Menjadi Tamu Undangan Pernikahan Suami

Aku dan Mas Aripin janjian di salon langganan aku, tak lama hp jadul ku berdering menandakan bahwa pesan singkat masuk.

[ Arsila, gaji kamu itu gede, masak beli HP Android gak kebeli? Mau kamu bawa kemana, tuh, duit.] Itu isi pesannya.

Aku hanya menggeleng dan senyum seakan-akan mas Aripin ada di depanku.

"Buat suami tak tau diri," balasku dengan cekikikan sendiri.

"Udah ah, kalau berurusan sama wanita itu urusannya ribet mau menang sendiri. Sekarang aku jemput kamu oke," balasnya lagi.

"Oke."

"Mbaknya cantik buanget. Nanti yang liat pada cantengan tu, mata." Celetuk mbak salon.

Aku hanya melempar senyum manis.

"Ah. Mbak bisa aja."

Memang benar wajahku semakin cantik, halo? Kemarin-kemarin aku kemana? Baru keliatan rupanya aku cantik cetar membahana mirip inces, kekehku dalam hati.

Jangankan orang orang yang akan terkesima melihat kecantikan ku aku sendiri sampai tak berkedip menatap aku yang bercermin.

'Mata Mas Rangga buta kali ya, cantikan aku daripada gendis.'

Aku berputar-putar di cermin dengan mengenakan dress panjang menjuntai ke bawah tanpa lengan dengan belahan di kaki sampai ke atas pa ha.

Ferpek.

Sangking asyiknya melihat penampilan ku, tak ku sadari Mas Aripin menatapku dengan senyuman bahagia.

"Eh, Mas Aripin, sejak kapan di situ?" Tanyaku gugup.

"Semenjak kamu berputar putar di cermin."

Ah. Jadi malu.

"Ayok, berangkat ntar terlambat," ucapnya dengan mengapit tanganku.

Aku hanya mengangguk nurut dengan perintahnya. Aku di perlakukan seperti ratu Mas Aripin membukakan pintu mobil untukku.

Ah. Andaikan Mas Aripin itu Mas Rangga pasti aku bahagia, sayangnya dia bukan Mas Rangga.

"Santai aja liatnya, aku memang tampan sedari dalam perut," sombongnya.

"Enggak ah, biasa aja," judes ku dengan mencebikan bibirku.

"Ihh, gemesin banget sih, kalau aja kamu sudah bertitel janda udah aku bungkam bibir seksi kamu," kekehnya dengan senyum penuh pesona.

'Ni orang nyumpahin aku jadi jendes,' kesalku sumpah banget emang aku mau melepaskan lelaki pecundang macam Mas Rangga. Emm, kalau aku jadi janda apa aku mau sama dengan nya? Atau nyari yang lebih cucok meong, ah kenapa aku berpikir sepicik itu?

"Mas, kapan jalannya?" Ucapku tuk memecahkan keheningan yang terjadi di dalam mobil ada ketegangan level 10 gerah beasti.

"Siap tuan Puteri Arsila?" Kekehnya dengan hormat padaku.

Lebay.

Menempuh perjalanan yang lumayan, akhirnya sampai juga, disana aku lihat Bu Wiwik sudah standby di parkiran dengan dandanan ala adat Jawa. Mas Arifin memarkirkan mobilnya dan keluar duluan dan ia memutari mobilnya untuk membukakan pintu mobil untukku.

"Silahkan turun Tuanku?"

Aku hanya tersenyum manis melihat kelakuan pria satu ini.

"Ehem." Bu Wiwik berdehem dengan keras membuat para tamu undangan lainnya menatapku.

"Eh, Bu Wiwik, udah lama," sapaku.

"Udah. Cemceman baru, oke juga pinter kamu itu Nduk, sama yang ini ibu setuju lah, daripada dia," tunjuk Bu Wiwik pada mempelai pria yang tak lain adalah Mas Rangga suamiku sendiri yang sekarang ini bersanding menjadi raja sehari dengan wanita yang ia cintai. Hanya senyuman hambar yang terukir di bibir ini.

Ada rasa cemburu, kesal dan kecewa campur aduk. Haruskah aku hancurkan hari bahagianya? Dengan mengamuk menghancurkan semua nya? Atau aku berikan selamat padanya? Tak terasa kedua tanganku mengepal erat keringat dingin membasahi keningku. Ih, kampungan banget, kalau aku ngamuk-ngamuk di tempat ini sama saja mempermalukan diri sendiri. Membalasnya harus cantik dan elegan.

"Jangan lupa Nduk, kamu kesini bukan untuk menghancurkan pestanya melainkan mau memamerkan ke ayuanmu Nduk. Saatnya tebar pesona," cicitnya dengan senyum.

"Oke."

Aku dan Mas Aripin masuk kedalam disana terdapat mahluk mahluk halus berwujud manusia sedang melempar senyum pada tamu undangan yang hadir.

"Rasanya ingin aku kruwes mulut Bu Darmi mertuanya aku," judes ku.

Mas Arifin hanya tersenyum menahan tawa atas omelanku.

"Ar, ntar kamu jadi istriku jangan sampai ngomong seperti itu ya?" Ledeknya.

"Geer, siapa juga yang mau jadi istri kamu, kayak gak ada cowok lain aja." Ketusku.

Bisa bisanya bercanda dalam situasi seperti ini, aku hanya geleng-geleng kepala.

Kini giliran aku dan Mas Aripin tuk memberikan ucapan selamat.

"Awas lupa kadonya," Mas Arifin mengingatkan aku.

"Udah ini?" Jawabku sambil menunjukkan kotak berukuran sedang.

"Ini?" Tanyanya heran.

"Iya."

"Enteng banget."

"Sttt, jangan banyak drama, ayok kita berikan ucapan selamat kleyengan," ujarku.

"Kok, kleyengan?"

Ini bos, oon banget sih, tampang oke, pengusaha iya, masa gitu aja telmi, capek deh!

"Ya, kleyengan liat aku yang cantik gini, kan disini gak ada yang berpakaian seperti aku, gak liat semuanya pake kebaya," aku menunjuk pada gadis gadis yang memakai kebaya.

"Oh," ucapnya dengan membulatkan mulutnya.

Tinggal satu langkah lagi aku sampai di depan dekatnya, ku pasang senyum manis semanis bratawali ku lenggok lenggokkan tubuh ini. Ih. Macam pelakor saja aku ini, batinku cekikikan suer liat wajah Mas Rangga yang menatap wajah cantikmu tanpa kedip. Saat jabat tangan pun tak lupa aku memainkan jari telunjuk ke telapak tangannya seraya mengedipkan mata ku.

Entah ia terkejut padaku atau terpesona. Mulut menganga dan mata melotot mirip orang kesambet setan. Sebelum melepas jabatan tangannya aku membisikan sesuatu ditelinga Mas Rangga.

"Selamat ya Mas, ini kado buat kalian, semoga pernikahan kalian langgeng hingga perceraian yang memisahkan antara kalian," bisikku membuat dirinya tegang setengangnya.

Melotot deh, tuh, si pelakor liat aku yang sedang mengejeknya, emang enak.

Terpopuler

Comments

Lala Kusumah

Lala Kusumah

sumpah nih cerita kocak banget 😂😂😂😂

2022-11-13

1

Arie

Arie

😂😂😂😂😂😂👍👍👍👍👍👍👍👍👍

2022-11-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!