Kedatangan Sari

Dua hari kemudian Arfa datang bersama anak-anak nya, ada rasa nyesek di hati, kenapa di saat hati ini ingin memulai membuka hati untuk seseorang, mungkin ini yang namanya karma, karena dulu aku menolaknya dengan alasan yang tak masuk akal.

'Arfa, Arfa sebegitu bencinya kamu sama aku? Aku akan menjawabnya dengan yakin, karena Allah sudah memberi petunjuknya padaku karena semalam aku shalat istikharah," mantapnya yakin.

"Bu." Bapaknya Arsila mencari keberadaan istrinya.

"Ibu di sini Pak, ada apa cari ibu," jawab ibu Arsila dari arah dapur beliau sedang menyiapkan makanan untuk menyambut kedatangan calon mantu.

"Anakmu itu loh, semenjak kemarin dia banyak melamun, kira kira ibu tau nggak dia kenapa?" Tanya Pak Warno suaminya.

Bukannya di jawab Bu Nirmala hanya tersenyum, membuat suaminya mengeryitkan keningnya.

"Di tanya malah senyum Bu, ada apa?"

Bu Nirmala berjalan mendekati suaminya lalu ia berbisik membuat pak Warno terkekeh.

"Oalah." Kekehnya dengan manggut-manggut.

"Kalian berdua ngerjain anaknya, kasian loh Arsila di gituin, kalau kata anak jaman sekarang mah namanya prengki."

" Bukan prengki Pak, tapi perang." Jawabnya dengan senyum.

"Prank, Bukde?" Jawab Sari keponakan pak Warno yang datang untuk mendampingi Arsila.

"Iya itu, maksud Bukde," kekehnya.

"Di mana kak Arsila," tanyanya dengan celingukan.

"Di kamar." Kompak mereka.

"Sari ke kamar dulu ya, Bukde, Pakde." Pamit Sari menuju kamar.

Keduanya mengangguk.

"Cieee calon manten, baru jam berapa udah salah tingkah mirip setrikaan. Santai aja kale!" Ledek Sari.

Plakk.

Arsila mengeplak lenganku Sari dengan melotot membuat Sari bergidik ngeri menatap wajah sangar Ardila.

"Dasar sepupu gendeng." Sungutnya kesal.

"Kak, ini lamaran yang kedua, ayolah jangan gugup gitu," lagi lagi Sari menggodanya dengan senyum khasnya.

"Kakak tau pe ak. Ini beda ceritanya dengan kenyataan." Arsila mendelikan matanya.

"Maksudnya?"

"Si Arfa nikahin aku karena dendam sama aku tau, gara gara dulu cintanya Kakak tolak."

"Dan sekarang kakak cinta sama dia?" Tanya Sari memastikan bahwa kakak sepupu nya memang jatuh cinta pada Arfa.

Arsila mengganguk, sesekali menatap ke luar jendela.

"Nah! Kakak kena karma!" Ceplosnya.

"Terus gue harus ngapain markonah? Elo datang ke sini buat hibur gue, ngasih pendapat gitu bukan mojokin gue?" Kesal Arsila.

"Hehehe, maaf. Itukan derita Elo Ferguso," ceplosnya dasar sepupu gendeng buat apa datang hanya untuk memperkeruh keadaan.

Karena jengekel Arsila mengkruwes mulutnya hingga Sari menepis tangan Arsila.

"Ih. Kakak. Jahat, main kruwes mulut seksinya akoh." Ucap sari tak terima.

"Bibir nduwer di bilang seksi. Ada juga geli." Sari yang mendengar ejekan kakaknya hanya memanyunkan bibirnya.

Kini giliran Sari yang di bully Arsila. Ia merasa senang sudah membalas ejekan sepupunya itu.

"Bukde. Ponakanmu di bully, tolong?" Serunya.

"Lebay, oncom."

"Ih. Kakak, namaku cantik kayak orangnya malah asal nyebut nama pamali tau, ucapan itu adalah doa." Sungutnya berapi api.

Arsila keluar dari kamar membiarkan sepupunya yang misuh misuh.

*

*

"Papa, kita jadikan kerumahnya Mama?" Tanya Ray yang di anggukan oleh kedua adiknya.

"Jadi dong, kayaknya kalian semua sudah gak sabar pengen ketemu Mama," jawabnya dengan mengusap kepala Ray.

"Kita rindu pelukan Mama, Pah. Biarpun Mama Kw kita mirip Mama Rubi, tapi kami sayang pa," timpal Rio.

Arfa hanya tersenyum melihat ketiga anaknya begitu sumringah.

"Arsila maafkan saya yang sudah berkata keterlaluan waktu itu, saya hanya ngerjain kamu saja. Sebenarnya saya masih mencintai kamu dari dulu sampai sekarang biarpun dulu kamu menolak mentah-mentah cintaku." Batinnya.

"Papa, kenapa senyum senyum sendiri, cepetan kita kerumah Mama, aku ingin bobok sama Mama dan di pelukannya." Celetuk Riko.

"Memangnya kamu aja yang mau di peluk Mama, kita juga mau iyakan Ray." Sahut Rio berkacak pinggang dengan tatapan horor.

"Iya." Ray menatap tajam kearah adik bungsunya.

"Ya, sudah kita boboknya berempat," sahutnya Rio kesal.

"Pak Arfa, mobilnya sudah siap." Akbar memberitahu bahwa semuanya sudah siap dan lengkap beserta barang yang akan dibawanya.

"Ray, Rio, Riko, ayok berangkat." Ajaknya membuat ketiga anaknya kegirangan dan berlari menuju mobil.

"Jangan rebutan masuknya, nanti jatuh." Arfa menasehati anaknya.

"Iya, Pah." Jawabnya serempak.

Akbar melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ketiga anaknya bersiul gembira.

"Papa bahagia melihat kalian semua bahagia dengan tertawa lepas seperti sekarang ini." Arfa terharu melihat keceriaan mereka. Semenjak Rubi meninggalkan dunia tuk selamanya ketiga anaknya tak ada keceriaan di wajahnya hanya ada kesedihan yang mendalam bagi mereka.

"Arsila semoga kamu menjadi ibu dari anak-anakku yang menyayangi sepenuh hatimu," lirihnya membuat Akbar tersenyum.

"Ngapain senyum senyum," tanya Arfa.

"Gak Pak, saya senyum karena bahagia." Jelasnya.

Menempuh perjalanan yang lumayan akhirnya sampai juga di rumah Arsila.

Akbar memarkirkan mobilnya di depan rumahnya Arsila. Tiga R langsung saja keluar dan berlari masuk kedalam karena pintu terbuka.

"Mama!" Teriaknya dengan menubruk tubuh Arsila yang baru turun dari tangga.

"Hey, hati hati, nanti jatuh?" Jawabku sambil berjongkok tuk menyejajarkan tubuhku dengan mereka.

"Mama cantik deh, pasti papa-"

Ucapannya terhenti saat Arfa berdehem ketiga anaknya hanya tersenyum menggoda sang papa. Arsila mengangkat wajahnya dan menatap lelaki di depannya yang akan memintanya menjadi istri, bukan tepatnya sih hanya ibu sambung untuk anaknya saja, itu menurut Arsila, dirinya tak tau yang sebenarnya kalau dirinya dikerjai.

Bapak menyuruh kami duduk di ruang tamu. Kami semua duduk melingkari meja

Posisi duduk ku berhadapan dengan Arfa.

Aku lupa tuk memompa jantungku agar tak kehabisan nafas semakin ingin ku palingkan wajah ini agar tak menatap ketampanan seorang Arfa yang sekarang ini yang jauh lebih gagah. Namun mata ini enggan berpaling darinya.

"Bagaimana keputusan nak Arfa berubah atau terus maju?" Tanya bapak.

Arfa menatap ibu lalu ia tersenyum. Ibu pun membalasnya, sedangkan sari menyikut lenganku dan berbisik.

"Cius, mau ditolak, sayang loh ganteng, kalau gak mau buat aku aja." Ejek Sari.

"Sttt. Diam!" Bisikku dengan mencubit perutnya.

"Aww!" Pekiknya membuat ibu bapak Arfa menatap ke arah kami.

"Ada kecoa Bukde," kata Sari dengan senyum masam.

"Kecoaknya reseh." Judes ku.

Arfa menatapku dengan pandangan yang sulit aku tebak terlihat jelas sorot matanya yang penuh misteri.

"Nak Arfa, apa benar nak Arfa datang ke sini mau melamar anak saya yang bernama Arsila Darwanti, bersetatus janda? Apakah nak Arfa benar benar cinta dan tulus menyayangi nya?"

Hening tak ada jawaban darinya.

Aku yang salah tingkah kedua tanganku berkeringat dingin menanti jawabnya.

'Fa, cepetan jawab dong. Jangan bikin kesel aku,' Raung batinnya.

Karena tak ada jawaban gak salah dong bila aku yang mewakilinya.

"Pak, Arfa kesini bukan untuk melamar aku sebagai istri, tapi meminta aku jadi mama untuk mereka," aku menunjuk ke arah tiga bocah yang tersenyum padaku.

Si Arfa bengong kayak sapi ompong, garuk garuk kepala kayak banyak kutu aja.

"Benar begitu?" Tanya bapak lagi.

"Jawaban Arsila salah semuanya Pak. Saya kesini memang mau melamar anak Bapak dan memintanya untuk menyayangi, mencintai saya dan anak-anak saya." Jawabnya mantap.

"Untuk apa aku mencintaimu kalau kamu sendiri gak cinta dengan ku." Sekak Arsila.

"Kata siapa saya gak cinta, saya mencintai kamu sedari dulu. Kamulah cinta pertama saya, dan yang terakhir? Maukah kamu menjadi saya?" Mohonnya dengan menggenggam erat tangan ku.

Saat tangan Arfa menggenggamnya dan mengatakan bahwa dirinya benar benar mencintai ku, membuat hati ini jungkir balik ribuan kupu kupu menari nari diperutku.

Ah. Ternyata cintaku gak bertepuk sebelah tangan, cintaku bersambut.

Terpopuler

Comments

Endang Werdiningsih

Endang Werdiningsih

kata'a ga boleh nikah sama orang kaya,,,, nah itu si arfa jg kaya...

2023-02-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!