Hati Arsila berbunga bunga, senyum manis selalu menghiasi wajah cantiknya sari yang melihat kakak sepupu nya yang senyum-senyum sendiri sari pun berniat untuk mengerjai nya.
"Tadi ada yang misuh misuh gak jelas! Loh, Mas," cicitnya.
"Siapa?" Jawab Arfa.
"Tuh." Tunjuk Sari dengan senyum puppy eyes nya.
"Kamu nuduh aku gitu," sewot Arsila.
Hanya cengiran yang di perlihatkan oleh Sari membuat Arsila geram.
"Memangnya kenapa Arsila misuh misuh?" Tanya Arfa.
"Si Sari jangan di percaya Fa, dia tukang boong." Arsila menatap tajam kearah Sari.
Pak Warno dan Bu Nirmala hanya terkekeh mendengar keributan kecil dari anak dan keponakannya.
"Udah Sar, jangan diledekin terus kakaknya. Kasian sampe wajah kakak kamu merah mirip kepiting rebus." Bu Nirmala ikut ikutan menggoda anaknya.
"Ibu juga sama kayak Sari sukanya meledek." Bapak tersenyum simpul melihat orang-orang yang ia sayangi saling menggoda anaknya.
"Papa! Kita pinjam Mama Kw nya sebentar saja," Ray menghampiri Arfa tuk meminjamkan Arsila entah mereka mau mengajak Arsila kemana.
"Hey, anak kecil. Aku bukan barang yang harus dipinjam sana sini, dan satu lagi jangan panggil aku Mama Kw aku gak suka." Kesal Arsila setiap mereka memanggil namanya membuat kupingnya gatal.
"Bukankah Mama, sebentar lagi akan menjadi Mama kami?" Celetuk Riko.
"Iya. Tapi jangan panggil aku Mama Kw, cukup Mama saja okey," pinta Arsila.
"Oke." Timpal Rio dengan menjentikkan jarinya membuat kami semua tertawa.
"Bolehkan Pa," renggeknya dengan wajah imut dan menggemaskan.
"Izin dulu sama Nenek Kakek dan Unty Sari." Arfa mengajarkan kepada anak-anak nya agar bersikap sopan santun pada yang lebih tua.
"Nek, Kek, dan Unty kita pinjam Mama dulu sebentar," kompak mereka.
"Boleh?" Semuanya menjawab serempak.
Arsila digeret oleh Ray dan Riko sedangkan yang bontot hanya pasrah dan mengekor.
Sampai di teras Arsila menghentikan langkahnya dan bertanya pada calon anaknya.
"Kalian ngajak Mama kemana?" Tanya Arsila lembut aura keibuannya keluar membuat mereka betah, beda dengan wanita lain yang sering di kenalkan Arfa pada mereka pasti semuanya menolaknya dengan alasan tidak baik. Beda ceritanya dengan Arsila, melihatnya sekilas saja membuat
Mereka ingin menjadikan Arsila sebagai mamanya.
"Kita mau bernego, tentang kalian," cicit Ray dengan tangan dilipat diatas perut.
"Bernego?" Tanyanya. Yang di anggukan oleh Ray. "Soal apa," ulang Arsila lagi.
"Setelah kalian nikah, Mama harus tidur bersama kita gak boleh tidur sama papa, aku gak mau." Cerocosnya.
"Emm, gimana ya," pura pura bingung.
"Please!" Renggeknya manja membuat Arsila mengganguk.
"Yey, yey...kita punya Mama, kita harus mengumumkannya agar kita tak di bully lagi sama teman-teman." Hebohnya aku hanya tersenyum andaikan mereka anak kandungku sendiri pasti bahagia.
Nanti kalau aku jadi nikah sama Arfa kira kira mau nggak ya' kalau nambah Beby lagi? Aku juga pengen banget punya anak dari lelaki yang aku cintai? Maunya sih kembar tiga cowok satu ceweknya dua. Jadi dirumah rame banget.
"Mama, aku mau bobok?" Ucap Rio.
"Mau bobok," jawab Arsila.
Rio mengganguk sepertinya anak itu memang ngantuk terlihat kedua bola matanya sayup.
"Bobok di dalam ya," pinta Arsila yang menuntun Rio namun tangan Arsila di tahannya.
"Kenapa?" Tanya Arsila.
"Boboknya di sini, Rio maunya Bobok di pangkuan Mama," pintanya sambil menuntun Arsila agar duduk di bangku teras.
Arsila duduk dengan kaki berselonjor akhirnya Rio tidur pulas dalam pangkuan Arsila dibelainya wajah yang imut. Ia dongengkan cerita dongeng si kancil dan buaya yang di dongengkan siapa yang mendengkur siapa.
'Hah, Ray sama Riko ikutan tidur juga,' ucapnya dalam hati, ia lihat Ray dan Riko tertidur di lantai karena mendengar dongeng kancil dan buaya padahal mereka sedang bermain robot robotan yang mereka bawa.
Rio yang tertidur di pangkuannya lama lama kakinya kesemutan juga, mau dipindahkan ke dalam gak mungkin karena badan Rio gempal pasti berat.
"Si Arfa gak keluar keluar, mana kebas kakiku, kasian juga Ray dan Riko harus tidur di lantai kan dingin." Lirihnya.
"Si Akbar juga kemana lagi."
Sari berpamitan pada Bukde dan pakde nya, tuk keluar sampai di depan pintu ia terkejut melihat Arsila yang meringis menahan beban di atas pangkuan nya.
"Wow. Cepat sekali akrabnya?" Ejeknya yang melihat Rio tidur begitu pulasnya. Kini matanya mencari dua mahluk yang menggemaskan tak ada di dekat Arsila.
"Duo R, kemana gak kelihatan."
"Tuh. Ketiduran di lantai, kayaknya terhipnotis oleh ku."
"Aura keibuannya keluar juga. sebelumya misuh misuh takut cintanya bertepuk sebelah tangan, eh. Giliran di terima oleh mas Arfa wajahnya langsung sumringah, ajaib banget ya tu muka, tadinya murung kayak ayam kena flu burung sekarang udah bahagia banget." ledeknya dengan mencebikan bibirnya.
"Cinta siapa yang bertepuk sebelah tangan?" sahut Arfa dari dalam.
"Cintanya Markonah yang di tolak sama bang Ipul," judes Arsila.
"Ih. Kok Aku?" tak terima bilabia dijadikan kambing hitam oleh Arsila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments