Lima bulan sudah aku bekerja di pabrik kerupuk milik Mas Arifin, kini aku naik jabatan menjadi sekretaris pribadinya awal mulanya aku canggung sempat berpikir untuk mengundurkan diri, akan tetapi mendengar kata kata teman kerjaku semua mengingatkan aku agar tidak mengundurkan diri aku harus menjadi wanita hebat agar tak di hina dan direndahkan oleh suami sendiri.
"Ar, kamu harus merubah tampilan sebenarnya kamu itu cantik lho. Kalah sama selingkuhan Rangga." Sari menasehati ku. Usulnya oke juga, tekadku bulat untuk memberi pelajaran sedikit untuk mas Rangga sebelum cerai. Dan, rupa rupanya kabar perselingkuhan Mas Rangga semua karyawan di sini tau semua termasuk Mas Aripin.
Aku Arsila Darwanti masa bodo dengan semuanya itu, aku berusaha untuk cuek, walau hati ini masih ada cinta untuknya hanya sedikit mungkin lambat laun cinta itu akan hilang sendiri.
Sudah tiga bulan terakhir ini Mas Rangga tak pulang alasannya kerja di kota entah benar atau tidak hanya ibu dan anak yang tau, aku duduk di teras rumah milik mertuaku tiba tiba Bu Wiwik datang tergopoh-gopoh menghampiri ku dengan napas terengah-engah.
"Ada apa Bu Wiwik, di kejar setoran apa setan," candaku padanya karena aku dan beliau suka bercanda.
"Bukan Nduk, bukan dikejar setoran tapi dikejar sesuatu yang bikin kamu glempar glempar kayak ikan nyungsep yang kehabisan nafas," ujarnya sambil duduk di sampingku dan tak lupa itu tangannya ngutil jus mangga yang aku buat.
Hadeehh, kebiasaan kalau Bu Wiwik dapet gosip hot langsung mengabari ku tanpa nanti nanti ia bisa aku andalkan untuk mencari informasi tentang keluarga benalu ya, memang cocok disebut benalu.
"Tarik rambut, maksudnya tarik nafas baru ngomong ada apa?"
Aku mendapat delikan darinya membuat aku nyengir lebar.
Bu Wiwik berdehem dengan membenarkan dasternya ia mulai bicara.
"Nduk, sudah tau belom, tentang pernikahan Rangga sama gendis." Tanyanya dengan nada sedih.
Aku hanya menggeleng cepat. "Gak tau Bu? Bu Wiwik kata siapa, lagian Mas Rangga kerja di kota," ujarku dengan senyum terpaksa bagaimana pun aku masih istrinya yang sah. Benar benar aku tak dianggapnya.
"Jelas saya tau wong cctv nya bisa jalan ada dimana-mana lagi," kekehnya.
"Kapan."
Hanya kata kapan yang mampu aku ucapkan.
"Dua hari lagi, terus mau gimana kelanjutannya?" Tanyanya membuat diri ini menatap bingung.
"Maksudnya?"
"Kasih pelajaran lah, apa di hajar tuh, si pelakor Jambak Jambak rambut nya dan hajar tuh wajah si Rangga." Bu Wiwik menjadi kompor meleduk.
"No, no, itumah kampungan banget. Harus di balas dengan cantik."
"Ngomong yang jelas ngapa, jangan berbelok-belok kayak puncak aja." Kesalnya.
'Idih, aku yang di khianati kok, Bu Wiwik yang naik panggung' batinku kesal juga liat dia mengompori aku terus sedaritadi.
"Saya akan datang tuk menghadirinya sekaligus aku akan membuat mata Mas Rangga tertuju pada ku dan akan kubuat kedua bola matanya cantengan biar gak bisa berkedip lagi."
"Kamu mau dandan jadi badut gitu. Gak bermutu! Coba cari cara lain misal kamu bawakan air keras terus kamu siramkan pada keduanya atau kamu porak porandakan acaranya."
"Tenang aja Bu, liat ntar, emang acaranya dimana?" Tanyaku tuk memastikannya.
"Berangkatnya bareng saya aja." Usul Bu Wiwik.
"Saya berangkat sendiri nanti kita ketemuan di sana, katakan aja dimana alamatnya?"
Bu Wiwik membisikan nya.
"Oke. Sampai di ketemu disana."
Setelah Bu Wiwik pulang aku merenung sejenak untuk memikirkan langkah apa yang akan aku ambil haruskah mendengarkan nasehat Bu Wiwik yang menyarankan aku memporak-porandakan acaranya Mas Rangga tapi cara itu yang akan merusak reputasi sebagai wanita terhormat. Terbesit ide gila yang mendadak muncul di kepala membuatku menyunggingkan senyuman licik. Toh. Selama ini mas Rangga tak tau tentang aku.
Fix. Permainan pertamaku akan segera aku mulai. Apa mas Rangga akan mengenali aku sebagai istri atau pangling.
Tring.
Tring.
Pesan singkat masuk kedalam hp jadul ku.
"Arsila, kamu gak ke pabrik?"~ Mas Arifin.
"Lagi otw." Singkat ku.
"Ku tunggu titel jandamu." Emoticon senyum.
"Gak mau ah, ntar aku di jadiin mesin perontok duit sama kamu," emoticon kecewa.
"Duit ku banyak. Gak bakalan kamu aku jadikan babu malah akan aku jadikan ratu."
"Siapa tau duit mu kurang banyak."
"Aduh Buyung? Kok, mirip orang pacaran saja, udah ah. Jangan banyak sms-an cepetan masuk kantor ntar telat, emang kamu mau gajinya aku potong."
"Gak mau, kalau potong kue apa ayam aku mau," balas ku dengan senyum senyum sendiri benar kata Mas Arifin mirip orang pacaran.
"Cepetan masuk kantor!"
"Jangan di bales lagi."
"Jangan ngedumel nanti cantiknya hilang. Hati hati di jalan jangan sampai rambutnya berantakan. Jadilah helo Kitty."
Mas Arifin nyuruh aku agar tidak membalas SMS-nya tapi dia sendiri terus saja mengirimi aku pesan.
"Di tunggu bos di ruangannya," ucap Lastri yang ku anggukan kepala.
"Kayaknya ada yang beda dari biasanya, angin apa yang membawa kamu harus begini?"
"Angin dari kutub Utara, puas."
"Cieee, ngambek."
"Kagak!"
Ku tinggalkan Lastri yang sedang berkicau mengejekku. Dan berjalan menuju ruangan Mas Arifin ku ketuk pintu dengan kasar membuat penghuni ruangan membukakan pintu.
"Masuk. Ngapain kamu gedor pintu kayak gitu, gak sopan." Hardiknya.
"Lagi kepengen makan orang." Sarkasnya membuat Arifin terkekeh.
"Coba ceritakan sama Mas siapa tau bisa bantu."
Ku ceritakan semuanya dari awal sampai akhir sampe pegel nih bibir mungkin sudah dwer panjang lima centi.
Mas Arifin tersenyum dan membisikan sesuatu ditelinga. Emm, idenya bagus juga mungkin dengan datangnya aku bersama mas Arifin apakah Mas Rangga akan cemburu? Idenya mas Arifin bikin jantungku salto remix.
'Semoga aja mas Rangga dan Mama mertua kejang kejang melihat aku mendadak cantik dan pintar, tunggu tanggal mainnya,' batinku dengan menyunggingkan senyuman.
Ah. Ngak dosa kali? kalau aku kasih pelajaran sedikit sama suami dan mertua, andaikan mereka tidak memulai duluan aku gak akan begini. Aku akan buktikan bahwa aku wanita hebat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments