Tiba-tiba Handphone di hp Ayu bergetar.
"Ada telpon, angkat tuh!" kata Siti.
"Iya, bentar ya...." Ayu lalu bangun dan mengambil handphone nya diatas meja.
"Ya...."
"Ayu, cepat pulang, ibu meninggal...." kata ayahnya disela Isak tangisnya.
"Apa? Ibu....meninggal?" Ayu langsung memasukkan Handphonenya dan mengambil tasnya berlari keluar.
Siti kaget.
Tapi, Siti tetap harus menyelesaikan pekerjaannya karena sudah janji akan mengirim barangnya hari ini.
"Biar aku selesaikan dulu. Ini tinggal sedikit lagi," kata Siti dan tidak jadi mengejar Ayu.
"Aku akan kerumah Ayu setelah ini selesai," kata Siti.
Ayu terus berlari keluar dan memanggi tukang ojek. Dia segera naik ojek dengan berlinang air mata. Berharap apa yang dia dengar tidak terjadi. Ini pasti tidak benar.
Ayu terus mengusap airmatanya sepanjang perjalanan. Dan tukang ojek itu melihatnya dari spion.
Ayu tidak peduli, dia hanya ingin segera pulang dan bertemu dengan ibunya.
Saat memasuki halaman rumah, sudah banyak orang dihalaman rumahnya. Beberapa laki-laki sibuk memasang tratak dan ibu-ibu memakai baju hitam berkumpul dirumahnya.
"Ibu....." Ayu berteriak dari luar dan berlari masuk menerobos kerumunan orang. Sampai didepan dia kaget melihat ibunya sudah terbaring dengan diselimuti kain putih. Hanya wajahnya yang kelihatan pucat pasi.
"Ibu......" Ayu tidak bisa menahan airmatanya lagi. Melihat orang yang sangat dia cintai sekarang tidak bergerak lagi. Tidak melihatnya dengan senyumnya, dan tidak berbicara memberikan wejangan seperti biasanya.
"Ibu...." Ayu hanya bisa menangis disamping jenazah ibunya. Ayahnya sangat terpukul dan saat ini tidak sadarkan diri dikamarnya.
"Ayah...dimana ayah?" tanya Ayu.
"Ayahmu, sedang bersama pamanmu. Dia sangat shock dan tidak sadarkan diri sejak tadi," kata bibinya.
"Ibu....... bagaimana bisa terjadi begitu cepat? Tadi kau baik-baik saja... kenapa tiba-tiba pergi...ibu...." Ayu memeluk ibunya yang sudah tidak bisa memeluknya dan menenangkannya.
Ibunya yang biasanya menyambutnya dengan senyum di bibirnya sekarang sudah tiada. Padahal saat ini, dia sangat membutuhkan ibunya. Dia masih butuh nasehatnya dan masih banyak yang ingin dia ketahui tentang pengalaman hidupnya.
Tapi sekarang, ibunya sudah tidak ada lagi di dunia ini.
"Kata dokter, ibumu terkena serangan jantung mendadak," kata Bibinya.
"Ibu punya penyakit jantung?" Ayu yang sudah mulai tenang, menyambut beberapa tamu yang datang untuk melihat ibunya yang terakhir kalinya.
"Iya, bibi sering check up bersama ibumu. Apakah ibumu tidak pernah bercerita?" tanya Bibinya.
Ayu menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Ibu tidak pernah mengatakannya," Ayu kembali mengusap air matanya.
Bibinya lalu memeluk Ayu.
"Seperti itulah seorang ibu. Dia takut anaknya khawatir dan cemas. Sehingga mereka tidak bisa mengatakan apa yang sedang dideritanya. Mereka memilih untuk menyimpan dan tidak membuat cemas semua orang," kata Bibinya yang juga merahasiakan sakitnya dari anak-anak nya.
"Ayu melihat ibu sehat dan ceria setiap hari. Tidak sekalipun terlihat sedang sakit," kata Ayu.
"Karena ibumu, berusaha tetap tersenyum dan ceria agar kau tidak curiga. Kau tahu, kenapa ibumu mencarikan jodoh sangat mendadak untukmu? Karena dia khawatir meninggalkanmu sendirian," kata Bibinya.
"Andaikan Ayu tahu, Ayu tidak akan bekerja hari ini," kata Ayu dalam pelukan bibinya.
"Andaikan kita semua tahu, maka kita akan berbuat yang terbaik untuk keluarga kita sebelum kita tiada, semua itu sudah takdir. Hidup dan mati, Tuhan yang tentukan. Jadi, kita harus ikhlas menerimanya, kau yang sabar ya nak...." kata Bibinya.
Ayahnya sudah sadar dan mencari Ayu.
"Ayu....ibumu..sudah pergi untuk selamanya..." kata Ayahnya memeluk Ayu dan mereka saling berpelukan.
Menangis dan tidak mampu berkata apapun lagi.
Di pemakaman.
Ayu masih duduk digundukan tanah merah dimana ibunya disemayamkan disana.
Romi berdiri dibelakangnya dengan payung hitam. Memberinya perlindungan dari panasnya matahari saat ini.
Ayu menoleh pada Romi. Romi memegang bahunya dan mengajaknya pulang.
"Ayu, ayo kita pulang. Kau sudah berjam-jam disini. Lihatlah ayahmu, dia sangat cemas melihatmu seperti ini," kata Romi pada Ayu.
Ayu lalu bangun dan Romi memegang tangannya.
"Ayo kita pulang, biarkan ibumu beristirahat dengan tenang. Dia akan sedih, melihatmu seperti ini. Ikhlas kan semua yang terjadi, kamu yang sabar ya," kata Romi.
Akhirnya Ayu mau pulang setelah dibujuk oleh Romi.
Beberapa hari kemudian. Setelah masa berkabung selesai. Ayu kembali bekerja dan bertemu dengan Siti.
"Ayu, kita hanya mendapat order an sedikit hari ini. Jika kau mau istirahat, maka biar aku saja yang menyelesaikan pekerjaan ini," kata Siti yang masih melihat Ayu berduka.
"Tidak. Biar aku disini saja. Kau tahu, jika dirumah, aku selalu merindukan ibuku. Aku tidak bisa berhenti menangis melihat setiap sudut rumah. Dimana bayangan ibu, ada dimana-mana," sahut Ayu.
"Ya sudah jika begitu. Kalau begitu, kau disini saja. Kita selesaikan ini sama-sama," kata Siti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments