Rangga yang menyaksikan semuanya itu dirinya memilih pergi daripada harus sakit yang sekian kalinya. Saat akan berbalik kakinya menabrak ember yang berisi air membuat Arsila menatap heran. Arsila bisa menebaknya bahwa lelaki tersebut adalah mantannya tanpa harus melihat wajahnya.
'Seperti mas Rangga tapi lagi ngapain? pake baju OB,' batinnya.
Arfa menatap kearah yang di lihat oleh Arsila.
"Kenapa kamu kenal?" tanya Arfa.
Arsila hanya tersenyum mengangguk dan berkata bahwa pria tersebut adalah mantannya, dirinya ingin selalu terbuka pada calon suaminya.
"Mantan aku, kenapa cemburu," jawabnya santai.
"Enggak biasa ajah." Ekspresi wajahnya terlihat jelas bahwa ia tidak suka melihat cara Arsila menatap mantan suami nya.
"Emm, jawabnya enggak tapi judes gitu, mirip cewek datang bulan." Goda Arsila dengan menaik turunkan alisnya.
"Kita kesini mau fitting baju pengantin, bukan untuk membahas mantan. Yang namanya mantan ibarat kata makan sayur nget ngetan. kurang enak." Arfa menarik lenganku dan menggandengnya begitu erat.
Etdah. Belum juga jadi istri si Arfa udah sok posesif banget. Kan. Arsila udah gak mau sama mantan.
"Fa, gak usah narik tangan aku sakit tau? belum juga jadi istri kamu sudah menunjukkan sifat aslimu." ucapnya dengan memalingkan wajahnya.
"Maaf." Arfa melepaskan tangannya dan menatap wajah Arsila penuh cinta.
"Aku lakuin ini semua karena takut kehilanganmu, bertahun-tahun aku menunggu momen ini. Jadi mengertilah, benar kata dilan menahan rindu itu berat." Arfa tersenyum memperlihatkan lesung pipinya.
Hah. Ini beneran si Arfa? bisa ngegombal juga tuh anak. Di gombalin kayak gini bikin hatiku menari heboh seakan-akan tak mau berhenti sosweat. Arsila tersenyum simpul.
"Peyuk," Arsila merentangkan kedua tangannya agar Arfa bisa memeluknya.
Bukannya di peluk Arfa malah menyentil hidung Arsila membuat Arsila menatap bingung.
'Ini cowok. Bukannya aku di peluk malah disentil.' batinnya.
"Kenapa, gak mau peluk aku," tanyanya.
"Kami mau aku peluk?" jawab Arfa.
Arsila mengangguk sambil tersenyum.
"Mau banget ya, ya udah kalau begitu kita perginya jangan kebutik."
"Lalu?" tanya Arsila bingung.
"Ke KUA. Biar kamu puas aku peluk dan minta lebih juga aku jabanin." jawab Arfa.
"Ih. Nyebelin banget." Rajuknya dengan manyun.
"Yah, ngambek. Bukannya kamu sendiri minta peluk, aku kasih solusinya malah judes."
Arfa masih betah menggoda calon istri nya, semakin merajuk semakin menggemaskan rasanya ingin cepetan nikah.
*
*
"Mas. Kerjaan kami sudah beres belum sih." sungutnya kesal karena ia perhatikan daritadi kalau suaminya melihat segitunya pada mantannya.
"Apaan sih. Kamu itu datang datang marah tak jelas. Kamu kesini mau apa?" ketus Rangga.
"Aku tuh, gak sengaja liat kamu, biasanya jam segini sudah beres, ini malah liatin mantan dekil."
"GENDIS!" Teriaknya dengan mata melotot seakan-akan ia akan memakan gendis hidup hidup.
"Apa! Mau pukul, nih pukul! Ingat Rangga kamu itu harus terima kalau cewek dekil itu sudah tak mengharapkan pria pecundang macam kamu." wajah gendis memerah karena menahan amarahnya.
semua orang yang berada di butik tersebut menatap heran kearah mereka. Termasuk Arfa dan Arsila.
"Siapa lagi itu cewek." Tunjuk Arfa pada gendis yang sedang marah marah tak jelas.
"Mana, yang itu?" Arfa mengangguk. "Itu istrinya," jawabnya acuh.
"Kok, bisa dia cerein kamu demi dia?"
"Memangnya kenapa Fa? Jangan kepo ah."
"Ya aneh aja gitu, cantikan kamu daripada dia? Tapi aku bersyukur dia nyereein kamu."
Arsila geleng-geleng kepala melihat kelakuan calon suaminya. Katanya prihatin terhadap dirinya, eh ujung-ujungnya malah bersyukur bisa dapetin dirinya.
"Hey, cewek kampungan. Jangan tebar pesona sama suami orang." Geramnya dengan menunjuk ke arah Arsila sontak para pengunjung melihat Arsila.
Arsila yang mendengarnya menjadi emosi Arfa tau kalau perasaan Arsila sedang tidak baik baik aja, ia berusaha menenangkannya namun Arsila tetap menatap kearah gendis, di kedua bola matanya terdapat kilatan cahaya yang memerah.
"Aku kesana dulu ya," ucapnya dengan berlalu keluar dan menghampiri kedua anak manusia yang sedang cekcok dan membawa bawa namanya, siapa yang mau dipermalukan di tempat umum.
"Kalau mau ribut di rumah aja, malu di sini pada diliatain banyak orang," terang Arsila.
Gendis yang mendengar suara Arsila semakin panas sedaritadi ia menahan emosi.
"Oh. Pantas saja kamu melihat dia segitunya? Ternyata mantan kamu cantik." sinisnya.
"Habisin berapa duit, buat oplas wajah kamu Narsih!" Hinanya dengan menepuk-nepuk pundak nya, Arsila menepis tangan gendis dengan kasar.
"Dengar! Anda tidak budeg kan? Masih normal, jangan asal sebut nama, karena nama aku Arsila bukan Narsih! Paham!" Dengan geram Arsila menunjuk wajah gendis.
Gendis menepis telunjuknya sehingga ia tubuhnya memutar.
Prok, prok. Gendis bertepuk tangan.
"Semua yang ada disini, liatlah wanita ini! Dia adalah mantan suami saya, tapi dia selalu menggodanya dia ingin merebutnya kembali, dasar wanita tak tau malu, atau! Urat malunya putus." Semua orang yang ada disitu menyorakinya dengan senyum mengejek.
Arsila yang mendengarnya menjadi emosi tingkat tinggi ia tak tahan dikatakan sebagai pelakor padahal pelakor adalah dirinya sendiri.
"Tuh kan, benar. Dia pelakor!" Ucap seorang wanita berpenampilan nyentrik.
"Cantik cantik kok, pelakor."
"Jelas dia cantik, lah istrinya jelek gitu."
Sebagian besar orang orang di butik membela Arsila ada juga yang nyiyir.
"Narsih! Ngapain elo disini. Mau incar lagi Mas Rangga heh!" bentaknya.
Plakk.
Arsila menampar pipi gembilnya gendis, membuat gendis melotot tajam.
"Brengs*k, elo berani tampar gue." Gendis tak terima ditampar oleh Arsila jatuh sudah harga diri seorang gendis.
"Nama gue Arsila bukan Narsih! Camkan itu! Kalau pipi kanan elo gak mau jadi sasarannya lagi." Arsila mengelus pipi gendis dengan kasar.
Arfa yang melihat itu ia langsung menghampiri Arsila.
"Sayang, kita pulang ya', gak ada guna ladenin orang yang sudah gak wa ras." Arfa merangkul pundak Arsila dan pergi meninggalkan gendis yang terkejut saat Arfa memanggil Arsila dengan sebutan sayang. Ia tak percaya yang ia lihat dan ia dengar.
"M-mas Arfa?" serunya membuat Arfa menolehkan kepalanya ke belakang seraya tersenyum sinis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments