NovelToon NovelToon

PERJALANAN HIDUP GADIS DESA

PERJALANAN HIDUP GADIS DESA BAB. 1. LULUS SEKOLAH (SMA)

" Lis! Lisa! , teriakan ibu disertai ketukan di pintu kamar yang sedang saya tempati untuk istirahat.

Rumah saya memang sederhana dan termasuk kecil karena cuma ada ruang tamu yang kecil, dua kamar tidur, dan terakhir dapur yang juga berukuran kecil sekitar 4*5 meter. Kamar yang pertama itu kamar saya, kata ibu, kan kakak saya sudah pada berkeluarga jadi mereka tinggal di rumah masing-masing, sementara di sini saya tinggal bertiga dengan ibu dan bapak.

" TOK ! ,.    TOK ! ,.    Tok ! ,"

Kembali lagi suara pintu yang di ketuk ibu karena belum mendapat jawaban dari saya.

" Ya, bu, segera ku bangunkan badan yang masih terasa lemah, dan beranjak untuk membuka pintu kamar.

"Kerek....! Lalu saya buka pintu, dan nampak ibu yang masih berdiri di depan pintu dengan tatapan yang penuh tanda tanya".

"Sudah shalat Lis?, Sembari sibuk melepaskan kerudung shalatnya". Tampaknya ibu baru selasai melaksanakan shalat? Lirih ku dalam hati.

" Belum Bu!, jawab ku, sembari ku usap- usap mata dengan kedua tangan ku, disertai rasa malu karena terlambat buat melaksanakan shalat.

"Cepat!, shalat!, sebelum waktunya habis! jangan di biasakan seperti itu! selalu telat, dan lupa melaksanakan shalat". Tandas ibu sembari melangkahkan kakinya untuk menuju ke dapur.

"Iya ,Bu!". Jawabku sambil melangkah menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Ibu dan bapak memang orang yang sangat tegas mereka tidak pernah lupa untuk melaksanakan shalat. Tidak ada kata terlambat buat hal kebaikan walau dalam kondisi kurang sehat. Bagi mereka itulah salah satu yang membuat kita dekat dengan sang pencipta, serta membuat perasaan kita tenang, badan pun terasa sehat dan segar.

********

Selasai melaksanakan shalat saya pun keluar dari kamar kesayangan saya itu dan melangkah menuju ke dapur. Di sana kulihat ibu yang sedang sibuk membuat, dan menata kue yang akan dia jajakan keliling sebentar pagi. Beliau juga terlihat sibuk membuat sarapan yang akan di makan sebelum bapak berangkat ke sawah.

"Bu!, apa ada yang bisa saya bantu?" Tanyaku ke pada ibu yang terlihat sangat kerepotan mempersiapkan semuanya.

"Iya ni lis!" Sembari menunjuk sesuatu yang ada di atas meja. Tolong potong- potong tempe, tahu dan kacang panjang itu ya!, Soalnya mama lagi sibuk atur kue buat jualan ini.

Sambil ku potong-potong yang tadi di suruh ibu, tak lupa pula saya menyanyi. Iya saya memang suka bernyanyi walaupun suara saya jelek kata orang tapi menurut ku bagus sih. He he he tak apa memuji diri sendiri, dan membuat bangga diri sendiri, walaupun ku lirik wajah ibu tertawa mendengar saya bernyanyi, ku hiraukan cekikan ibu asal hati ini senang di pagi hari dan ibu juga ikut Heppy mendengar suara saya.

"Sudah, lis?" sambil menatap ku dan menyodorkan tangan ke arah ku untuk mengambil bahan-bahan yang sudah ku kerjakan itu.

"Oh, iya!, Bu!" Jawabku sambil mengangkat tempat bahan-bahan makanan itu dan memberikan ke ibu.

Saya memang suka setiap sudah shalat subuh, saya tidak lanjut tidur lagi walaupun masih berasa ngantuk, tapi ku hiraukan rasa itu sembari untuk pergi bantu-bantu ibu di dapur. Ya walaupun cuma bantu sedikit, dan sebisa ku saja mengerjakan apa yang di suruhkan ibu, dan memang tabiat anak gadis kan di dapur menurut ku . Karena sebenarnya saya juga tidak terlalu paham tu dengan masak memasak dan membuat kue.

Sambil mencuci tangan, Tak lupa ku bilas juga sekalian piring kotor, yang ada di tempat cuci piring walau pun cuma sedikit. Tempat makan waktu tadi malam yang tidak sempat ku bilas karena aku sudah ngantuk banget lalu pergi tidur, sengaja ku tinggal ku fikri nanti kubis besok pagi aja deh.

" Mending sebentar aja bilasnya Lis!" Kata ibu, sekalian tunggu piring kotor yang lain setelah kita sarapan.

"Tanggung, Bu!" kan tadi malam aku tidak bilas piringnya lalu tidur, jawab ku. Sambil ku ambil semua peralatan yang kotor yang habis di gunakan ibu buat kue dan sarapan.

"Bukan gitu, Lis! kita kan belum sarapan, entar kalau sudah sarapan ada lagi piring yang kotor, kamunya jadi kerja dua kali dong". "Jawab ibu".

"Saya hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan ibu".

********

"Pak!, Sarapan yuk!, makanan sudah siap ni, di meja". Kata ibu, sembari menuju ke meja makan yang di mana sudah ada saya yang tersenyum, dan sudah duduk manis siap menyantap sajian itu.

"Iya!, Bu!, Jawab bapak yang sedang berjalan ke arah meja makan, dari arah luar rumah. Sesekali tak lupa bapak melirik jam dinding yang ada di dekat TV, oh masih lama to?, Lumayan masih ada waktu minum kopi setelah sarapan, lalu berangkat ke sawah. Ucap bapak sambil menarik kursi bersiap untuk duduk.

Bapak memang kegiatan sehari-hari nya ke sawah, dan ke kebun beliau selalu berangkat jam 7 pagi sampai jam 5 sore kadang kalau lagi waktu panen atau menanam beliau kadang pulang jam 6 sore bahkan juga lewat hampir masuk isya.

"Oh, iya, Lis!, Selesai sarapan ibu lansung berangkat ya, jualannya?" Mumpung belum terlalu pagi, biar banyak yang beli karena mereka jam segini sementara sarapan, habis sarapan langsung makan kue deh. Kata ibu sambil berharap kue hari ini habis terjual.

"Lisa, ikut ya, bu!, Soalnya saya malas di rumah terus bosan, jawab ku sama ibu".

Bagaimana saya tidak bosan, semenjak lulus sekolah kebanyakan waktu hanya berdiam diri di rumah, malas ke mana- mana.     

   

Walaupun tempat wisata di desa saya ini banyak, tapi rasanya saya sudah bosan ke tempat itu, kadang bingung kenapa orang dari luar, suka banget sama wisata yang ada di sini . Sementara saya malah bosan, dan rasanya saya mau mengunjungi wisata yang ada di tempat lain, dan penasaran juga dengan kehidupan di kota.

"Sudah beres, Lis!, Kalau sudah? mari kita berangkat jualannya! nanti yang mau beli sudah pada berangkat kerja, dan berangkat ke sekolah. Tanya ibu".

"Sudah, ni, Bu!, Semua sudah saya masukkan ke lemari, dan bekal makan siang bapak juga Sudak saya siapkan. Jawab ku sambil melangkah menuju ke luar rumah.

" Jangan lupa kunci pintu sebelum berangkat ke sawah ya pak!, Dan kuncinya simpan aja di tempat biasa!. Kata ibu", sambil meninggalkan pekarangan rumah bersama saya.

"Ok! Bu!, teriakan bapak sambil menatap kepergian kami.

"Kue, kue, sesekali ibu berteriak, dengan maksud, agar para tetangga tau, ibu sudah ada.

"Bu, sini saya mau beli,teriakan seorang wanita yang dari suaranya, mungkin usianya tidak beda jauh dari usia bapak sekitar 48 tahun. Ibu adakan kue ke kesukaan anak dan cucu saya?, ucap wanita itu".

"Ada, bu!, Yuni! Ini banyak juga kue yang lainnya, pilih saja Bu!, ucap ibu".

Bu Yuni salah satu tetangga saya yang sudah menjadi langganan kue ibu dan anak-anak beserta cucunya pada suka dengan kue ibu. Beliau orangnya baik dan ramah.

"Ini, segini saja, tunggu ya Bu! saya ambil uang dulu di dalam, sambil melangkah masuk ke rumahnya dan menaruh kue itu di depan anak dan cucunya'.

"Iya, Bu," jawaban ibu singkat sambil menunggu ibu Yuni.

Ini, Bu, uangnya, pas ya, sambil menyodorkan tangan ke arah ibu. Eh Lisa, ikut juga jualan sama ibu?, Jadi rencana selanjutnya apa Lis? mau kuliah, atau kerja atau mau lansung menikah. Ucapnya lagi.

Belum tau ni, Bu Yuni, "Lisa juga baru mikirin langkah selanjutnya apa"? Tapi pastinya bukan menikah sih, kan masih muda mau nikmati masa muda dulu bu. Ucap ku.

"Takut menikah muda ya? Lis, kok takut sih,? kan di kampung kita ini, banyak tu yang menikah di usia muda, bahkan ada yang masih usia 15 tahun loh".

"Iya sih, Bu Yuni, tapi saya belum kepikiran buat menikah, kalau pun saya tidak bisa kuliah, saya mau mencoba kerja dulu, buat bantu-bantu meringankan beban orang tua. Ucap ku sambil tersenyum tipis".

"Oh iya, Bu Yuni, kami lanjut jualan dulu ya! Ucap ibu, sambil melangkah meninggalkan rumah Bu Yuni".

"Iya, Bu, semoga habis terjual ya kuenya! Ucap Bu Yuni, sambil melihat kepergian kami dari rumah nya"

"Alhamdulillah...... terima kasih, ya Allah.... Tidak terlalu lama kita jualan, akhirnya kue habis juga ya, Lis? Mari kita pulang, ucap ibu sambil memandang tangan saya", terlihat senyum bahagia di wajah ibu.

"Iya, Bu, Alhamdulillah kuenya cepat habis. Ucap saya sambil bejalan berbarengan dengan ibu".

*******

Ketika selesai shalat isya berjamaah, saya berniat masuk ke kamar, dan saya pun melangkahkan kaki menuju ke tempat itu. Baru juga mau buka pintu, saya dengar dengan sekilas serasa seperti ada yang memanggil nama saya.

Sambil memastikan apakah yang di dengar telinga saya itu benar atau cuma khayalan saja, saya berdiri terpaku depan kamar mencoba mendengar kan dengan jelas suara itu. Dan ternyata telinga saya tidak salah dengar, ternyata bapak memanggil saya dan menyuruh saya duduk dekat beliau.

"Lisa! Lis!, Kesini dulu! Bapak mau bicara sama kamu!. Jangan langsung masuk ke kamar, sini, sini, bapak mau bahas sesuatu sama kamu. Ibu juga si, bapak mau bicara dengan kalian berdua.

"Iya! pak!, Jawab saya dan ibu yang tanpa di sadari dan di sengaja berbarengan.

"Lisa!, Kamu kan sudah lulus sekolah? Lalu? Bagaimana keinginan kamu selanjutnya? Apa kamu mau lanjut ke jenjang yang lebih tinggi ( kuliah )", tanya bapak, sambil menatap saya yang duduk di antara ibu dan bapak.

"Ya, kalau di tanya mau, ya mau sih pak! Siapa coba yang tidak mau kuliah? pasti semua anak mau kuliah. Tapi? Kan, Lisa sadar pak, bapak dan ibu tidak punya biaya buat kuliahin Lisa. Soalnya biaya nya itu kan mahal, bukan jumlah yang sedikit Lisa tidak mau menyusahkan ibu dan bapak.

"Kita bisa minta bantuan sama kakak-kakak kamu!, pasti mereka mau membantu, ya walaupun sedikit-sedikit, dan juga ibu kan jualan kue, semoga bisa mencukupi bayaran setiap bulannya, kita juga bisa jual hasil panen kalau sawah selasai di panen". Ucap ibu, untuk menyakinkan saya.

"Nggak, ah, bu!, Mending saya tidak usah kuliah, dari pada saya harus membebani kakak-kakak saya. Saya tahu mereka juga kesulitan membiayai sekolah anak- anak, dan rumah tangga mereka. Masa iya saya tambah beban mereka, tidak punya hati dong saya, membiarkan mereka kesusahan karena ulah saya. Dan kalau hasil panen di jual, mau makan apa keluarga kita, bukannya hasilnya juga di bagi dua dengan Tante Mila.

Tante Mila adalah saudara dari ibu, saya dia kakak dari ibu saya, usianya kurang lebih sekitar 60 tahun gitu. Kenapa saya bilang hasil panen harus di bagi dua dengan Tante Mila?. Ya!, Karna sawah itu memang milik ibu dan Tante Mila, mereka bersatu buat beli tanah itu, pas yang punya tanah lagi butuh uang, katanya buat biaya anaknya menikah. Dan pas saat itu uang ibu dan bapak tidak cukup, makanya mereka sepakat untuk kongsi dengan Tante Mila, dengan perjanjian sawah di kelola bersama, dan hasil panen di bagi dua.

Tapi ibu juga tidak lupa selalu membagikan anak-anak nya, hasil panen dari sisa yang di berikan ke Tante Mila, jadi ibu cuma dapat bagian sedikit. Tapi kata ibu, tidak apa-apa dapat sedikit, asal anak-anak dan cucunya juga bisa memakan hasil dari sawah itu, yang paling penting kami bisa makan  dan tidak kelaparan.

"Jadi, keputusan kamu gimana nak?, Tanya ibu. Semua keputusan ada di tangan kamu!, kalau kamu bilang A ya A, kalau kamu bilang B ya B, kami cuma bisa mendukung apapun itu keputusan yang kamu ambil. Karna yang jalani kan kamu bukan kami", Ucap ibu sambil mengelus - elus kepala saya.

"Iya, Bu!, saya juga lagi mikirin apa yang mau saya lakukan selanjutnya. Tapi saya rasa saya mau mencoba cari kerjaan, ah! bu!, Lumayan kan?, kalau gajian bisa bantu-bantu biaya hidup kita biar ibu dan Bapak tidak terlalu capek cari uang, He he he.....jawab saya sambil tertawa".

"Kok!, malah mikirin kami?, Harusnya kamu mikirin diri kamu kedepannya  mau bagaimana hidupnya, semoga bisa hidup bahagia dan berkecukupan jangan hidup susah terus, kayak ibu dan bapak, sampai setua ini masih betah hidup susah". Ucap ibu, sambil memperlihatkan kulit tubuhnya yang mulai keriput termakan usia, dan panas nya matahari karena mencari sesuap nasi.

"Bu!, pak!, Tidak mungkin lah saya membiarkan ibu dan bapak hidup susah, kalau nanti saya sudah sukses yang paling utama, saya akan membahagiakan kalian. Orang tua saya yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkan saya sampai saat ini. Saya tidak mau di cap sebagai anak durhaka, dan kacang lupa kulitnya, ihhh amit-amit deh! Semoga saja saya tidak terhasut setan dan melupakan kalian",Ucap ku kepada ibu dan bapak.

"Ya, sudah, sana tidur!, ucap bapak, sembari menyelesaikan pembicaraan malam ini, dan mengangkat tubuhnya bersiap melangkah menuju kamar tidur bersama ibu.

"jangan lupa berdoa!" ucap ibu

Ibu memang selalu mengingatkan saya hal-hal kecil seperti ini, padahal saya sudah dewasa, tapi bagiku itu sangat penting, karena kita terkadang lupa dengan hal-hal tersebut.

********

BERLANJUT.....

...MAAF MASIH BANYAK TYPO.. JANGAN LUPA UNTUK BERKOMENTAR ATAU MEMBERI MASUKAN DAN SARAN !!!!!!!...

PERJALANAN HIDUP GADIS DESA BAB. 2. JALAN - JALAN

"Seperti biasa, setelah melaksanakan shalat subuh, sebelum ke dapur membantu ibu, sembari ku cek ponsel, benda ini yang selalu menemani saya, akhir-akhir ini semenjak lulus sekolah.

"Kok, jumlah kue hari ini terlihat banyak ya Bu? beda dari biasanya", tanya ku ke ibu, yang sibuk menyelesaikan kuenya.

"Ya, Lis, tadi ibu dapat telpon dari Bu Nani, hari ini lagi ada arisan dengan teman-teman nya, beliau tidak sempat buat, jadi pesan sama ibu". Ucap ibu menjelaskan ke saya.

"Gitu ya Bu, pantas pesanannya banyak. Sambil saya mangut- mangut kan kepala.

"Kamu mau ikut, antar pesanan? Ucap ibu sambil memandang ke arah ku".

"Sepertinya tidak, Bu, saya mau mencuci pakaian sebentar, soalnya cucian sudah banyak".

Saya memang sengaja setiap 3 hari baru mencuci pakaian kotor, ya pakaian saya, ibu, dan bapak. Sembari menghemat sabun cuci, dan air, kalau mencuci setiap hari kan, jatuhnya boros air dan sabun cuci menurut saya.

"Ibu langsung berangkat y Lis, di ikuti juga dengan suara bapak, iya, bapak juga, mau berangkat ke sawah". Assalamualaikum .Ucap mereka tidak lama setelah sarapan.

"waalaikum salam, Bu, pak, hati-hati ya, di jalan, ucap saya", sambil melambaikan tangan ke mereka.

"Ah, saya mau mencuci pakaian dulu ah, ucap ku". Sambil mengunci pintu dan menuju kamar mandi.

"Alhamdulillah, akhirnya kerjaan saya selesai, udah mencuci, dan bersih-bersih rumah. Oh iya kok ibu lama ya perginya?, Ucap saya sembari membuka ponsel".

Derrrrr......derrrr.......

Suara ponsel  kulihat di layar yang menelfon terpampang nama seorang sahabat dekat saya. Tidak tunggu lama saya pun segera mengangkat telfon tersebut.

Assalamualaikum.........

Suara yang ku dengar dari sahabat saya yang ada di seberang sana.

Waalaikum, salam.....Sis

Sambil saya dekatkan ke telinga ponsel itu. Iya, ada apa Sis?, Tanya saya.

Namanya Sisi dia sahabat baik saya di sekolah dulu , dan sampai sekarang kami masih sahabatan, walaupun kami sudah lulus sekolah. Kami tinggal satu kampung, namun rumahnya agak jauh sekitar 500 meter dari rumah saya.

"Iya, Lis, datang ya, sebentar sesudah shalat dhuhur, soalnya adik saya mau ulang tahun. Kamu harus datang, Awas ya kalau kamu tidak datang! Kamu tidak lagi sibuk kan?" Tanya Sisi.

"Insya Alloh, ya, Sis, saya tidak sibuk kok, cuma tinggal di rumah". Jawab saya.

"Ok, saya tunggu ya! ingat sesudah shalat dhuhur ya, Lis! Sudah ya, saya tunggu, assalamualaikum......" Ucapnya sembari mengingatkan saya.

Ok, waalaikum salam..... Sis! Ucap ku sambil tersenyum tipis.

Tok, Tok, Tok....."Terdengar suara pintu yang di ketuk seseorang" Assalamualaikum... Suara orang yang mengetuk tadi.

Waalaikum salam.... Ucap saya

Sambil menuju ke pintu. "Sepertinya suara ibu". Sambil ku buka pintu.

"Ibu kok lama Bu? tanya ku lagi sambil meraih barang-barang yang di bawa sama ibu".

"Iya, Lis, tadi ibu mampir ke pasar , pas pulang setelah mengantar pesanan". Jawab ibu sambil mengambil air minum di meja bersiap untuk minum.

Duduk dulu Bu! Sambil menyodorkan kursi ke ibu. "Oh, iya Bu, tadi teman saya Sisi telfon, katanya adik dia ulang tahun, saya di suruh datang sesudah shalat dhuhur sebentar". Bisa kan Bu? Tanya ku ke ibu.

"Terserah kamu Lis, kalau mau ke situ ya sudah", jawab ibu singkat.

Suasana di rumah Sisi.......

Selamat ulang tahun, kami ucapkan, selamat panjang umur sehat sentosa, selamat sejahtera dan bahagia..... Begitulah suara yang terdengar di rumah ini. Ya, saya sekarang sudah di rumah Sisi.

"Kita foto-foto yuk, Lis! Untuk mengabadikan momen ini". Ajak Sisi kepada saya.

"Ok, Sis, setelah ini saya pamit pulang ya! sudah sore ni, takut pulangnya nanti kemalaman". Ucap ku setelah berfoto.

"Iya, nih oleh-oleh buat ibu dan bapak mu". Ucapnya sambil menemani ku menuju keluar rumah. Hati-hati ya ucapnya lagi.

*******

Terima kasih ya kang. Ucap ku pada kang ojek, sambil melangkah menuju rumah. "Kok banyak orang, tanya ku dalam hati", sambil memandang ke dalam rumah.

Assalamualaikum...... Ucap ku memasuki rumah.

Waalaikum salam......ucap mereka serentak.

Rumah saya hari ini lagi ramai karena kakak-kakak saya, kak Siti, kak Hasbullah dan kak Arif beserta keluarganya pada datang. Entah ada pembahasaan apa sehingga mereka kompak kumpul di rumah.

"Sini duduk?, Sambil duduk di dekatnya. Ke intinya saja kakak mau bertanya kamu mau lanjut kuliah atau bagaimana?. Tadi bapak sudah jelaskan sih kata beliau tadi malam sudah menanyakan hal ini, dan katanya kamu tidak mau kuliah takut merepotkan kami soal biaya". Apa benar trus kamu mau ngapain selanjutnya? Itu pertanyaan dari kak Siti kakak ke dua saya.

"Iya kak, saya tidak mau kuliah soalnya kepikiran biayanya yang banyak, mana lagi pasti tugas-tugas yang diberikan banyak". "Saya rencana mau kerja aja dek kak! Ini lagi cari-cari kerjaan yang pas buat saya". Seraya memperlihatkan ponsel yang berisi lowongan kerja.

"Kalau mau kuliah tidak apa-apa kok nanti kami bantu soal biayanya sebisa kami". Ucap kak Arif, kakak ke tiga saya,

"Tidak, kak saya sudah memutuskan mau kerja saja semoga saya dapat kerjaan yang bagus dengan gaji yang lumayan. Ucap ku sambil tersenyum tipis.

"Apa sebaiknya kamu kuliah saja! kan di keluarga kita tidak ada yang bersekolah sampai kuliah? kami berharap kamu yang melanjutkan harapan kami. Kamu fikir-fikir dulu Lis". Kata kak Arif lagi, iya fikirkan lagi tambah kak Hasbullah.

"Dengan perasaan bingung. Ya, sudah kak, nanti saya fikir-fikir lagi, sebenarnya sih saya di tawari Indah kuliah, katanya kami bisa kuliah bareng dan  tinggal di rumahnya. Dia menyuruh saya menyediakan berkasnya saja soal urusan pendaftarannya, kan bapaknya punya teman dosen, nanti mereka minta tolong sama orang itu agar kami bisa lolos, dan di terima, ya kalau saya mau", kata Indah di telfon kemarin kak. Ucap ku menjelaskan sambil melirik kak Hasbullah, kak Siti, dan kak Arif.

Indah itu sepupu saya, dia anak dari paman Rusdi, adik kedua dari bapak, mereka memang merantau dan tinggal di kota. Paman bekerja sebagai manajer, di salah satu bank di kota itu, kalau tidak salah cabang bank BRI. Saya dan Indah memang seumuran dia anak kedua dari paman.

"Kuliah aja Lis!, itu sudah ada jalannya loh, Pasti paman mu akan bantu kalau kamu kekurangan biaya, kami juga akan bantu sebisa kami". Ucap ibu, sambil menatap saya.

"Saya fikir-fikir lagi, ya, Bu! Oh iya Lusa Indah mau datang, katanya dia mau liburan dan jalan-jalan di sini, sebelum dia memasuki bangku kuliah". Ucap ku kepada mereka.

"Iya sudah, nanti kalau Indah datang kamu temani dia ke tempat wisata yang baru itu, kan selama mereka tinggal di kota tambah banyak wisata baru yang belum Indah kunjungi".

"Siap, Bu, pasti dia puas jalan-jalan selama di sini he he he, ucap ku sambil tertawa.

"Kita makan malam dulu yuk!, Ajak ibu kepada kami semua yang ada di sini".

"Yuk, makan, selesai makan saya mau langsung pulang sudah agak malam ini, besok anak-anak mau sekolah jadi tidak bisa nginap". Kata kak Siti

"Yuk, di susul dengan suara kak Arif, kak Hasbullah dan yang lainnya", menuju ke meja makan.

********

Tok. Tok. Tok. Assalamualaikum..... Kata seseorang dengan di ikuti ketukan pintu.

Waalaikum salam......  Jawab ku, sambil melangkah ke arah pintu. "Eh Indah masuk Ind", ajak saya ke dia, sambil mengarahkannya ke tempat duduk.

"Iya terima kasih kebetulan saya capek banget nih", Sambil meletakkan barang yang dia bawah lalu bersiap untuk duduk.

"Nih, minum dulu! kamu pasti haus banget kan?, oh iya pasti ada oleh-oleh bua saya kan he he he. Goda ku ke dia sambil menyodorkan air minum dan cemilan yang ku ambil di dapur.

"Ada dong, nih ambil, saya itu tidak pernah lupa kesukaan kamu he he he, mana paman dan bibi? Tanyanya lagi.

"Bapak sudah ke sawah, kalau ibu lagi jualan kue, pasti sebentar lagi beliau pulang.

"Besok kita jalan-jalan ya Lis! Sengaja ku peka kendaraan ke sini bukan naik angkutan umum, biar kita bebas bepergian ke tempat wisata yang baru itu yang kamu bilang di telfon kemarin".

Indah memang nekat berkendara motor sendiri dari kota ke sini, padahal kan perjalanan dari kota ke sini, kalau  berkendara sendiri memakan waktu sekitar 3 jam lebih lah, kalau pake angkutan umum bisa sampai 4 jam lebih, kan muter-muter dulu bawak penumpang yang lain.

"Ok, deh, kapan pun kamu mau jalan saya siap mengantar, sekarang juga bisa kalau kamu mau".

"Besok aja deh Lis, saya masih capek banget ini, mau istirahat dulu, ngumpulin tenaga biar besok tenaga sudah full buat jalan-jalan.

"Ok, sini, kamu ganti baju dulu dan simpan barang-barang mu di kamar". Ajak ku sambil menariknya ke dalam kamar.

"Eh, Indah sudah datang ya? Ucap ibu yang tiba-tiba sudah ada di depan kamar, Kapan datangnya Ind? tanya ibu lagi".

"Ya, Bi, belum cukup lama, datangnya". Jawab Indah, sambil bingung menatap ibu, bibi sudah lama pulang atau baru kok kami tidak dengar kedatangan bibi?.

"Tadi, ibu, sudah ketuk pintu, ucap salam, tapi tidak ada balasan, pintu rumah juga terbuka jadi ibu langsung masuk".

"Iya, kami asik berbicara di kamar, sampai tidak dengar ibu datang. Kami di kamar ya Bu Indah mau istirahat dulu", jawab ku ke ibu.

"Jadi kapan rencana kalian mulai jalan-jalan?. Hati-hati ya kalau kalian kemana-mana, kan sekarang waktu libur, warga dan kendaraan bertambah banyak. Bisa-bisa terjadi macet, jadi harus hati-hati dan waspada di jalan". Ucap bapak pas selesai makan malam.

"Mungkin besok pak, kata Indah tadi mau jalan besok". Ucap ku sambil membereskan meja tempat kami makan tadi.

*******

Sudah siap Lis? tanya Indah yang menatap saya masih berdiri di cermin memperhatikan gaya busana saya.

Sudah kok Ind, mau berangkat sekarang?, jawab ku sambil melangkah ke luar dari kamar, menuju ibu yang sedang duduk di kursi menatap kami.

"Bi, kami berangkat dulu ya", ucap Indah sambil meraih tangan ibu dan mencium nya.

"Ya, hati-hati loh di jalan, usahakan cepat pulang jangan sampai pulang malam, sekarang banyak orang jahat". Kata ibu.

"Siap"..... Jawab kami serentak.

"Jagan lupa singgah shalat kalau jam shalat tiba". Ucap ibu lagi

Di jalan pun Indah tidak berhenti berbicara dan bertanya, mengenai kita mau ke mana, tempatnya jauh atau tidak, bagus atau tidak. Saya punya menjawab pertanyaan dia, sesuai yang ku tau dan yang ku lihat. Sana belok kanan yang ada tanda nama  kebun bunga ( flower garden ).

Preiit....... Preiit..... Preiiiiiit......

"Parkir di sini ya, neng", kata kang parkir di tempat wisata itu.

Ok, pak, helmnya di taruh di mana pak?, Apa di taruh di sini? atau ada tempat penitipan helm gitu! atau harus di bawah? Tanya Indah sama kang parkir.

"Di sana, neng, itu tempat penitipan helm". Kata kang parkir sambil menunjuk ke arah pos kecil yang ada di sebelah kanan kami.

Kami titip ya, mba!, Ucap ku ke mba-mba yang bertugas berjaga di situ. Sambil ku sodorkan helm yang kami bawa.

Iya, neng, tenang helmnya aman kok di sini. Kata mba sambil tersenyum tipis.

Sini, Ind, sambil ku tarik tangannya. Ayok masuk, sini ponsel mu biar saya foto-foto in kamu. Mau bergaya di mana? Tanya ku pada Indah yang masih terlihat diam terpatung.

Mungkin dia terpesona dengan tempat ini, wisata baru yang di dalamnya ada banyak macam-macam Bunga dan warnanya juga bermacam-macam, yang di tanam rapi berjejer sesuai warna bunga masing-masing, ada juga tempat bermain untuk anak-anak.

"Eh, iya Lis, tolong foto saya di situ ya! Yang bagus ya cara fotonya!. Ok, di sini". Katanya sambil bergaya di dekat bunga yang berwarna putih dan merah.

Nih, sudah, oh iya habis dari sini kita mau ke mana Ind?.

"Terserah Lis, di mana yang kamu mau ya kita ke situ".

Begitulah perjalanan kami hari ini,kami mendatangi beberapa tempat wisata yang ada di desa kami ini.

********

Lis, tidak terasa ya? Saya sudah satu pekan di sini, saya sudah puas berjalan-jalan ke tempat wisata yang ada di desa kita ini. Betul ya kata mu, banyak tempat wisata yang baru dan bagus benget  tempat ini rekomendet banget deh bagi orang yang ingin liburan. Kata Indah.

"Senang, kan, apa kata saya pasti kamu suka banget tempatnya".

"Jadi kalian sudah mendatangi semua tempat wisata yang ada?" Ucap ibu yang mendengarkan pembicaraan kami.

"Belum semua sih, bi, tapi hampir lah tinggal 2 atau 3 kayanya yang belum kami datangi". Jelas Indah

"Ya, sudah, kan liburan mu masih lama berarti masih banyak waktu buat mengunjungi tempat itu" ucap ibu.

"Masih lama si Bi, kalau belum ada panggilan, buat mengurus surat-surat, yang di butuhkan untuk mendaftar kuliah".

"Oh jadi kamu mau mendaftar kuliah Ind?" Tanya ibu sambil menatap Indah.

"Iya, Bi, saya juga sudah menawarkan ke Lisa kok, tapi dia bilang mau fikir-fikir dulu". Sembari menatap saya dan tersenyum.

"Hmmmm......" ucap ku sambil tersenyum tipis

Jujur perasaan di saat ini campur aduh antara pengen kuliah atau kerja

BERLANJUT.....

...MAAF MASIH BANYAK TYPO.. JANGAN LUPA UNTUK BERKOMENTAR ATAU MEMBERI MASUKAN DAN SARAN !!!!!...

PERJALANAN HIDUP GADIS DESA BAB. 3. KULIAH SAMBIL KERJA

"Ya, kami juga sudah membicarakan hal itu, Ind! Dan menyarankan agar Lisa mau mendaftar kuliah. Karena cuma dia harapan kami di banding kakak-kakak nya yang hanya tamatan SMP".

"Tapi Bu, biayanya kan mahal! Jawab ku sama ibu". Memotong pembicaraan mereka.

"Tidak usah pusing soal biaya Lis! Pasti ada jalan agar biayanya tercukupi. Asal kamu punya tekat yang kuat buat kuliah pasti Allah permudahkan jalannya".

"Iya Lis, coba dulu lah, kita tidak tahu rezeki itu datang dari segala arah, yang penting jangan mudah menyerah". Tambah ibu lagi

"Pokoknya kamu siapkan saja berkasnya, nanti saya yang urus selanjutnya". Ucap Indah

Ting....Ting.....

" Suara yang terdengar dari ponsel Indah". Biasanya sih kalau suara seperti itu, ya, ada pesan yang masuk. Benarkan Indah langsung  sibuk dengan ponselnya.

"Pesan dari siapa sih Ind, kok kamu serius banget?" Tanya ku padanya.

"Oh, ini Lis pesan dari teman ku, dia ngabarin kalau tanggal 10 sudah mulai pendaftaran masuk universitas nya". Kata Indah sambil terus membalas pesan di ponselnya.

"Tinggal 4 hari dong Ind, so ini kan sudah tanggal 6". Ucap ku lagi

"Iya ni, Lis, jadi saya rencananya akan pulang tanggal 8. Nanti siapkan berkasmu trus kita sama-sama ke tempat pendaftarannya untuk mengisi formulir ok".

Tapi, Ind?. Ucap ku sambil menatap Indah dan seketika saya terdiam tidak bisa berkata-kata.

"Tapi, apa Lis?, Sudah Lis! kamu tenang saja! Ada saya kok, pokoknya saya akan bantu kamu sebisa saya, dan kita jalani bersama-sama, semoga saja kita berdua lulus di universitas tersebut".

"Ok, deh, nanti bantu saya siapkan berkasnya ya Ind!, Dan kamu harus janji ya! Kamu bakal bimbing saya terus".

"Iya, Lis, saya janji bakal selalu bantuin kamu, dan kita sama-sama saling bantu, dan saling support biar kita bisa sukses sama-sama". Ucapnya sambil tersenyum manis.

"Ya, sudah, tidur yu Ind! sudah larut malam ni, nanti besok kita fikir mau ngapain lagi,? sebelum kamu pulang". Kata ku sambil menuju ke dalam kamar.

*********

Hari ini pas tanggal 8, di mana tanggal yang di pilih oleh Indah untuk pulang kerumahnya bersama saya di kota. Sebelum kami berangkat saya sudah menyiapkan semua berkas pendaftaran saya. Hari ini juga rumah ramai karena keluarga saya, dan beberapa orang tetangga pada kumpul di sini, untuk mendoakan keberangkatan kami agar cita-cita kami terwujud.

"Lis, ini ada beberapa uang, yang sudah kami kumpulkan buat biaya kamu selama pendaftaran, maaf ya jumblahnya cuma sedikit". Kata kak Siti sambil menyodorkan amplop yang ada di tangan nya.

Iya semenjak keluarga saya tau, bahwa saya mau mendaftar kuliah mereka pada antusias kongsi untuk biaya pendaftaran saya.

"Terima kasih semua atas kepedulian kalian sama saya, akan saya gunakan uang ini sebaik-baiknya" ucap ku sambil mengambil amplop tersebut.

"Iya Lis, semoga kamu bisa lulus ya, kami semua selalu mendoakan kamu yang terbaik", ucap ibu sambil memeluk ku.

Aminnnn!. Kami berangkat ya ucap ku sambil bersalaman dengan mereka satu-persatu.

Assalamualaikum........ Tambah ku lagi sambil melambaikan tangan ke arah mereka.

Waalaikum salam....... Hati-hati ya, ucap mereka serentak.

*********

Tiba di rumah Indah

"Kok sepi sih Ind?, kayak tidak ada orang?, Rumah mu juga kayaknya terkunci?" Ucap ku pada Indah sambil memasang muka bingung.

"Iya Lis, begini lah keadaan rumah setiap hari, kan ibu sibuk kursus menjahit, kak Pandi dia itu keluar terus dengan teman-temannya, sedangkan bapak sibuk kerja". Jawab nya sambil membuka kunci rumah.

"Jadi kamu tinggal sendiri dong kalau mereka sudah semua sudah berangkat?" Tanya ku lagi

"Iya, selama lulus Sekolah, saya selalu sendiri, yuk masuk! langsung ke kamar aja ya yang itu!, Saya mau kunci pintu dulu". Ucap Indah

Tidak terasa sudah malam jam menunjukkan pukul 19.15 waktunya untuk melaksanakan shalat isya.

"Kalau sudah melaksanakan shalat kalian makan dulu ya! Itu sudah tersedia di meja makanannya". Terdengar suara bibi Santi, ibunya Indah dari arah meja makan.

"Iya, bu". Jawab Indah sambil mengajak saya untuk ikut dengannya ke meja makan.

"Oh iya, bapak sudah bicara sama teman bapak pak Andar, salah satu dosen di universitas, yang mau kalian ajukan berkas pendaftaran itu". Kata paman Rusdi bapaknya Indah, membuka pembicaraan malam ini.

"Trus, beliau bilang apa pak?" Tanya Indah

"Beliau bersedia membantu kalian, agar bisa lulus di universitas itu, bapak juga sudah kirim foto nilai terakhir kalian, dan katanya nilai kalian mencapai prosedur angka yang di tetapkan".

"Jadi selanjutnya gimana pak?" Tanya Indah lagi

"Iya katanya tanggal 10 kalian datang buat isi formulir, dan menyetor berkas kalian, trus urusan selanjutnya biar beliau yang urus kalian tinggal tunggu pengumuman hasil nya".

Ok, deh, pak! Ucap Indah sambil membereskan meja tempat kami makan.

********

Alhamdulillah..... Alhamdulillah.... Terima kasih ya Allah

Itulah kata-kata yang tidak berhenti mereka ucapakan. Teruntuk hari ini, hari di mana Lisa dan Indah mendapat kabar jika mereka lulus  di Universitas tempat mereka mendaftar tersebut.

Alhamdulillah ya Lis, akhirnya kita di terima. Oh iya kamu tidak kabari orang tuamu?, Ucap Indah.

Iya, Ind, Alhamdulillah usaha kita berhasil, oh,iya ni saya mau langsung kabari mereka, pasti mereka sangat bahagia mendengarnya. Ucap ku

Tuttt..... Tuttt.... Tuttt.....

Assalamualaikum..... Bu, ini Lisa.

"Waalaikum salam..... Iya Lis, ada apa? Kamu baik-baik saja kan?" Ucap ibu

"Alhamdulillah Bu, Lisa baik kok! Oh ya Bu Lisa mau ngabarin kalau saya dan Indah keterima di universitas itu Bu".

"Alhamdulillah Lis, selamat ya buat kalian berdua, ibu sangat bersyukur dan bahagia mendengar kalian lulus, nanti ibu kabari kakak mu dan bapak". Ucap ibu

"Iya Bu doakan Lisa dan Indah ya biar perjalanan mencapai cita-cita kami selalu di mudahkan". Amin..... Ucap ku lagi

"Pasti Lis, semua orang tu pasti selalu mendoakan anak-anaknya yang terbaik buat mereka".

"Iya terima kasih ya Bu, atas segala doa-doa ibu buat saya".

"Iya Lis, jangan lupa untuk selalu melaksanakan shalat! dan memohon kepada Allah! agar selalu di beri kemudahan dalam setiap urusan yang kamu kerjakan".

"Iya, Bu, insya Allah Lisa akan selalu ingat pesan ibu dan bapak buat Lisa, terutama dalam menjaga ibadah".

"Iya, baik-baik ya di situ salam buat paman, bibi, dan Indah ya!"

"Iya Bu, sudah dulu ya, soalnya Lisa sudah ngantuk banget ni mau tidur dulu, nanti saya telfon ibu lagi, salam juga buat keluarga di situ!" Assalamualaikum... dada Bu.

Iya kamu harus cepat tidur jangan terlalu sering begadang, jaga kesehatan ya!. Waalaikum salam".Ucap ibu sambil mematikan telfonnya

*********

Masalah uang

"Lesu banget si Lis? tidak seperti biasanya, kamu kenapa sih Lis? Kalau ada masalah cerita sama saya jangan di pendam sendiri!"

"Iya ni Ind, saya bingung, kemarin ibu telfon dan bilang, pembayaran bulan ini mungkin agak terlambat, tidak seperti bulan-bulan sebelumnya".

"Memangnya ada apa sih Lis? Kok bisa begitu? Kan selalu lancar tapi kok bulan ini baru terjadi hal ini".

"Kata ibu hasil panen tahun ini kurang, bisa di katakan gagal, jadi ibu tidak bisa kirim uang". Dan kakak-kakak saya juga ada yang berhenti kerja katanya karena adanya covid (Corona) jadi banyak warga yang di berhentikan dan bahkan tempat kerja nya di tutup karena takut terjangkit virus ini". Ucap ku menjelaskan ke Indah.

"Iya betul Lis, saya juga dengar para pelajar dari Tk sampai anak kuliahan juga ingin di liburkan, kita di suruh belajar dari rumah ( Darin) gitu".

"Iya Ind, saya lihat beritanya banyak banget pekerja yang di PHK (pemutusan hubungan kerja), dan tempat-tempat usaha juga banyak yang di tutup. Alasannya karena takut virusnya tambah menyebar".

"Berarti kamu tidak dapat kiriman pembayaran bulan ini ya? Tanya Indah

"Iya Ind, kayak nya sih begitu, saya juga tidak mau mendesak mereka takutnya nanti mereka utang sana sini demi saya". Jawab ku

"Ya udah, kamu tidak usah sedih nanti saya bicara sama bapak soal ini, pasti bapak bisa bantu". Ucap Indah

"Jangan Ind, biar saya sendiri yang cari jalan keluarnya, saya sudah fikirkan apa yang harus saya lakukan untuk mengatasi hal ini. Saya tidak mau terlalu merepotkan orang tua kamu, selama ini kalian sudah repot urusin saya yang cuma numpang tidur dan makan di sini". Jawab ku lagi

"Kok kamu bilang begitu sih Lis? Kami tidak pernah merasa repot kok, justru ibu dan bapak senang ada kamu di sini jadi ada yang temani saya". Memang kamu mau bagaimana untuk mendapatkan uang?. Ucap Indah

"Rencana saya mau kerja Ind, saya sudah dapat tempat kerja yang cocok dengan kemampuan saya, kan saat ini kita mulai Darin, jadi bisa dong saya kerja, nanti pulang kerja baru saya kerjakan tugas dari dosen".

"Memang kamu mau kerja di mana Lis? Tanya Indah"

"Di tempat laundry kiloan, yang di depan itu, yang dekat belokang ke rumah kamu Ind".

"Memang kamu sanggup kerja sambil kuliah Lis?" Tanya Indah

"Insya Allah Ind, saya aka berusaha keras agar saya bisa dapat biaya kuliah, tanpa membebani keluarga saya dan keluarga kamu, saya juga mau mulai bisnis online, kan bisnis ini yang sedang berjalan lancar di saat kondisi seperti ini, orang tidak mau tatap muka dan bersentuhan dengan orang lain takut terjangkit virus covid, jadi kita diam di rumah saja tunggu pesanan kita datang".

"Iya juga ya Lis? Bisa di coba itu semoga aja berjalan lancar. Karena saya lihat di berita banyak himbauan agar tetap di rumah dan mengurangi aktifitas di luar rumah demi keselamatan bersama".

"Makanya Ind saya mau coba jualan online semoga laku agar biasa tambah-tambah biaya kuliah saya, dan besok saya juga sudah mulai kerja di laundry itu".

**********

Tidak terasa sudah hampir dua bulan jualan online saya ini berjalan, dan Alhamdulillah sudah banyak yang pesan barang sama saya. Tapi di satu sisi saya di pecat, dari kerjaan laundry kiloan itu, dengan alasan mereka takut terjangkit virus covid, karena saya pernah sesak nafas dan mereka kira saya terjangkit virus, padahal waktu itu asam lambung saya kumat, akhirnya mereka salah faham dan memecat saya. Tapi ya begitulah perjalanan hidup pasti selalu ada rintangan yang harus dihadapi, yang penting saya bisa dapat uang dari jualan online, biarpun sedikit asal bisa saya simpan buat bayar kuliah.

"Terus semangat ya Lis!, jangan mudah menyerah, kalau pribahasa *hilang satu tumbuh seribu*. Ucap Indah sambil menepuk-nepuk pundak saya

"Siap! Ind, saya akan terus berusaha, sebentar saya mau keluar dulu ya Ind, saya mau cari-cari kerjaan lagi sempat ada yang butuh pegawai". Ucap ku pada Indah sambil ku cek lowongan kerja di ponsel ku

"Iya, Lis, tapi ingat kamu juga harus jaga kesehatan sesuai protokol kesehatan yang di tetapkan pemerintah, ya kamu harus jaga jarak, dan jangan bersentuhan langsung dengan orang-orang di sekitar kita".

"Memang kamu percaya ya Ind tentang adanya virus covid ini? Kalau saya sih tidak percaya, kita di larang kemana-mana harus tetap di rumah, pekerja banyak yang di PHK banyak usaha yang di tutup, shalat di masjid pun di larang, tapi jualan online semakin di lancarkan, apa ya maksud mereka dengan keadaan seperti ini? Buat pusing saja ".

"Saya juga tidak terlalu percaya sih Lis, tapi tidak ada salahnya jika kita ikuti protokol kesehatan yang di tetapkan".

"Jujur Ind saya sedih, dan prihatin melihat kondisi sekarang ini, di mana masyarakat yang kurang mampu ( miskin ), selama ini sudah menderita apa lagi jika harga barang-barang naik, di tambah adanya kejadian ini mereka tambah susah karena banyak yang berhenti kerja, trus kita masyarakat miskin harus bagaimana?" Itu semua pertanyaan yang ada di dalam hati saya yang belum terjawab Ind.

"Mau gimana lagi Lis kita hanya bisa mengikuti aturan pemerintah yang sudah di buat, walaupun itu membuat kita menderita, tapi kita tidak punya kekuatan untuk menolak, dan melawan ketetapan tersebut, sekalipun kita sudah tercekik olehnya". Ucap Indah sembari mengetuk-ngetuk meja

"Iya semoga saja ini cepat berlalu ya Ind biar kondisi membaik dan kembali seperti dulu dimana lowongan kerja banyak yang tersedia". Aminnn

"Amin kita hanya bisa berdoa Lis semoga semua ini cepat berlalu, lama-lama saya juga bosan di rumah".

"Sama Ind saya juga bosan, aktifitas kita jadi terhalang, mau pulang kampung juga di larang, belajar pun di rumah dengan online, mareka fikir beli data untuk belajar online tidak pake uang apa?" Mereka kadang membuat keputusan yang sulit di terima akal sehat.

"Mau gimana lagi Lis, terima saja keputusan mereka, dan semoga kita dan keluarga tidak menjadi korban dari permainan ini".

"Iya Ind itu sudah banyak korban yang berjatuhan, jika kita sakit, kita akan di isolasi di dalam ruangan tersendiri, dan tidak ada yang bisa bertemu kita kecuali petugas rumah sakit, dan jika meninggal jasad kita tidak boleh di sentuh keluarga," parah banget kan?

"Kita tidak bisa melawan, dan mengutarakan

pendapat kita, karena itu sudah di tetapkan pemerintah". Ucap Indah lagi

"Iya Ind saya juga jadi tambah susah ini, lowongan kerja berkurang, dan sampai saat ini saya belum dapat kerjaan yang sesuai dengan kemampuan saya, padahal kebutuhan saya semakin banyak, biaya kuliah juga terus menunggu, jalan satu-satunya cuma jualan online yang bisa saya kerjakan".

"Ya kalau begitu kamu harus lebih serius lagi mengerjakan pekerjaan jualan online itu Lis".

"Iya Ind ini lagi fokus promosi-promosi  jualan, semoga aja tambah lancar".

"saya hanya bisa bantu doa ya Lis semoga kamu bisa sukses" ucap Indah

BERLANJUT.......

...MAAF MASIH BANYAK TYPO.. JANGAN LUPA UNTUK BERKOMENTAR ATAU MEMBERI MASUKAN DAN SARAN !!!!!...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!