Romi mengajak Ayu jalan-jalan dengan mobilnya. Mereka belum saling mengenal selama ini. Sedangkan adat di keluarga Ayu, pernikahan sebagian besar terjadi karena perjodohan.
Hanya sebagian kecil wanita yang bisa menikmati kebebasan nya untuk memilih calonnya sendiri.
Meskipun mereka sudah punya kekasih, namun jika kedua orang tua mereka tidak setuju, maka para gadis dibujuk untuk menyetujui pilihan orang tuanya.
Begitu juga dengan Ayu. Dia harus mengikuti tradisi itu. Dan mulai mengenal calon yang sudah dipilihkan untuknya.
"Kau cantik seperti namamu, bagaimana menurutmu dengan perjodohan ini. Apakah kau menerimanya?" tanya Romi menatap tegas wajah Ayu.
Romi adalah tipe pria yang jauh berbeda dengan Aditya. Dia pekerja keras dan tidak jelalatan seperti adiknya. Namun, satu kelemahannya. Dia akan sangat posesif pada apapun yang menjadi miliknya.
"Aku tidak bisa menolaknya," sahut Ayu.
"Jika kau ingin menolak, kau bisa melakukan nya. Itu hakmu," kata Romi lagi.
"Bagaimana dengan dirimu? Kenapa kau tidak menolaknya?" tanya Ayu pada Romi.
"Kenapa aku harus menolak? Mereka mencarikan jodoh yang sangat istimewa untukku. Aku sering mendengar tentang dirimu dari papa. Dan aku dengan senang hati menerima perjodohan ini," sahut Romi.
"Apakah kau punya kekasih?" tanya Romi menatap sambil tersenyum.
Dalam hati berharap jawaban tidak dari Ayu.
"Tidak," sahut Ayu pelan.
Syukurlah jika begitu, batin Romi.
"Sekarang, aku hanya harus membuat kau nyaman dengan diriku. Yang harus aku lakukan pertama kali adalah membuat kau senang saat denganku, begitu bukan?"
"Ehm, karena belum saling mengenal, pasti akan canggung," jawab Ayu agak malu.
"Apa makanan kesukaanmu?" tanya Romi yang berusaha mendekati Ayu sebelum resmi menjadi suami istri.
"Aku suka semua daging. Dan aku jarang makan sayur,"
"Oke. Aku sudah mengingatnya. Kau suka semua olahan daging begitu bukan? Dan...kau tidak suka makan sayur," kata Romi.
"Itu karena...."
"Tidak masalah. Aku ingin kau terbuka sehingga aku akan mudah membuatmu bahagia. Membahagiakan istri sudah menjadi tanggung jawab seorang suami. Dan bagaimana aku bisa membahagiakan dirimu jika aku bahkan tidak tahu apa yang kau sukai dan apa yang tidak kau sukai," kata Romi.
"Dan kau? Apa makanan kesukaanmu?" tanya Ayu balik. Dia mulai merasa senang dengan sikap Romi yang menanyakan beberapa hal kecil tentang dirinya. Artinya dia adalah orang yang peduli dengan pasangan nya, itu yang dipikirkan Romi.
"Aku kebalikan dari dirimu. Aku menyukai semua olahan sayur dan aku jarang makan daging,"
"Apa? Jadi kita berbeda?" kata Ayu terperanjat kaget dan langsung berbicara dengan intonasi tinggi.
"Kenapa kau begitu khawatir? Masalah perbedaan dalam kebiasaan pasangan, bisa diselaraskan. Tidak perlu sampai secemas itu," kata Romi.
"Tapi, aku suka daging dan tidak suka sayur. Kau suka sayur dan tidak suka daging. Bagaimana kita akan makan jika kita punya selera yang jauh berbeda?" Ayu sudah berfikir jauh kedepan akibat perbedaan selera makanan.
Bagaimana aku akan memasak dan menghidangkan makanan jika selera kita tidak sama? Oh ini masalah besar, gumam Ayu.
"Ini bukan masalah besar," sahut Romi bijaksana.
"Kau tidak usah cemas. Jika memang apa yang kita sukai berbeda. Maka kita tidak perlu memaksakan apa yang kita sukai untuk disukai juga oleh pasangan kita. Kita akan tetap makan apa yang kita sukai meskipun berbeda. Tidak perlu semua harus sama. Hakikat pernikahan adalah menyeimbangkan perbedaan, bukan merubahnya menjadi sama, paham?" kata Romi terlihat sangat dewasa.
Ayu semakin terpesona dengan cara berfikir Romi yang membuatnya kagum. Jarang ada pria yang memahami hal itu.
"Aku senang dengan caramu bersikap. Aku jarang mengenal orang berwawasan luas sepertimu," kata Ayu.
"Kau sedang memujiku? Kau tahu, para pria senang jika wanitanya memahami dirinya dan menurut pada perkataan nya. Itu karena dalam jiwa para pria naluri kepemimpinan itu begitu mendominasi cara mereka berfikir," ucap Romi lagi.
"Ehm, bagaimana jika aku bukan tipe wanita penurut seperti itu? Aku tidak suka dikekang," kata Ayu yang terbiasa dengan kehidupan bersama teman-temannya.
"Mungkin kau salah dalam mengartikan perkataan ku. Aku tahu wanita selalu ingin diberikan kebebasan. Tapi, setelah bersuami, sebagian kebebasan itu pasti akan mengalami perubahan," kata Romi menjelaskan.
Romi senang jika Ayu mau mendengar apa yang dia utarakan dan bagaimana sudut pandangnya dalam memahami sebuah pernikahan.
"Ya, aku tetap ingin mencari uang dan menjalankan usahaku setelah menikah. Aku tidak ingin hanya menjadi ibu rumah tangga yang hanya meminta uang nafkah dari suami. Aku punya sudut pandang berbeda jika dalam masalah itu,"
"Katakan, aku ingin mendengarkan," kata Romi sambil melihat jam ditanganya.
"Ini pengalaman dari temanku. Dia menjadi rendah diri dan kadang direndahkan oleh suaminya karena bisanya hanya meminta uang. Saat pendapatan suaminya bermasalah, diapun menyalahkan istrinya karena tidak membantunya mencari uang," kata Ayu pada Romi.
"Memberi nafkah sudah menjadi tanggung jawab seorang suami. Tugas istri hanyalah melayani suaminya saja, tapi jika ada suami yang merendahkan istrinya hanya karena dia memutuskan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Maka suami itu pasti bukan dari golongan orang yang berakhlak mulia. Aku sendiri sering melihat para pria bersikap seperti itu," kata Romi yang melihat beberapa tanya bersikap demikian.
"Lalu, aku, apakah aku tetap bisa bekerja, atau kau ingin agar aku menjadi ibu rumah tangga setelah menikah?" tanya Ayu penasaran.
"Kau boleh bekerja. Tapi ketahuilah Ayu, setelah menikah tanggung jawabmu sangat besar. Kau harus mengurus rumah, suami dan juga anak-anak mu nanti, apakah kau tidak lelah, jika kau harus bekerja juga? Karena anak dan suami adalah prioritas setelah kau menjadi seorang istri," kata Romi menjelaskan.
"Jadi, artinya kau melarang aku bekerja setelah kita menikah?"
"Kau tetap bisa bekerja, selama kau bisa membagi waktu dan tidak melalaikan kewajiban utamamu," kata Romi lalu melihat jam ditanganya lagi.
"Kita pulang sekarang?" tanya Romi pada Ayu.
"Sepertinya perkenalan kita cukup manis hari ini. Aku suka kau banyak berbicara dan ingin tahu banyak hal. Itu sangat penting untuk memulai sebuah hubungan. Jika diam saja dan tidak bertanya. Maka tidak akan tahu, bagaimana kepribadian pasanganmu," kata Romi sambil menyalakan mobil.
"Itu, karena aku ingin membina sebuah keluarga yang bahagia. Itu impian setiap wanita bukan? Sebagian hidupnya akan dihabiskan untuk keluarganya. Dan bagiku, sangat penting mempelajari tentang bagaimana hubungan itu bisa indah dan langgeng,"
"Ya, kita akan sama-sama belajar. Semua itu butuh pengetahuan dan kita bisa belajar juga dari beberapa pengalaman orang lain. Kenapa sebuah hubungan bisa langgeng dan kenapa beberapa orang bahkan kawin cerai dan tetap tidak menemukan orang yang cocok dan tepat, meskipun berganti pasangan berulang kali, itu maksudmu bukan?" tanya Romi sambil berjalan pulang mengantarkan Ayu.
"Ehm, aku ingin sekali saja menikah untuk seumur hidup," kata Ayu.
Romi hanya tersenyum dan tidak mengatakan apapun lagi. Mereka sudah sampai didepan rumah Ayu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments