Manusia buatan

“Dr. Dono malam ini aku akan menginap di bankker hitam ini. Jadi aku ingin mendengarkan hasil kinerjamu selama ini. Aku ingin kau tunjukkan padaku satu hasil yang nyata. Bukan hanya rencana di masa depan seperti yang selama ini kau katakan,” ucap Pak Toni mengambil segelas kopi di atas meja kecil di depan ia duduk.

“Tenang Pak Toni, tenanglah, bahkan tanpa sepengetahuanmu. Aku telah melepas robot tipe CN 0 ke tengah-tengah masyarakat. Robot tipe CN 0 adalah bentuk dari sifat anak kecil. Tetapi apabila dia marah level kekuatannya melebihi pemimpin perang bangsa manusia di kota Jombang era sekarang,” jawab Dr. Dono mengungkapkan dan menerangkan pencapaiannya. Dr. Dono jua ikut duduk di depan meja kecil pas di depan Pak Toni duduk.

“Coba jelaskan padaku tentang CN 0 ini. Bagaimana bentuk dan rupanya, seberapa besar kekuatannya dab dimanah dia sekarang? Aku tak mau uangku terbuang sia-sia. Hanya untuk mendengar bualanmu tentang manusia buatanmu di masa depan,” ujar Pak Toni mulai menyulut cerutu yang ia ambil dari sekotak yang beberapa saat lalu ia taruh di atas meja.

“Kau tidak usah ragu atas hasil kinerjaku Pak Toni. Bahkan model CN 0 sanggatlah sempurna tiada cela. Kalau orang melihatnya tentu mereka mengira CN 0 adalah anak kecil pada umumnya. Memiliki sifat dan perilaku serta bentuk jua rupa selayaknya anak kecil pada umumnya. Tetapi tersembunyi sebuah alat kecil di dalam tubuhnya. Dimanah apabila kita mengontrolnya dari sini dengan gelang jam ini. Kita bisa mengubah sifatnya dari anak kecil menjadi sifat sesosok iblis tempur pembasmi manusia,” ujar Dr. Dono mengulurkan gelang jam pengontrol CN 0 pada Pak Toni.

“Boleh-boleh, boleh juga kinerjamu Dr. Dono. Jadi dimanah model manusia buatan CN 0 itu sekarang. Apa dia juga bisa tumbuh dewasa selayaknya manusia pada umumnya?” kembali Pak Toni melontarkan pertanyaan untuk memastikan hasil kerja Dr. Dono.

“Tentu saja Pak Toni, model CN 0 saya desain sedemikian rupa. Bahkan amarah, cinta, sedih, bahagia, dan hasrat nafsu, ada pada CN 0 selayaknya manusia biasa. Model ini adalah ciptaan kami yang paling mutakhir. Bisa dibilang produk unggulan, dan ingat gelang jam yang tuan pakai itu. Dapat jua mengontrol sifat-sifat yang saya katakan tadi yang ada pada model CN 0,” jawab Dr. Dono menyeruput kopi satu gelas di depannya.

“Anda belum menjawab pertanyaan saya Dr. Dono. Bahwa dimanah sekarang manusia buatanmu CN 0 itu berada?” kembali Pak Toni bertanya kali ini dengan wajah serius.

“Hehehe, seperti biasa Pak Toni selalu tidak sabar orangnya. Tekanlah tombol on yang ada di dalam gelang jam itu. Maka akan keluar data berbentuk bayangan di atas tangan Pak Toni. Gambar-gambar itu akan menunjukkan keberadaan model CN 0,” jawab Dr. Dono.

“Baiklah mari kita coba nyalakan CN 0 yang kita punya. Baiklah anakku mari kita lihat kau bermain dimanah sekarang?” ujar Pak Toni menekan tombol on yang ada di dalam gelang jam hitam pengontrol CN 0 yang ia kenakan.

Muncullah diagram data layaknya komputer di atas gelang jam tersebut. Menampakkan posisi dan segala macam fungsi dari CN 0. Serta menentukan koordinat pasti dimanah CN 0 sekarang berada.

***

Desa Genuk Watu, kecamatan Ngoro, kabupaten Jombang.

Pada sebuah pinggiran kota Jombang sebelah selatan. Ada satu rumah tua tepat di tepi sungai yang luput dari penghancuran masal di kota Jombang. Rumah berdinding bambu beratap daun rumbia teramat sederhana. Hanya memiliki penerangan satu cahaya damar templek atau yang kita tahu lampu jaman dahulu.

Rumah tersebut milik nenek tua bernama Mbok Emban. Begitulah penduduk sekitar memanggilnya. Setahun yang lalu entah doanya terkabul atau sebab apa. Mbok emban menemukan seorang anak kecil berusia lima tahun tergeletak di samping rumahnya.

Mbok emban yang sejatinya dari dahulu sebatang kara. Karena ditinggal pergi anak-anaknya ke kota dan tak pernah sama sekali menengoknya. Sangat senang dan selalu merawat serta mencurahkan kasih sayang pada anak tersebut.

Malam ini Mbok emban terlihat kebingungan. Matanya sembab sebab menangisnya dan wajahnya menoleh ke sana-ke mari mencari sang cucu.

“Ke mana kau Dimas Sakti cucuku? Sudah terlalu larut untuk bermain Nak. Kenapa kau belum pulang juga?” ucap Mbok Emban berjalan ke arah tepi sungai terhuyung-huyung sambil memegangi tongkat yang biasa ia pakai berjalan.

Dalam gelapnya tepi sungai, tepatnya di samping rindangnya pepohonan bambu yang menjulang ke atas langit. Rupanya Dimas sedang duduk dan asyik mengobrol sendirian di sana. Sambil tertawa kadang berteriak gembira, terkadang sampai tertawa lepas cekikikan.

“Loh Dimas kau bicara dengan siapa Nak. Astagfirullah bahaya ini cucuku, bisa-bisa kesambet ini Dimas. Mana ada orang di depannya, siapa yang dia ajak bicara?” ujar Mbok Emban mencoba menghampiri Dimas dengan tergopoh-gopoh dan khawatir.

“Dimas kau bicara dengan siapa Nak? Tidak ada orang di sini. Kenapa kau tidak pulang Nak, sudah larut malam ayo kita pulang Dimas,” ucap Mbok Emban memegang lengan Dimas. Tetapi Dimas seakan tidak mau untuk diajak pulang.

“Teman aku dijemput Nenek, aku pulang dahulu ya besok kita main lagi,” Dimas malah mengucapkan perkataan seakan ia berpamitan pulang dengan temannya. Sambil melambaikan tangan tanda berpisah. Padahal arah lambaian tangan Dimas tidak ada siapa pun di sana. Hanya ada pohon bambu yang rimbun berjajar dan begitu gelap.

“Sudah-sudah mainnya besok lagi ya Dimas. Sekarang kita pulang ya Nak, jangan buat Nenekmu ini semakin ketakutan,” Mbok Emban menarik paksa lengan Dimas sambil melihat ke arah lambaian tangan Dimas tadi. Tidak ada siapa-siapa di sana, bahkan satu sosok makhluk apa pun tidak ada di sana. Hanya pohon bambu yang diterpa angin ke sana-ke mari.

Lekas-lekas Mbok Emban menggendong Dimas mengajaknya pulang. Agar Dimas tak keterusan bermain dengan khayalan-khayalan yang ia ciptakan sendiri. Dalam hati Mbok Emban berkata, kasihan cucuku setiap hari dia hanya bermain sendiri. Coba saja kota ini tidak hancur dan coba saja orang-orang TOH itu tidak gugur. Tentu aku bisa mengajak Dimas sesekali jalan-jalan ke kota.

“Nek temanku tadi bilang kota ini akan segera hancur. Manusia-manusia di sini akan dilenyapkan. Apa kita juga termasuk manusia Nek?” ucap Dimas hal klasik yang selalu ditanyakan Dimas dan selalu membuat bingung Mbok Emban.

“Astagfirullah Dimas ya tentu saja kita manusia. Memangnya kamu robot yang diciptakan manusia mana ada. Lalu temanmu itu siapa Nak?” tanya Mbok Emban masih menggendong Dimas ke arah rumahnya.

“Temanku bilang katanya namanya sering dipanggil sama orang-orang genderuwo dan dia bukan manusia Nek,” seketika jawaban Dimas membuat Mbok Emban tercengang dan cemas. Lekas-lekas Mbok Emban mempercepat langkahnya sampai masuk ke dalam rumah. Lalu menidurkan Dimas di tempat tidurnya.

“Nek pundak Dimas sakit lagi,” ucap Dimas kembali merengek saat kembali pundak kirinya sakit. Mbok Emban kembali memeriksa pundak Dimas dan kembali Mbok Emban mendapati pahatan bertulis CN 0 di sana yang tengah menyala merah.

“Sudah-sudah sini Nenek temani tidur biar besok Nenek kasih salep agar tidak sakit lagi ya,” ucap Mbok Emban menyelimuti Dimas dan ikut berbaring di sampingnya.

Terpopuler

Comments

Andra Djatmika

Andra Djatmika

hem bau bau musuh baru ini

2022-12-03

0

Bayu Arnan

Bayu Arnan

ketagihan woi aku ketagihan 🤣

2022-11-29

0

💯Fhashyafira✅

💯Fhashyafira✅

Hai aku datang membawa like +paporit semangat🔛🔥

2022-11-28

1

lihat semua
Episodes
1 Malam merah
2 Gelembung aura hijau
3 Srikandi yang tersisa
4 Hanoman
5 Level 2 api kuning
6 Makhluk bersayap Paman Bayu
7 Vs pembantai Ayah
8 Biyangkerok
9 Lurah Dava dan Golok Sakti Emas
10 Jeritan Sakaratul Halilintar
11 TOH Level Up
12 Manusia buatan
13 Level 2
14 Labirin Sulton
15 Sisi Utara area gunung pegat
16 Bangsa pohon setan
17 Mumi di desa Badas
18 Seruni perbatasan barat
19 Badas perang dimulai
20 Teknik wadah tubuh (Teknik baru Wahyu)
21 Gugup adalah masalah
22 Abah, Umi dan alam bawah sadar Wahyu
23 Rencana gila DR. Dono
24 Mata hitam Wahyu
25 Yayu Yuwana Vs Yayu Yuwana (Dukun wanita Vs Sang Dewi pedang)
26 Liontin naga Bramasta
27 Namanya Nyi Kembang
28 Darah dua klan
29 Parit kematian
30 Kami hanya lapar
31 Clan Dewa-dewi
32 Pertapa tanpa nama hadir kembali
33 Mereka sedang dibantai
34 Divisi atas vs Siluman Kalong
35 Dua puluh
36 Pengorbanan formasi bulan sabit
37 Kena mental
38 Anak panah naga merah
39 Perang baru dimulai
40 Tiga pemuda Vs tiga bangsa
41 Teknik pengalihan Lurah Dava
42 Lurah Dava dan Ibu Sari sebenarnya mati
43 Wahyu Vs Wahyu
44 Padepokan Pekuburan
45 Nasib Seruni
46 Ambon sekarat
47 Elang dan Burung Elang
48 Pedang tanah berselimut petir
49 Alot
50 Vs Gorila Coklat
51 Kamu Nannya
52 Hal itu
53 Elegi selimut bunga-bunga
54 Firasat
55 Tolong jaga kota ini
56 Kisah cinta abadi Wahyu dan Sekar
57 Jasad para tetua
58 Kabar manusia buatan
59 Tiga tahun lalu
60 Selimut rasa asmara & kebangkitan Jerangkong
61 Melihat bencana
62 Diskusi ranjang bambu
63 Jatah pagi
64 Gerbang Iblis muncul
65 Pernyataan perang tersantai
66 Umi Putri berpulang
67 Napas terakhir Ibu Sari
68 Setan yang menang
69 Raja mumi
70 Kematian Haji Jaka
71 Pasukan Macan
72 Joko adalah Dokter Dono
73 Ludah peluru
74 Malam ini mati Pak Bupati
75 Lari malu, Maju kematian
76 Iblis anjing tiga kepala
77 Medan area kali Konto
78 Malam akhir era tua
79 Penyerangan terakhir
80 Raja Naga Sekinteng
81 Mereka sebenarnya Dewa
82 Robot yang menyerupai
83 Danau darah
84 Perkara bosan
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Malam merah
2
Gelembung aura hijau
3
Srikandi yang tersisa
4
Hanoman
5
Level 2 api kuning
6
Makhluk bersayap Paman Bayu
7
Vs pembantai Ayah
8
Biyangkerok
9
Lurah Dava dan Golok Sakti Emas
10
Jeritan Sakaratul Halilintar
11
TOH Level Up
12
Manusia buatan
13
Level 2
14
Labirin Sulton
15
Sisi Utara area gunung pegat
16
Bangsa pohon setan
17
Mumi di desa Badas
18
Seruni perbatasan barat
19
Badas perang dimulai
20
Teknik wadah tubuh (Teknik baru Wahyu)
21
Gugup adalah masalah
22
Abah, Umi dan alam bawah sadar Wahyu
23
Rencana gila DR. Dono
24
Mata hitam Wahyu
25
Yayu Yuwana Vs Yayu Yuwana (Dukun wanita Vs Sang Dewi pedang)
26
Liontin naga Bramasta
27
Namanya Nyi Kembang
28
Darah dua klan
29
Parit kematian
30
Kami hanya lapar
31
Clan Dewa-dewi
32
Pertapa tanpa nama hadir kembali
33
Mereka sedang dibantai
34
Divisi atas vs Siluman Kalong
35
Dua puluh
36
Pengorbanan formasi bulan sabit
37
Kena mental
38
Anak panah naga merah
39
Perang baru dimulai
40
Tiga pemuda Vs tiga bangsa
41
Teknik pengalihan Lurah Dava
42
Lurah Dava dan Ibu Sari sebenarnya mati
43
Wahyu Vs Wahyu
44
Padepokan Pekuburan
45
Nasib Seruni
46
Ambon sekarat
47
Elang dan Burung Elang
48
Pedang tanah berselimut petir
49
Alot
50
Vs Gorila Coklat
51
Kamu Nannya
52
Hal itu
53
Elegi selimut bunga-bunga
54
Firasat
55
Tolong jaga kota ini
56
Kisah cinta abadi Wahyu dan Sekar
57
Jasad para tetua
58
Kabar manusia buatan
59
Tiga tahun lalu
60
Selimut rasa asmara & kebangkitan Jerangkong
61
Melihat bencana
62
Diskusi ranjang bambu
63
Jatah pagi
64
Gerbang Iblis muncul
65
Pernyataan perang tersantai
66
Umi Putri berpulang
67
Napas terakhir Ibu Sari
68
Setan yang menang
69
Raja mumi
70
Kematian Haji Jaka
71
Pasukan Macan
72
Joko adalah Dokter Dono
73
Ludah peluru
74
Malam ini mati Pak Bupati
75
Lari malu, Maju kematian
76
Iblis anjing tiga kepala
77
Medan area kali Konto
78
Malam akhir era tua
79
Penyerangan terakhir
80
Raja Naga Sekinteng
81
Mereka sebenarnya Dewa
82
Robot yang menyerupai
83
Danau darah
84
Perkara bosan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!