadi pemandu sorak dadakan.
“Udah!” Haidar mengempleng kening Abi.
“Huluh,” Abi menggerutu karena kesal ocehannya harus berhenti.
“Mas, terimakasih ya.” Ucap Keyasa saat Haidar dan Abi beranjak pergi.
“Iya sama-sama,” melempar senyum manisnya.
“Mas mau kemana, boleh bareng gak biar kita aman?” celetuk Nur.
“Apaan sih Nur, cewek kok gak ada sopan-sopannya.”
“Aku rasa cowok yang tadi bantu kamu, naksir sama kamu dech. Dia natap kamu penuh makna gitu.”
“Ekh ekh ekhhhh, ni anak.” Geleng-geleng kepala.
“Mau ke Masji Menara mbak, gimana? Mau ikut?” Abi menawarkan ajakan.
“Ayuk ah kalau mau bareng, bareng-bareng menuju Baitullah (Rumah Tuhan).” Haidar seolah mengajak kedua gadis itu dengan cara halus.
“Yuk yuk yuk,” Nur dengan semangat menggelandang Keyasa ngintil.
Mulai dari sholat Maghrib berjama’ah dan makan bakso lagi. Seolah mengulang kisah pertama kali mereka bertemu. Hanya saja, kali ini beda personilnya. Tanpa pengawasan orang tua. Jadi anak-anak remaja ini lebih leluasa ngobrolnya. Haidar dan Keyasa menjadi akrab satu sama lain. Mereka bercerita kalau ujian ini terasa berat. Karena pengejaran materi pelajaran ada indeks nilai terendah kelulusan. Haidar dengan berani bertanya di mana alamat rumah Keyasa. Dan tentu, Keyasa menyambut baik niat Haidar. Karena sama-sama akan menghadapi ujian, jadi materi ujiannya juga tidak jauh berbeda. Sedangkan Abi dan Nur masih malu-malu meong. Mereka menjadi pemalu dan alim, sesekali melempar pandangan mata. Lama-lama berubah menjadi kedipan genit. Dasar Abi, anak remaja yang lagu pubertas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Warga NT yg paling keren
like
2020-10-17
0
AliceLin
lanjut
2020-08-23
1
Bilkis😉
up lg
2020-08-20
0