tidak terasa satu Minggu sudah Aqila, Lila dan Lin Shan berlatih, banyak hal yang mereka pelajari mulai dari latihan fisik, kecepatan juga ketangkasan dalam hal menyerang dan bertahan.
bukan hal mudah bagi Lila dan Lin Shan dalam mempelajari ilmu beladiri karena aqila menerapkan sistem pembelajaran seperti di dunia moderen, Setiap hari mereka harus berlatih siang dan malam untuk mengasah kemampuan yang di miliki masing-masing.
aqila yang pandai menggunakan pedang serta jarum perak berlapis racun sebagai senjata utama dan masih banyak lagi jenis senjata yang ia kuasai, keterampilannya terlihat di luar nalar manusia normal pada umumnya bagaimana tidak Aqila berhasil mencapai kesempurnaan dalam menggunakannya hanya dalam waktu satu Minggu.
sebenarnya itu semua terjadi karena jiwa Aqila sebelumnya adalah seorang pembunuh bayaran yang sangat terkenal dia mendapat julukan pembunuh berdarah dingin, tidak heran jika Aqila bisa dengan mudah mempraktekan.
sedangkan untuk Lila gadis yang semulanya penakut kini terlihat sangat berani dalam menggunakan senjata, meskipun masih sebawel dulu dia hanya akan bertindak demikian di hadapan Aqila dan Lin Shan saja.
Lila lebih pandai menggunakan cambuk dari pada pedang gadis itu terlihat sangat lihai dalam memakainya.
dan untuk Lin Shan sendiri dia pandai dalam menggunakan pedang dan panah Aqila juga mengajari Lin Shan bagaimana menjadi seorang mata mata handal.
siapa yang akan menyangka bahwa seorang budak yang Aqila selamatkan adalah seorang pemuda jenius, kini penampilan Lin Shan berubah drastis dari sebelumnya.
tubuhnya tinggi dan kekar wajah yang tampan juga sorot mata tajam mampu menghipnotis setiap gadis yang melihatnya.
Lin Shan jarang sekali tersenyum dan hanya akan menampilkan wajah serius tetapi dia akan sangat manis hanya pada Aqila.
ikatan ketiganya menjadi sangat dekat semenjak hari itu selayaknya keluarga kandung.
"nona apa yang sedang anda lakukan di sana"
sore itu Lila mencari Aqila di seluruh kediaman lavender tapi tidak menemukannya, sedangkan Aqila sendiri sedang asik duduk di atas dahan pohon apel di taman samping kediaman sambil menikmati satu buah apel yang dia petik.
tidak ada sautan Dari atas sana karena merasa kesal perkataannya tidak di gubris Lila memukul dahan pohon tersebut dengan cambuk miliknya yang selalu dia bawa setiap hari dengan sangat kuat.
cetarr
begitu cambuk mengenai dahan pohon Aqila langsung turun dari atas sana dengan cara melompat ke bawah untung saja pohon itu memiliki akar yang kuat sehingga tidak mudah roboh.
bruk
Aqila mendarat dengan selamat tanpa luka sedikitpun dia sebenarnya mendengar ucapan Lila tapi gadis itu sengaja berpura pura tidak dengar.
entah sejak kapan Aqila suka sekali menjahili Lila itu seperti hiburan tersendiri bagi dirinya.
"ada apa"
setelah puas melihat ekspresi kesal di wajah Lila, Aqila akhirnya membuka suara.
"tuan besar mencari anda nona"
"oh"
"hanya itu saja"
"lalu"
"ahhhhhh anda sangat menyebalkan nona, tapi sayangnya aku sangat menyayangi mu seperti adik ku sendiri"
perlahan tapi pasti hati Aqila mulai menghangat dengan perlakuan tulus Lila terhadap dirinya, padahal Aqila pikir hatinya sudah membeku akibat luka yang di buat oleh sila dulu.
rasa sakit itu masih terasa begitu membekas dan sulit untuk di hilangkan, itulah yang membuat Aqila sekarang selalu bersikap waspada terhadap siapa pun.
dia membenci penghianatan, sekali orang lain mengkhianatinya makan hanya akan ada hukuman mati tanpa ampun.
Aqila berjalan keluar dari kediaman lavender untuk menemui sang ayah, setelah sampai di pintu ruangan kerja tuan Han aqila mengetuk pintu ketika sudah mendapatkan persetujuan dia mulai melangkah masuk ke dalam.
"ada apa mencari ku ayah"
"ke marilah duduk dan temani ayah minum teh lebih dulu beberapa hari ini kita jarang bertemu ayah sangat merindukan mu apa yang membuat mu sibuk sampai melupakan keberadaan ayah dulu kau sangat manja sekarang kau lebih banyak diam apa ada sesuatu yang tidak ayah ketahui"
"tidak ada"
sambil menjawab Aqila mulai mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan tuan Han, tangannya mulai menuangkan teh dan memberikannya pada sang ayah.
perlakuan manis Aqila sedikit membuat hati tuan Han menghangat meskipun sekarang putrinya tidak lagi banyak bicara tapi tindakan gadis itu selalu saja membuktikan bahwa ia perduli dan menyayanginya.
"terimakasih putri ku"
Aqila hanya mengangguk sebagai jawaban dia masih sabar menunggu sesuatu yang ingin di bicarakan tuan Han pada dirinya.
tuan Han bangkit dari tempat duduk kemudian berjalan menuju meja kerjanya perlahan tangan itu meraih sebuah kota dari dalam laci dan membawanya ke hadapan Aqila.
"ini untuk mu"
"apa"
"hadiah dari ibu mu sebelum dia meninggal"
Aqila mengambil kotak tersebut mencoba untuk membukanya tapi tidak bisa, kotak itu terkunci dengan rapat dan hanya bisa di buka menggunakan kunci.
"sepertinya harus di buka dengan kunci"
Aqila mendongak menatap tuan Han dia merasa bingung untuk apa ayahnya memberikan sebuah hadiah yang bahkan tidak bisa di buka
tuan Han yang paham maksud tatapan Aqila buru buru menjelaskan.
"ayah sendiri tidak tau alasan mengapa ibu mu menyuruh ayah memberikan kotak itu kepada mu ketika kau sudah dewasa, ayah sempat penasaran dengan isi di dalamnya namun ketika ayah hendak membuka kotak tersebut sangat lah sulit, hal yang membuat ayah lebih bingung lagi ibu mu tidak memberikan kuncinya dia hanya mengatakan bahwa kotak itu akan sangat kau butuhkan nantinya".
setelah mendengar penjelasan dari tuan Han Aqila merasa bahwa sesuatu yang besar akan terjadi dalam hidupnya, sehingga sang ibu sudah menyiapkan segala sesuatu untuk membantunya nanti.
seolah ibunya bisa melihat masa depan apakah dia juga tau bahwa jiwa yang ada dalam tubuh anaknya bukanlah jiwa asli dari Aqila melainkan jiwa orang lain yang akan menggantikan tugas Putrinya, jika di pikirkan terlalu lama ini membuat kepala Aqila sakit.
"hey putri ku kenapa kau melamun "
"tidak ada ayah"
"kau yakin"
"hm, kalau begitu aku pamit terimakasih untuk hadiahnya"
"baiklah jaga kesehatan mu putri ku Aqila"
"baik ayah juga"
Aqila melangkah pergi dari ruangan tersebut sambil membawa kotak yang di berikan tuan Han dia berjalan dengan santai sampai tiba di kediaman lavender miliknya.
hubungan ayah dan anak itu juga sudah lebih baik dari sebelumnya seiring berjalannya waktu dan interaksi keduanya jadi lebih dekat.
Aqila juga sudah menerima tuan Han sebagai ayahnya sendiri mengingat perlakuan baik tuan Han terhadap dirinya selama ini.
pria itu begitu menyayanginya mungkin dia sudah sadar bahwa sikap acuhnya dulu bisa membawa dampak buruk bagi keharmonisan keluarga.
setelah tiba di dalam kamar Aqila menaruh kotak itu di atas meja riasnya dia berjalan ke arah bak mandi untuk berendam, air tersebut di siapkan oleh Lila seperti keinginannya sebelum Aqila menemui tuan Han barusan.
dua puluh menit akhirnya Aqila sudah menyelesaikan ritual membersihkan diri.
hari itu matahari sudah ingin tenggelam Aqila Duduk di depan jendela kamar untuk menikmati senja, sambil menikmati pemandangan Aqila berfikir bagaimana cara membuka kotak tersebut.
tapi setelah lama berfikir tidak juga mendapatkan solusi, dia kesal sendiri dan menyalahkan otaknya yang mulai lambat dalam mencari jalan keluar.
"bagaimana cara membukanya"
"membuka apa nona"
"kotak"
"wah kotak itu sangat cantik dari mana anda mendapatkannya nona"
"ayah"
"oh, aku kira dari kekasih nona"
setelah mengatakan hal itu Lila terkik geli dengan ucapannya sendiri, dia tau betul bahwa Aqila tidak pernah dekat dengan siapa pun tapi ia Masih saja menggoda gadis itu.
sedangkan Aqila Masih tenang dengan wajah tanpa ekspresinya Lila yang melihat itu mendengus kesal kapan dia bisa melihat Aqila tersenyum manis dan tertawa seperti dulu.
mengingat hal ini Lila merasa marah kalau bukan karena ulah selir Han dan kedua putrinya Aqila tidak akan menjadi seperti ini.
tanpa mereka berdua sadari kotak itu bersinar terang saat terkena cahaya matahari samar samar muncul sebuah tulisan di atas penutup kotak.
Aqila yang sempat melirik dari mana datangnya cahaya tersebut membalikan badan saat tadi berbicara dengan Lila.
dia dan lila terus memperhatikan kotak itu sampai cahaya yang di keluarkan mulai meredup.
"hah itu keren sekali nona"
perlahan Aqila menarik kotak tersebut untuk lebih dekat dengannya, dia membaca kata demi kata yang tertera di sana.
terpampang sebuah teka teki yang harus Aqila pecahkan.
*hidup untuk mati, datang untuk pergi dan satu hal yang tetap hidup"
Aqila dan Lila berfikir keras untuk memecahkan teka-tekinya.
setelah memutar otak hampir satu jam Aqila tersenyum samar sepersekian detik bahkan Lila tidak menyadari hal itu.
"keabadian"
satu kata itu berhasil lolos dari mulut Aqila, kemudian dia mulai menuliskan jawaban tadi di bawah pertanyaan tersebut.
dan seketika semua huruf yang ada di sana menghilang dalam sekejap mata, Aqila mulai mengulurkan tangan untuk membukanya.
akhirnya kotak itu berhasil di buka, sebuah gelang giok yang terlihat sangat cantik dan murni dengan ukiran bunga bunga kecil di dalamnya serta sepucuk surat yang ada di dalam kotak tersebut.
Aqila mengambil gelang tersebut dan sedikit mengamati sebentar kemudian memakainya ukuran gelang itu juga sangat pas di tangan Aqila
Lila yang melihatnya di buat terkagum gelang itu benar benar sangat indah saat di kenakan oleh Aqila.
"wah nona gelang itu sangat cantik sekali"
Aqila melirik ke arah Lila kemudian kembali melihat ke dalam kotak, saat hendak membaca surat itu ada benda lain di dalamnya.
seperti kartu identitas, aqila mulai menebak bahwa identitas ibunya tidak lah biasa tapi bagaimana mungkin tuan Han tidak mengetahui hal itu apakah ibu Aqila sengaja merahasiakannya dari sang ayah.
eh ketemu lagi sama author terimakasih sudah berkunjung 🥰
selamat membaca 🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 232 Episodes
Comments
niarotun angzumi
kok kartu identitas? biasanya plat/ token biar lebih dpt kesan kolosalnya🤔🤔
2024-04-18
0
Frando Kanan
Dr quis td...apa mungkin...ibu Dr putri ini....berasal Dr zaman modern???
2023-03-15
1
Frando Kanan
hidup utk mati, dtg utk pergi Dan 1 Hal yg ttp hidup? apakh ini quis???
2023-03-15
0