TOH Level Up
Kang Dalang, "Assallamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Kali ini kelanjutan dari kisah kota Jombang dengan organisasi besar rahasia TOH. Dalam novel saya terdahulu yang sudah tamat kami melanjutkannya. Kali ini berjudul TOH Level Up. Sudut pandang kami fokuskan pada dua tokoh Wahyu dan Elang."
"Masih cerita tentang manusia melawan para setan. Jua masih bertaraf usia 18+ jadi bijaklah dalam membaca ya. Saya tekankan sekali lagi dari nama, tokoh, tempat serta semua hal yang ada dalam novel ini hanya karangan Kang Dalang semata bukan sebenarnya. Jadi nikmati saja jangan terlalu serius."
"Baiklah mari membaca bersamaku, tuangkan kopi hitam kalian dan mulailah membayangkan kalian adalah salah satu dari para pejuang yang ada di dalam novel TOH Level Up ini."
***
Argtz,
Suara itu menggema kembali pada malam bulan berdarah. Kengerian telah menyebar luas di seluruh pelosok kota sudah. Menjeritlah si ibu menggendong anaknya yang tak bernapas. Menjeritlah si istri di tepi mayat lelaki yang ia sebut suami.
Malam ini adalah malam mencekam serta penuh ke tidak pastian kota Jombang. Akhirnya kota Jombang yang perkasa di antara lima kota runtuh juga. Tangisannya melebihi tangisan alam lain ketika menampakkan wujudnya.
Bahkan bulan besar pas di tengah malam tengah kota Jombang. Seakan mewakili kemuraman durjana seisi kota. Bahkan mungkin malam ini kota Jombang telah mati. Benar kota Jombang telah mati.
Tersisa hanya kepulan asap yang membumbung tinggi dan reruntuhan dan arang bekas atap terbakar. Bau anyir darah seakan menyeruak sejurus dengan genangan tiap sudut yang berwarna merah.
“Hahaha, kita menang, kita menang manusia kalah dan kita pesta besar. Banyak makanan daging manusia di depan kita. Hore, hore tuan kita menang,” beberapa setan buruk rupa datang lalu membawa beberapa mayat lalu pergi kembali.
Kota Jombang dan lima kota sekitar yang dahulu adalah pusat peradaban pesilat gaib nan tangguh. Malam ini dihancurkan sehancur-hancurnya sudah.
Ada bayangan dengan harum aroma manusia terus melompat dari gedung- ke gedung. Dia adalah Wahyu Satria, anak dari sang petinggi utama Haji Jaka. Anak dari pemimpin tangguh silat gaib satu kota Jombang yang pada akhirnya gugur jua.
“Allahuakbar kenapa bisa jadi begini, Ya Allah kotaku telah dikalahkan. Ayah, Ayah! Dimanah kau Ayah?” Wahyu berdiri di salah satu atap rumah yang masih belum hancur seutuhnya. Walau bangunan rumah di bawahnya telah roboh.
Lalu kembali melesat sambil melompat terus menerus menuju desa tempat tinggalnya. Wahyu tiada tahu menahu akan kehancuran kota asalnya. Sebab ia tengah terus menimba ilmu dari guru satu kota-ke kota lainnya.
Sementara Wahyu terus menuju desa tempat kelahirannya. Ada satu pemuda yang terus berjuang menghadapi sang raja setan. Walau pemuda tersebut sudah sangat kepayahan dan mungkin saja energinya sudah hampir habis.
Tetapi ia terus berjuang, karena hanya dia satu-satunya petarung kota Jombang yang tersisa. Dialah Elang putra dari Pak kepala desa Mbanjar Dowo Dava dan Nyonya Sari. Orang tua Elang jua sudah gugur setahun yang lalu.
Bahkan di sekitarnya malam ini banyak sudah anggota organisasi rahasia TOH yang gugur. Mayat-mayat para pejuang kota Jombang kini berserakan.
“Elang Adikku sudahlah menyerahlah dan terima saja kematianmu. Seperti kematian Ayah dan Ibu kita setahun yang lalu. Bukankah nama kalian akan dikenang sebagai pahlawan kota Jombang. Tapi sayang kalian mati dengan cara mengenaskan. Terbantai dan tak berdaya, dasar manusia,” ucap bayi setan dan begitulah julukan setan kerdil sakti lawan Elang kali ini.
Sekedar mengingatkan kembali si bayi setan adalah anak dari Pak Kepala desa Dava dan Nyonya Sari. Dahulu pernah Nyonya Sari di paksa melayani nafsu bejat sesosok raja setan dan lahirlah sosok bayi setan.
Kemampuannya sungguh begitu sakti di atas rata-rata para petarung kota Jombang. Bahkan petarung utama dan nomor satu sekaligus pemimpin golongan tua Haji Jaka. Kalah terpenggal oleh si bayi setan padahal Haji Jaka masihlah Pamannya.
Elang sendiri lahir selang satu tahun dari kelahiran bayi setan. Saat Nyonya Sari sudah diperistri Pak Kepala desa Mbanjar Dowo Dava.
“Tjueh, tak sudi aku memiliki kakak sepertimu bayi setan. Bahkan seluruh kota Jombang, seluruh warganya. Tiada sudi mengakui kalau kau adalah salah satu dari mereka. Ingatlah setan dan manusia adalah berbeda,” ucap Elang masih menopang tubuhnya yang sudah semakin sempoyongan dengan sebilah pedang cahaya di tangannya.
“Mana-mana, mana ada warga kota Jombang yang hidup malam ini. Apa kau tidak melihat tumpukan mayat di sekitarmu itu adikku. Apa kau tak sadar mereka adalah kawan, rekanmu sesama anggota organisasi TOH yang dipuja-puja seluruh warga. Mereka semua sudah mati adikku mungkin sebelum terbit matahari. Mayat-mayat itu sudah habis di makan para prajuritku. Lihatlah adikku sayang, kami masih berjumlah ribuan dan akan terus bertambah, hahaha,” ucap bayi setan.
Terlihatlah ribuan bentuk dan rupa dan wujud setan di belakang bayi setan. Mereka para prajurit bayi setan lengkap dengan peralatan perangnya. Sedangkan Elang tinggallah sendirian saja tiada pasukan atau teman sesama pejuang kota Jombang di samping atau belakangnya.
Harapannya untuk sampai pada matahari terbit sangat tipis. Harapannya untuk hidup mungkin sudah memudar. Sejenak ia mendongakkan wajah ke atas langit. Melihat bulan besar di atas langit berwarna merah darah. Ada banyak bayangan setan berkelebatan di sana. Seakan mereka tengah berpesta pora dengan jamuan besar hidangan berupa daging manusia.
Dalam hati Elang berdoa, Ya Allah Tuhan kami. Apabila malam ini memang malam terakhir aku hidup. Maka lahirkanlah satu bayi lelakimu, entah dari rahim siapa. Entah dari sudut mana di kota ini. Atau apabila memang benar sudah tiada yang hidup di kota ini.
Tolong datangkanlah satu petarung hebat yang dapat membinasakan para setan di depanku. Agar kota ini bisa hidup lagi dari generasi-ke generasi. Wajah Elang sudah penuh kepasrahan total, pasrah akan ajal terakhirnya. Karena sungguh tidak mungkin melawan ribuan pasukan setan sendirian.
Bahkan tangan kanannya sudah terpotong dan ia memegang pedangnya dengan tangan kiri. Bahkan tubuhnya sudah penuh luka dan sayatan serta berlumuran darah jua.
“Sudahlah adik, aku sudah lelah memberimu kesempatan terakhir untuk menang. Kali ini aku sendiri yang akan menghabisimu. Aku sendiri yang akan mencabik-cabik serta memotong-motong tubuhmu. Sebab terlalu bahaya jikalau kau aku biarkan hidup. Mungkin suatu nanti akan terlahir pejuang tangguh sepertimu yang dapat mengalahkanku. Bersiaplah adikku sayang dan sampaikanlah pada Ayah dan Ibu di alam baka sana salamku,” ucap bayi setan.
Seketika sesaat setelah mengucapkan kalimat perpisahan pada Elang. Bayi setan mengubah bentuk tubuhnya menjadi level kekuatan terakhirnya. Tubuhnya yang semula berbentuk setan kerdil berubah seketika layaknya manusia serigala.
Kukunyah panjang dan tajam selayaknya pedang. Taringnya begitu panjang dan giginya begitu lancip. Dengan moncong mulut selayaknya serigala, tapi tetap bertubuh bentuk selayaknya manusia. Seperti halnya manusia serigala dalam cerita legenda. Begitulah sekiranya bentuk level terakhir bayi setan.
“Matilah kau Elang...!” teriakan bayi setang sang raja pemimpin ribuan setan. Berlari melesat menuju arah Elang yang tengah kelelahan.
Bagaikan serigala lapar bayi setan dalam level bentuk tahap akhirnya. Hendak mencabik-cabik Elang dengan cakarnya yang tajam. Bahkan ribuan pasukan setan mengikuti di belakangnya. Seakan mereka hendak mengeroyok elang yang hanya seorang diri.
Elang yang hanya bisa pasrah mengangkat pedang cahayanya sebisanya. Kekuatannya telah habis tersisa hanya kepasrahan akan keajaiban Sang Pencipta langit dan bumi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Andik Jana
sangat memukau bab pertama yang sungguh hebat
2023-01-18
0
Puan Harahap
Baru tau ada sambungannya, langsung like n masukkan Favorid dong ahbb....seruuuu
2023-01-10
1
mis FDR
cerita yang menarik
2023-01-08
1