Haidar tak banyak bicara setelah sholat Isya, dirinya hanya termenung di dalam kamar. Tak berapa lama setelah Abi selesai tadarus. Suara dengkuran Haidar sudah mendendang ria. Padahal niat hati, Abi ingin nonton pertandingan sepak bola.
“Yah, udah losss nih anak.” Abi memposisikan bantalnya.
“Ngantukkk Bi, besok nganter ibu ke Puskesmas.” Bicara sambil tidur.
“Ya deh iyaaaa,” timpal Abi.
*
*
*
Kukkkuuuruyukkkkk.... Suara ayam jantan di kandang yang kelaparan.
“Nak lekas bangun, sudah jam 6 pagi loh. Keburu sholat Dhuha kalo gak subuh!” Ibu haidar sengan memajukan jam seperti emak-emak seIndonesia bangunin anaknya.
Suara gaduh dalam kamar yang gelagapan mendengar jam berapa sekarang.
“Loh baru jam 5.45lagi ya, kok tadi ibu bilangnya jam 6 sih.” Haidae kecewa.
“Sholat itu tiang agama nak, kalau kamu sholatnya bolong satu. Ya runtuh rumahmu yang ada di surga. Beli kavling di dunia itu mahal lho. Apalagi kavling di surga.” Canda ibunya yang sedang menyiapkan sarapan.
“Iya bu,” mencerna nasehat ibunya.
Kak Yasmin dengan perut buncitnya berada di halaman. Menyapu daun kering yang jatuh, sembari olah raga kecil. Suaminya tidak ikut menginap karena mengurus pekerjaan di Sragen. Biasanya satu minggu kemudian suami kak Yasmin menjemputnya. Abi bersama ayah Haidar sedang memaknai kitab dari pondok. Kebetulan ayah Haidar adalah tokoh agama. Yang mempunyai wawasan ilmu kitab-kitab islami. Setelah jam 7 barulah mereka secara bergiliran untuk mandi dan sarapan bersama.
“Le nanti antar ibumu ke Puskesmas. Nanti ayah dan Abi mau ke sawah ambil semangka.” Pesan ayahnya.
“Sudah layak panen pak semangkanya?” Tanya Haidar.
“Iya, ada pemborong yang mau lihat semangka di sawah. Siapa tahu harganya cocok. Kan lumayan buat bantu biaya persalinan kakakmu.”
“Pak, jangan gitulah. Aku kan sudah menikah, suamiku cukup bertanggungjawab.” Sanggah kak Yasmin.
“Gak papa Nduk, orang tua itu selalu memperhatikan anaknya. Apalagi ini cucu pertama hehehe.” Ibu Haidar menambahkan.
“Hehehe ya bu makasih atas perhatiannya. Tapi kalau pulang bawa semangka tentu boleh dong? Itung-itung, buat oleh-oleh balik ke Juwana.”
“Mbak mbak kayak di Sragen gak ada penjual semangka.” Ledek Haidar.
“Kalau ada yang gratis kenapa mesti beli!” Kak Yasmin ngegas.
“Serahlah, sejak dulu kak Yasmin begitu.” Haidar ngambek.
“Sudah ayo sarapan, ini tehnya masih hangat. Setelah sarapan nanti kakakmy yang akan mencuci piringnya.” Ibu membagi tugas.
“Padahal Haidar kan yang belum ambil andil pekerjaan rumah.” Protes kak Yasmin.
“Adikmu kan nganter ibu di Puskesmas yang jaraknya jauh Nduk.” Bela ibu Haidar.
Kak Yasmin memang memiliki watak manja dan ngeyelan. Sama seperti karakter gadis remaja yang sedang ranum. Tapi terpaksa menikah dini, demi sebuah bakti kepada orang tua. Dia sendiri sebenarnya ingin melanjutkan sekolahnya lagi. Karena menyadari biaya sekolah yang tinggi. Dan status anak angkat, akhirnya diurungkan niatnya melanjutkan sekolah. Setelah menikah selama Dua tahun lebih, akhirnya kak Yasmin hamil juga. Dulu kak Yasmin menunda kehamilannya karena usianya masih terlalu muda untuk mengandung.
“Jaga rumah baik-baik ya, ayah mau kesawah dulu. Gak usah capek-capek, sedapetnya saja. Kalau lelah tidur apa nonton TV.” Pesan ayah.
“Iya pak, Cuma kerjaan rumah biasa aja kok. Gak usah khawatir sudah biasa hehehe.” Kak Yasmin melempar senyum manisnya.
Haidar tengah berada di perjalanan dengan ibunya. Disepanjang jalan dia melihat pemandangan alam yang terbentang luas. Selama ia mondok di Kudus, setiap hari hanya pagar tembok yang menjulang tinggi. Sudah jarang melihat pemandangan sawah dan sungai. Karena kebetulan pondok dan sekolahnya berada di perkotaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Indri Hapsari
baca ini, dapat pula nasihatnya
semangat lanjut kak
2020-10-31
3
Calvien Arby
mantap
2020-08-07
0
Anyle Tiwa
keren
2020-07-31
0