PERJALANAN HIDUP GADIS DESA
" Lis! Lisa! , teriakan ibu disertai ketukan di pintu kamar yang sedang saya tempati untuk istirahat.
Rumah saya memang sederhana dan termasuk kecil karena cuma ada ruang tamu yang kecil, dua kamar tidur, dan terakhir dapur yang juga berukuran kecil sekitar 4*5 meter. Kamar yang pertama itu kamar saya, kata ibu, kan kakak saya sudah pada berkeluarga jadi mereka tinggal di rumah masing-masing, sementara di sini saya tinggal bertiga dengan ibu dan bapak.
" TOK ! ,. TOK ! ,. Tok ! ,"
Kembali lagi suara pintu yang di ketuk ibu karena belum mendapat jawaban dari saya.
" Ya, bu, segera ku bangunkan badan yang masih terasa lemah, dan beranjak untuk membuka pintu kamar.
"Kerek....! Lalu saya buka pintu, dan nampak ibu yang masih berdiri di depan pintu dengan tatapan yang penuh tanda tanya".
"Sudah shalat Lis?, Sembari sibuk melepaskan kerudung shalatnya". Tampaknya ibu baru selasai melaksanakan shalat? Lirih ku dalam hati.
" Belum Bu!, jawab ku, sembari ku usap- usap mata dengan kedua tangan ku, disertai rasa malu karena terlambat buat melaksanakan shalat.
"Cepat!, shalat!, sebelum waktunya habis! jangan di biasakan seperti itu! selalu telat, dan lupa melaksanakan shalat". Tandas ibu sembari melangkahkan kakinya untuk menuju ke dapur.
"Iya ,Bu!". Jawabku sambil melangkah menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Ibu dan bapak memang orang yang sangat tegas mereka tidak pernah lupa untuk melaksanakan shalat. Tidak ada kata terlambat buat hal kebaikan walau dalam kondisi kurang sehat. Bagi mereka itulah salah satu yang membuat kita dekat dengan sang pencipta, serta membuat perasaan kita tenang, badan pun terasa sehat dan segar.
********
Selasai melaksanakan shalat saya pun keluar dari kamar kesayangan saya itu dan melangkah menuju ke dapur. Di sana kulihat ibu yang sedang sibuk membuat, dan menata kue yang akan dia jajakan keliling sebentar pagi. Beliau juga terlihat sibuk membuat sarapan yang akan di makan sebelum bapak berangkat ke sawah.
"Bu!, apa ada yang bisa saya bantu?" Tanyaku ke pada ibu yang terlihat sangat kerepotan mempersiapkan semuanya.
"Iya ni lis!" Sembari menunjuk sesuatu yang ada di atas meja. Tolong potong- potong tempe, tahu dan kacang panjang itu ya!, Soalnya mama lagi sibuk atur kue buat jualan ini.
Sambil ku potong-potong yang tadi di suruh ibu, tak lupa pula saya menyanyi. Iya saya memang suka bernyanyi walaupun suara saya jelek kata orang tapi menurut ku bagus sih. He he he tak apa memuji diri sendiri, dan membuat bangga diri sendiri, walaupun ku lirik wajah ibu tertawa mendengar saya bernyanyi, ku hiraukan cekikan ibu asal hati ini senang di pagi hari dan ibu juga ikut Heppy mendengar suara saya.
"Sudah, lis?" sambil menatap ku dan menyodorkan tangan ke arah ku untuk mengambil bahan-bahan yang sudah ku kerjakan itu.
"Oh, iya!, Bu!" Jawabku sambil mengangkat tempat bahan-bahan makanan itu dan memberikan ke ibu.
Saya memang suka setiap sudah shalat subuh, saya tidak lanjut tidur lagi walaupun masih berasa ngantuk, tapi ku hiraukan rasa itu sembari untuk pergi bantu-bantu ibu di dapur. Ya walaupun cuma bantu sedikit, dan sebisa ku saja mengerjakan apa yang di suruhkan ibu, dan memang tabiat anak gadis kan di dapur menurut ku . Karena sebenarnya saya juga tidak terlalu paham tu dengan masak memasak dan membuat kue.
Sambil mencuci tangan, Tak lupa ku bilas juga sekalian piring kotor, yang ada di tempat cuci piring walau pun cuma sedikit. Tempat makan waktu tadi malam yang tidak sempat ku bilas karena aku sudah ngantuk banget lalu pergi tidur, sengaja ku tinggal ku fikri nanti kubis besok pagi aja deh.
" Mending sebentar aja bilasnya Lis!" Kata ibu, sekalian tunggu piring kotor yang lain setelah kita sarapan.
"Tanggung, Bu!" kan tadi malam aku tidak bilas piringnya lalu tidur, jawab ku. Sambil ku ambil semua peralatan yang kotor yang habis di gunakan ibu buat kue dan sarapan.
"Bukan gitu, Lis! kita kan belum sarapan, entar kalau sudah sarapan ada lagi piring yang kotor, kamunya jadi kerja dua kali dong". "Jawab ibu".
"Saya hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan ibu".
********
"Pak!, Sarapan yuk!, makanan sudah siap ni, di meja". Kata ibu, sembari menuju ke meja makan yang di mana sudah ada saya yang tersenyum, dan sudah duduk manis siap menyantap sajian itu.
"Iya!, Bu!, Jawab bapak yang sedang berjalan ke arah meja makan, dari arah luar rumah. Sesekali tak lupa bapak melirik jam dinding yang ada di dekat TV, oh masih lama to?, Lumayan masih ada waktu minum kopi setelah sarapan, lalu berangkat ke sawah. Ucap bapak sambil menarik kursi bersiap untuk duduk.
Bapak memang kegiatan sehari-hari nya ke sawah, dan ke kebun beliau selalu berangkat jam 7 pagi sampai jam 5 sore kadang kalau lagi waktu panen atau menanam beliau kadang pulang jam 6 sore bahkan juga lewat hampir masuk isya.
"Oh, iya, Lis!, Selesai sarapan ibu lansung berangkat ya, jualannya?" Mumpung belum terlalu pagi, biar banyak yang beli karena mereka jam segini sementara sarapan, habis sarapan langsung makan kue deh. Kata ibu sambil berharap kue hari ini habis terjual.
"Lisa, ikut ya, bu!, Soalnya saya malas di rumah terus bosan, jawab ku sama ibu".
Bagaimana saya tidak bosan, semenjak lulus sekolah kebanyakan waktu hanya berdiam diri di rumah, malas ke mana- mana.
Walaupun tempat wisata di desa saya ini banyak, tapi rasanya saya sudah bosan ke tempat itu, kadang bingung kenapa orang dari luar, suka banget sama wisata yang ada di sini . Sementara saya malah bosan, dan rasanya saya mau mengunjungi wisata yang ada di tempat lain, dan penasaran juga dengan kehidupan di kota.
"Sudah beres, Lis!, Kalau sudah? mari kita berangkat jualannya! nanti yang mau beli sudah pada berangkat kerja, dan berangkat ke sekolah. Tanya ibu".
"Sudah, ni, Bu!, Semua sudah saya masukkan ke lemari, dan bekal makan siang bapak juga Sudak saya siapkan. Jawab ku sambil melangkah menuju ke luar rumah.
" Jangan lupa kunci pintu sebelum berangkat ke sawah ya pak!, Dan kuncinya simpan aja di tempat biasa!. Kata ibu", sambil meninggalkan pekarangan rumah bersama saya.
"Ok! Bu!, teriakan bapak sambil menatap kepergian kami.
"Kue, kue, sesekali ibu berteriak, dengan maksud, agar para tetangga tau, ibu sudah ada.
"Bu, sini saya mau beli,teriakan seorang wanita yang dari suaranya, mungkin usianya tidak beda jauh dari usia bapak sekitar 48 tahun. Ibu adakan kue ke kesukaan anak dan cucu saya?, ucap wanita itu".
"Ada, bu!, Yuni! Ini banyak juga kue yang lainnya, pilih saja Bu!, ucap ibu".
Bu Yuni salah satu tetangga saya yang sudah menjadi langganan kue ibu dan anak-anak beserta cucunya pada suka dengan kue ibu. Beliau orangnya baik dan ramah.
"Ini, segini saja, tunggu ya Bu! saya ambil uang dulu di dalam, sambil melangkah masuk ke rumahnya dan menaruh kue itu di depan anak dan cucunya'.
"Iya, Bu," jawaban ibu singkat sambil menunggu ibu Yuni.
Ini, Bu, uangnya, pas ya, sambil menyodorkan tangan ke arah ibu. Eh Lisa, ikut juga jualan sama ibu?, Jadi rencana selanjutnya apa Lis? mau kuliah, atau kerja atau mau lansung menikah. Ucapnya lagi.
Belum tau ni, Bu Yuni, "Lisa juga baru mikirin langkah selanjutnya apa"? Tapi pastinya bukan menikah sih, kan masih muda mau nikmati masa muda dulu bu. Ucap ku.
"Takut menikah muda ya? Lis, kok takut sih,? kan di kampung kita ini, banyak tu yang menikah di usia muda, bahkan ada yang masih usia 15 tahun loh".
"Iya sih, Bu Yuni, tapi saya belum kepikiran buat menikah, kalau pun saya tidak bisa kuliah, saya mau mencoba kerja dulu, buat bantu-bantu meringankan beban orang tua. Ucap ku sambil tersenyum tipis".
"Oh iya, Bu Yuni, kami lanjut jualan dulu ya! Ucap ibu, sambil melangkah meninggalkan rumah Bu Yuni".
"Iya, Bu, semoga habis terjual ya kuenya! Ucap Bu Yuni, sambil melihat kepergian kami dari rumah nya"
"Alhamdulillah...... terima kasih, ya Allah.... Tidak terlalu lama kita jualan, akhirnya kue habis juga ya, Lis? Mari kita pulang, ucap ibu sambil memandang tangan saya", terlihat senyum bahagia di wajah ibu.
"Iya, Bu, Alhamdulillah kuenya cepat habis. Ucap saya sambil bejalan berbarengan dengan ibu".
*******
Ketika selesai shalat isya berjamaah, saya berniat masuk ke kamar, dan saya pun melangkahkan kaki menuju ke tempat itu. Baru juga mau buka pintu, saya dengar dengan sekilas serasa seperti ada yang memanggil nama saya.
Sambil memastikan apakah yang di dengar telinga saya itu benar atau cuma khayalan saja, saya berdiri terpaku depan kamar mencoba mendengar kan dengan jelas suara itu. Dan ternyata telinga saya tidak salah dengar, ternyata bapak memanggil saya dan menyuruh saya duduk dekat beliau.
"Lisa! Lis!, Kesini dulu! Bapak mau bicara sama kamu!. Jangan langsung masuk ke kamar, sini, sini, bapak mau bahas sesuatu sama kamu. Ibu juga si, bapak mau bicara dengan kalian berdua.
"Iya! pak!, Jawab saya dan ibu yang tanpa di sadari dan di sengaja berbarengan.
"Lisa!, Kamu kan sudah lulus sekolah? Lalu? Bagaimana keinginan kamu selanjutnya? Apa kamu mau lanjut ke jenjang yang lebih tinggi ( kuliah )", tanya bapak, sambil menatap saya yang duduk di antara ibu dan bapak.
"Ya, kalau di tanya mau, ya mau sih pak! Siapa coba yang tidak mau kuliah? pasti semua anak mau kuliah. Tapi? Kan, Lisa sadar pak, bapak dan ibu tidak punya biaya buat kuliahin Lisa. Soalnya biaya nya itu kan mahal, bukan jumlah yang sedikit Lisa tidak mau menyusahkan ibu dan bapak.
"Kita bisa minta bantuan sama kakak-kakak kamu!, pasti mereka mau membantu, ya walaupun sedikit-sedikit, dan juga ibu kan jualan kue, semoga bisa mencukupi bayaran setiap bulannya, kita juga bisa jual hasil panen kalau sawah selasai di panen". Ucap ibu, untuk menyakinkan saya.
"Nggak, ah, bu!, Mending saya tidak usah kuliah, dari pada saya harus membebani kakak-kakak saya. Saya tahu mereka juga kesulitan membiayai sekolah anak- anak, dan rumah tangga mereka. Masa iya saya tambah beban mereka, tidak punya hati dong saya, membiarkan mereka kesusahan karena ulah saya. Dan kalau hasil panen di jual, mau makan apa keluarga kita, bukannya hasilnya juga di bagi dua dengan Tante Mila.
Tante Mila adalah saudara dari ibu, saya dia kakak dari ibu saya, usianya kurang lebih sekitar 60 tahun gitu. Kenapa saya bilang hasil panen harus di bagi dua dengan Tante Mila?. Ya!, Karna sawah itu memang milik ibu dan Tante Mila, mereka bersatu buat beli tanah itu, pas yang punya tanah lagi butuh uang, katanya buat biaya anaknya menikah. Dan pas saat itu uang ibu dan bapak tidak cukup, makanya mereka sepakat untuk kongsi dengan Tante Mila, dengan perjanjian sawah di kelola bersama, dan hasil panen di bagi dua.
Tapi ibu juga tidak lupa selalu membagikan anak-anak nya, hasil panen dari sisa yang di berikan ke Tante Mila, jadi ibu cuma dapat bagian sedikit. Tapi kata ibu, tidak apa-apa dapat sedikit, asal anak-anak dan cucunya juga bisa memakan hasil dari sawah itu, yang paling penting kami bisa makan dan tidak kelaparan.
"Jadi, keputusan kamu gimana nak?, Tanya ibu. Semua keputusan ada di tangan kamu!, kalau kamu bilang A ya A, kalau kamu bilang B ya B, kami cuma bisa mendukung apapun itu keputusan yang kamu ambil. Karna yang jalani kan kamu bukan kami", Ucap ibu sambil mengelus - elus kepala saya.
"Iya, Bu!, saya juga lagi mikirin apa yang mau saya lakukan selanjutnya. Tapi saya rasa saya mau mencoba cari kerjaan, ah! bu!, Lumayan kan?, kalau gajian bisa bantu-bantu biaya hidup kita biar ibu dan Bapak tidak terlalu capek cari uang, He he he.....jawab saya sambil tertawa".
"Kok!, malah mikirin kami?, Harusnya kamu mikirin diri kamu kedepannya mau bagaimana hidupnya, semoga bisa hidup bahagia dan berkecukupan jangan hidup susah terus, kayak ibu dan bapak, sampai setua ini masih betah hidup susah". Ucap ibu, sambil memperlihatkan kulit tubuhnya yang mulai keriput termakan usia, dan panas nya matahari karena mencari sesuap nasi.
"Bu!, pak!, Tidak mungkin lah saya membiarkan ibu dan bapak hidup susah, kalau nanti saya sudah sukses yang paling utama, saya akan membahagiakan kalian. Orang tua saya yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkan saya sampai saat ini. Saya tidak mau di cap sebagai anak durhaka, dan kacang lupa kulitnya, ihhh amit-amit deh! Semoga saja saya tidak terhasut setan dan melupakan kalian",Ucap ku kepada ibu dan bapak.
"Ya, sudah, sana tidur!, ucap bapak, sembari menyelesaikan pembicaraan malam ini, dan mengangkat tubuhnya bersiap melangkah menuju kamar tidur bersama ibu.
"jangan lupa berdoa!" ucap ibu
Ibu memang selalu mengingatkan saya hal-hal kecil seperti ini, padahal saya sudah dewasa, tapi bagiku itu sangat penting, karena kita terkadang lupa dengan hal-hal tersebut.
********
BERLANJUT.....
...MAAF MASIH BANYAK TYPO.. JANGAN LUPA UNTUK BERKOMENTAR ATAU MEMBERI MASUKAN DAN SARAN !!!!!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
IndraAsya
👣👣👣 Jejak 💪💪💪😘😘😘
2022-10-10
2