Bab 18

Ayu pulang kerumah calon suaminya dan saat sampai dirumahnya. Disana sudah ada Mama Weni dan suaminya juga Lucy dan anaknya.

Ayu berdiri dipintu dan menatap canggung pada mereka semua.

"Ayu...." panggil mama Weni.

Tapi Ayu sedang patah hati dan dalam keadaan hancur. Dia tidak bisa bertemu dan berbicara dengan siapapun saat ini.

"Tidak ma, nanti saja," kata Romi yang melihat kondisi Ayu.

"Baiklah...." kata Mamanya serba bingung.

"Ayu, aku akan mengantarkanmu ke kamar," kata Romi.

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri," kata Ayu menolak.

Romi hanya menatap punggung Ayu yang pergi meninggalkan ruang tamu itu dan naik ke kamarnya.

Dikamar, Ayu segera mengeluarkan semua bajunya dari lemari. Dia menarik koper dan memasukkan semua bajunya kedalam koper.

Airmatanya jatuh saat satu persatu bajunya dia masukkan kedalam koper.

Aditya yang baru saja pulang, melihat tidak ada Ayu diruang tamu, dia segera naik keatas untuk melihat keadaannya.

Dia merasa cemas dan khawatir setelah terbukti jika anak Lucy adalah darah daging Romi, kakaknya.

Tap! tap! tap!

Aditya naik kelantai dua.

Dia segera ke kamar Ayu. Kamar itu sedikit terbuka dan Aditya melihat Ayu mengusap air matanya setelah menutup kopernya.

"Kenapa kau mengeluarkan kopernya?" tanya Aditya mendekati Ayu.

"Aku akan kembali kerumahmu," kata Ayu.

"Jadi kau sudah tahu semuanya? Apakah kakak membatalkan pernikahan kalian?"

"Ya. Setelah dia tahu jika gadis kecil itu adalah putrinya, maka apa yang bisa dia lakukan selain menikahi ibunya?"

Kata Ayu dengan dingin.

"Tapi, kenapa kau harus pulang ke rumahmu. Kau akan kesepian disana," kata Aditya mencemaskan keputusan Ayu untuk kembali.

"Lalu, bisakah aku tetap disini? Aku datang untuk menjadi pengantin. Lalu setelah pernikahanku gagal. Maka untuk apa aku tetap tinggal disini, aku hanya akan seperti pecundang jika tetap disini," kata Ayu lalu menarik koper itu segera keluar dari kamarnya.

Aditya menahan tangannya.

"Lepaskan!" kata Ayu.

Akhirnya Aditya melepaskan pegangan tangannya dan saat itu, ibunya sudah berdiri dipintu.

"Ayu, kamu mau kemana dengan koper itu?" tanya Mama Weni dan mengajak Ayu duduk kembali di pinggir ranjang.

"Mari kita bicara," kata Mama Weni.

"Tapi, Tante...Romi sudah mengatakan semuanya. Dan dia akan menikah dengan Lucy, untuk apa saya tetap disini?" kata Weni sambil menyeka air matanya yang menetes.

"Untuk anakku yang lain. Kami sudah membawamu kemari untuk menjadi menantu kami. Dan kami sudah berjanji pada kedua orang tuamu yang sudah tiada. Maka jika Romi tidak bisa menikah denganmu karena kejadian buruk dimasa lalu. Mama mohon, tetaplah disini. Mama ingin kau tetap menjadi menantu mama, menikahlah dengan Aditya," kata mama Weni menahan Ayu agar tetap tinggal di rumahnya.

Ayu kaget dan dadanya bergemuruh naik turun. Begitu juga dengan Aditya, dia sangat terkejut dengan yang baru saja mamanya katakan.

"Maaf, Tante.....tapi...." Saat Ayu akan mengatakan sesuatu, Aditya sudah menyelanya.

"Ya, saya bersedia menikahi Ayu. Saya akan menikah dengannya," ucapan Aditya membuat Ayu dan Mama Weni kaget.

Tidak menyangka, Aditya mengatakan hal itu dengan tegas.

Ayu menatap Aditya bingung dan bimbang. Harga dirinya sedang dipertaruhkan. Jika dia kembali setelah tinggal dirumah ini, dan mereka tidak jadi menikah, maka namanya sudah pasti tercemar dan jadi bahan pembicaraan.

Ayu melakukan kesalahan. Kesalahannya adalah tinggal dirumah calon mertuanya padahal belum resmi menikah. Begitu pernikahannya batal, maka nama baiknya akan tercemar. Apalagi ada dua pria lajang dirumah mama Weni.

"Baiklah, saya bersedia...." kata Ayu sambil mengangguk. Demi menyelamatkan harga dirinya di mata masyarakat, maka dia harus menikah dengan Aditya. Seorang pria yang pernah mengkhianati nya di masa lalu. Dan tidak sedikitpun terlintas di benaknya jika dia akan menjadi istri, pria yang dia benci didalam hati.

Aditya juga kaget, saat Ayu menerima lamarannya saat ini juga. Aditya menatap Ayu tidak percaya.

Gadis yang sangat dingin padanya, dan begitu mencintai kakaknya. Menganggap kakaknya adalah pria sempurna, dan Aditya adalah pria nakal, sekarang telah rela menjadi calon istrinya.

"Pernikahan kalian akan dilakukan secepatnya. Setelah kalian menikah, baru kakakmu yang akan menikah," kata Mama Weni.

"Kenapa begitu ma," kata Aditya tidak mengerti.

"Karena mama membawa Ayu untuk menjadi pengantin dirumah ini. Maka sebelum gadis lain menjadi pengantin dan menantu mama, Ayulah yang lebih berhak untuk semua itu terlebih dahulu," kata Mama Weni lalu memeluk Ayu.

"Maafkan mama...." bisik Mama Weni lirih.

Ayu mengangguk perlahan.

Dalam hati berbisik. Ini memang sudah takdirku. Apa yang bisa aku lakukan jika takdir menulis demikian. Pria yang aku benci akan menjadi suamiku dan teman hidupku. Harga diriku sedang dipertaruhkan disini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!