“Key, setelah ziarah mau langsung pulang apa mempir ke Dandangan?”
“Emmmbb, terserah di Nur ajalah; Gimana Nur?”
“Aku mau beli celengan ayam Key, mumpung ada kesempatan.”
“Yawdah kita gas kawal mbak-mbak ini ke Dandangan.” Abi dengan semangat menyambut baik ide mampir ke Dandangan.
“Tapi kami harus tiba sampai rumah sebelum jam 9 malam. Gimana dong?”
“Waspadalah, jika kalian pulangnya sendirian dan berboncengan berdua. Karena tindak kejahatan bukan merebut kendaraan tapi merenggut kehormatan juga ada.” Abi memberi petuah yang ada benarnya juga.
“Gak usah dipikirin, nanti aku antar kalian sampai rumah.” Ucap Haidar menutup kegelisan kedua gadis berjilbab patayat.
“Ayo Key, mau ya mau. Aku mau beli celengan ayam nich, buat nabung uang sakuku.” Nur terus merengek-rengek dengan menarik lengan baju gamis Keyasa.
“Astagfirullah Nur, Nur in nama assobbirin napa? “
“Iyayaya, maaf sabar deh akunya sabar. Tapi ayo yak demi celengan ayam?”
“Hu’um, ayo ambil buku surat Yasin dan Tahlil.”
Informasi:
Dandangan/ Dhandhangan (juga ditulis dandangan) merupakan festival yang diadakan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Indonesia, untuk menandai dimulainya ibadah puasa pada bulan Ramadan. ... Menurut tradisi, nama dhandhangan diambil dari suara beduk masjid tersebut saat ditabuh untuk menandai awal bulan puasa.
*
*
*
Para pedagang sudah sibuk melayani pembeli, mereka ka bertransaksi dengan suka cita. Keceriaan malam itu sangat meriah dan ramai oleh pengunjung. Dimana saling berdesakan dan membelah celah diantara kerumunan.
“Hati-hati, awas!”
Haidar menarik tangan Keyasa yang hampir saja terserempet motor yang melintas.
“Astaghfirullah... key, hampir saja kena tabrak sama emak-emak penguasa jalanan ckckckck.”
“Lain kali jangan meleng ya, lihat apasig?” Tanya Haidar.
“Aku melihat bros kupu-kupu cantik.”
“Mana Key, sebelah mana?” Nur ikut penasaran dengan meloncat-loncat.
“Sebelah stan makanan kebab, ada stan aksesoris. “ Keyasa menunjuknya.
“Ayolah kesana, sekalian kalau ada peci bisa beli juga hehehe.” Abi nyelonong jalan.
Berbagai macam aksesoris komplit di stand membuat lapar mata.
“Ini yang kamu suka?” Tanya Haidar kepada Keyasa yang mencocokan warna jilbabnya dengan bros kupu-kupu.
“Hu’um, tapi yang bros motif bunga juga cantik. Jadi bimbang kan milihnya.” Kebiasaan cewek, niatnya apa yang dibeli akhirnya kepincut lainnya.
“Ya sini biar aku bayarin saja brosnya.” Haidar membayar dua bros yang dipilih Keyasa.
Perasaan canggung itu menjadi simpati, dan benih-benih rasa tertarik kepada lawan jenis akhirnya dirasakannya.
“Fyuuuhhh, deg-degan gak dadamu?” Nur menempelkan telapak tangannya.
“Diam kauuuu, nanti ketahuan sama Haidar dan Abi kalau aku grogi.” Keyasa bicara lirih kepada sahabatnya yang usil.
Usai berkeliling di pesta rakyat tahunana itu. Akhirnya celengan ayam berwarna putih sudah di dekap ditengan boncengan. Sesuai janjinya Haidar mengantar Keyasa hingga rumahnya. Dia tidak berani sampai rumah, katanya lain kali saja. Karena takut kemalaman sampai pondok.
“Terimakasih ya,” Keyasa malu-malu mengatakannya.
“Iya sama-sama, diantar sampai gardu aja kok. Sana geh balik rumah, keburu malam.” Haidar memutarkan sepeda motornya ke arah balik.
Sebelum pergi jauh, Nur memberikan nomor hapenya kepada Abi. Dia sengaja memberikannya agar bisa berkomunikasi lagi.
“Nur, nomor hapenya sapa yang kamu kasih?”
“Hehehe nomor hapenya ibumu lah, aku kan tahu kalau kau naksir sama Haidar.”
“Ngawur ya kamu Nur hiiiihhhh,”
Keisengan Nur itu membuat malu Keyasa saja. Sahabatnya ternyata memberikan nomor hape ibu Keyasa kepada Abi.
“Nanti kalau ada sms masuk dari Abi, kasih nomor hapenya ibuku ya. Biar aku balas pesannya.”
“Gak, gak mau ah. Udah numbalin nomor ponsel ibuku. Sekarang minta jadi aku mak comblang kalian. Bener-bener ya kau ini.”
“Ayolah Key, sebentar lagi kita akan lulus sekolah. Sebelum kita dijodohkan oleh orang tua kita. Marilah kita gunakan kesempatan ini untuk mengenal apa itu Cinta Monyet.”
“Cinta, cinta saja dalam pikiranmu Nur. Mikir itu gimana ujian nanti lulusa apa tidak. Lalu bayar perpisahan dan nyari kerja. Ingat kita ini dari keluarga susah, jangan nambahin kesusahan dengan bermain-main sama anak cowok.”
Begitulah kalimat terakhir Keyasa saat malam itu. Sebelum tidur, dia mengingat kembali kejadian. Dimana tangannya di tarik oleh Haidar. Untuk pertama kalinya ia berada tatapan dan bersentuhan dengan kulit lelaki. Dia tersenyum sambil mengelus-elus tangannya tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Bilkis😉
semngat keyasa
2020-09-08
0
AliceLin
next
2020-08-28
1
Ig : @reni.lubiss
makin seruuu
up lagiiiii
2020-08-27
0