SMA Elite Menteng Jakarta
Pagi ini Valentino dan Juliet tiba di sekolah mereka pagi-pagi karena harus mengikuti upacara bendera. Kedua kakak beradik itu berjalan beriringan dengan banyak mata memandang mereka.
Tak sedikit cewek-cewek yang menatap Valentino dengan tatapan memuja dan terang - terangan mengagumi. Namun Valentino sama dengan ayahnya, cuek berat dengan tatapan mereka. Baginya yang tidak penting tidak usah dihiraukan.
"Ohayo Gozaimasu!" sapa Romeo yang menjajari kedua kakak beradik itu.
"Morning Rom" sapa Valentino.
"Pagi... Rombeng" sapa Juliet malas-malasan.
"Aaahhh Juliet, terima kasih sudah menyapaku. Membuat hatiku senang" seringai Romeo yang membuat Juliet melongo.
"Oh my God! Aku ke kelas dulu. Lama-lama aku hate Monday beneran!" Juliet lalu berlari kecil menuju kelasnya yang di lantai dua sedangkan Romeo dan Valentino kelasnya di lantai satu.
"Adikmu tambah gemesin ya pakai baju seragam begitu" ucap Romeo yang membuat Valentino melengos.
"Kamu kedengarannya seperti Oom-oom meshum!"
"Eh aku gak meshum! Ih, Val! Serius ini!"
"Mbuh!"
Kedua sahabat itu pun langsung masuk ke dalam kelas.
***
Juliet sendiri masuk ke dalam kelasnya dan disambut oleh Shayna, teman satu tim ospeknya kemarin. Keduanya sudah berjanji untuk duduk bersama.
Shayna adalah anak dari keluarga sederhana yang masuk ke sekolah ini berkat beasiswa dan orang tua asuh, membuat remaja itu merasa sedikit minder melihat banyaknya anak - anak orang kaya. Tapi hanya Juliet yang mau mendekatinya dan berteman dengan dirinya.
"Pagi Shayna" sapa Juliet.
"Pagi Julie. Sudah siap untuk upacara?" Shayna tersenyum manis ke gadis cantik itu.
"Hayuk lah. Tapi kalau aku bosan, aku akan pura-pura pusing biar boleh duduk" cengir Juliet.
"Ih nakal kamu!" kekeh Shayna.
"Kata mommyku, SMA nggak nakal nggak afdol! Asal masih di koridornya."
"Yuk ke lapangan upacara."
***
Pagi ini upacara bendera setiap hari Senin dilaksanakan untuk menyambut para siswa baru. Juliet melirik ke arah barisan kelas kakaknya dan mendapatkan kedipan dari Romeo sedangkan Valentino lebih memilih menyimak pidato Kepala Sekolah.
Juliet hanya melengos melihat ulah Romeo yang sering tidak lihat tempat dan membuatnya kesal. Shayna yang melihat interaksi keduanya hanya tersenyum.
Usia upacara, mereka masuk ke kelas masing-masing dan Romeo sempat memberikan kiss bye ke Juliet saat melihat gadis itu.
"Oh Astagaaa! Dasar rombeng!" umpat Juliet kesal.
Shayna tertawa cekikikan melihat keduanya. Semua orang tahu kalau Romeo dan Juliet memang punya hubungan absurd. Romeo tampak memuja Juliet sedangkan gadis itu hanya cuek.
"Kenapa sih kamu dan Romeo selalu ribut? Aku rasa dia anak yang baik kok."
"Kamu nggak tahu saja! Dia pria paling menyebalkan di muka bumi ini!" cebik Juliet.
"Nggak banyak lho pria yang seperti Romeo, terang-terangan menunjukkan ketertarikan sama kamu. Aku melihat dia pria yang bertanggungjawab lho Julie. Beruntung kamu bisa dicintai sedemikan rupa."
Juliet menatap Shayna yang tampak sendu.
"Kamu nggak papa Na?" tanya Juliet.
"Nanti kapan-kapan aku cerita."
Juliet mengangguk dan tak lama guru pun masuk ke kelas lalu pelajaran pun dimulai.
***
Jam pulang sekolah, Juliet mendapatkan pesan dari Valentino untuk menunggu di taman depan karena dia dan Romeo hendak menyelesaikan administrasi untuk mendaftar di UI.
"Kamu nunggu kakakmu?" tanya Shayna yang keluar bersama Juliet.
"Iya, mas V kan mau masuk UI jadi ini urus administrasi dulu."
"Kamu kan pintar Julie, kenapa tidak ikut kelas akselerasi?"
Juliet menatap Shayna. "Masalahnya aku ingin menikmati masa sekolah dengan benar. Bisa saja aku loncat kelas, begitu juga dengan mas V tapi kami nanti kehilangan masa SMA kami. Kayak kakak sepupu kami, sudah kuliah di usia 17 tahun, gelar arsitek di tangan malah jadi pedagang anggur."
"Papamu kan salah seorang yang jenius kan?"
"Oh bukan, itu Opa Levi. Kalau Daddyku kalah jenius dari Opa cuma yang jenius mulutnya. Benar-benar mulut cabe kalau Daddy."
Shayna tertawa kecil. "Sekarang nurun di kamu ya Julie."
"Berarti aku nggak salah gen" seringai Juliet. Kini mereka berdua duduk di kursi taman depan dekat gerbang.
"Kamu dijemput?" tanya Juliet.
Shayna mengangguk dengan wajah mendung.
"Kamu nggak papa Na?"
"Nanti aku cerita..." Mata Shayna menatap ke seseorang yang sudah berdiri di gerbang sekolah. Juliet melihat seorang pria yang cukup tampan dengan pakaian khas orang kantoran memandang ke arah Shayna duduk.
Sontak gadis itu bergegas membereskan tas dan buku-bukunya.
"Siapa itu Na? Kakak kamu?" tanya Juliet penasaran.
Shayna hanya tersenyum sendu. "Aku pulang dulu, Julie. See you tomorrow." Shayna berjalan menuju pria itu dan tampak wajahnya tidak suka tapi Shayna hanya tersenyum lalu menyeret pria itu keluar dari gerbang sekolah.
Kalau kakaknya, aneh saja sikapnya seperti itu. Bapaknya...kemudaan. Juliet menutup mulutnya karena terkejut. Masa suaminya? Ya ampun Jules! Kebanyakan baca novel online lu, jadi otakmu traveling kemana - mana!
"Kamu kenapa?" sebuah suara membuat Juliet terkejut dan tampak Romeo sudah berdiri di belakangnya dan membungkukkan tubuhnya di sisi kanan gadis itu.
"Rombeng! Ngagetin saja!" hardik Juliet sambil memegang dadanya untuk menetralisir jantungnya. "Untung jantung gue buatan Allah bukan buatan manusia!"
"Memang kenapa jantungnya?" tanya Romeo sambil duduk di sebelah Juliet.
"Kalau buatan manusia, Wis ambyar chuy!" sahut Juliet judes. "Mas V kemana? Bukannya tadi kalian ketemu dengan pak Graham?"
"Masih urusan sama pak Graham. Tadi lagi eyel-eyelan sama tuh orang."
"Lho memang kenapa?"
"Pak Graham bilang abangmu punya potensi masuk MIT atau California Technologi atau ke Tokyo University tapi Val nggak mau karena tidak mau jauh-jauh dari Opa dan kamu."
"Lagian pak Graham macam nggak hapal sifatnya mas V sih? Semakin di-push semakin ngeyel nggak mau!"
"Makanya itu. Padahal jurusan yang diambil V kan sesuai dengan keinginannya. IT di UI kan kwalitas nya bagus."
"Mungkin pak Graham maunya mas V bawa nama bisa masuk MIT atau CalTech. Dua kampus itu kan masuk ke Ivy League. Mengingat Opa dan Daddy alumnus sana jadi pengennya mas V juga kesana."
"Itu dia Jules. Pak Graham maunya begitu."
Juliet hanya menggelengkan kepalanya. "Bakalan lama deh acara perngeyelannya."
"Begitulah!"
"Lha dikau jadi ambil kedokteran?" tanya Juliet.
"Jadilah! Makanya aku cepat karena semuanya sudah sesuai dengan yang diminta UI."
"Oma Nieva ada penerusnya dong!"
"Tapi aku fokusnya nggak di obgyn, lebih ke jantung. Gara-gara Opa Nathan, aku jadi tertarik dengan bedah jantung."
"Bagus lah! Apapun pilihan kamu, harus tanggung jawab. Gitu Daddy kalau bilang sama aku dan mas V."
"Jules, kan enak ngomong kalem begini. Eh, tapi kamu kenapa tadi? Soal temanmu yang dijemput sama pria yang lebih tua? Kakaknya kali Jules." Romeo menatap Juliet yang masih mode berpikir.
"Kayaknya bukan kakaknya deh!"
"Udah, nggak usah kepo urusan orang lain. Kalau temanmu cerita, ya ditampung saja. Jangan bertindak apapun kecuali kalau dia memintanya."
Juliet menoleh ke arah Romeo. "Kok elu bener sih?"
"Hei, otakku dan otak Val sama cerdasnya! Jangan diremehkan!" seringai Romeo membuat Juliet melengos.
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
ꍏꋪꀤ_💜❄
klo akur kan enak Jules..... 🤣🤣🤣🤣
2022-10-15
2
ellyana imutz
akhir ny akur wlw cm 10menit damai itu indah juleess
2022-10-15
2
meee
semangat up...💪💪💪
2022-10-15
2