Bab 15

Aditya sudah rapi dan akan menjemput Siti malam ini. Dia sudah berjanji untuk menemani nya nonton pertandingan bola. Tapi sebelum pergi, Aditya pergi kekamar Ayu. Dia akan mengajaknya sekali lagi, siapa tahu dia berubah pikiran dan mau pergi dengannya.

Tok tok tok.

"Kakak ipar, ini aku, Aditya," kata Aditya berdiri dipintu kamar Ayu.

"Mau apa?"

"Boleh aku masuk?" tanya Aditya dan terdengar Ayu menyahut dari dalam.

"Ya, masuk, tidak dikunci,"

Kreekkkk!

Aditya lalu masuk dan melihat Ayu sedang duduk dimeja kerjanya. Dia tidak menoleh dan matanya tetap fokus menatap laptop.

" Katakan. Ada apa!" kata Ayu tanpa menoleh.

"Kau mau ikut? Mama pergi arisan. Kau akan dirumah sendirian,"

"Lalu?"

"Sebaiknya kau ikut dengan kami," kata Aditya berharap Ayu mau ikut pergi bersamanya.

"Kalian saja. Aku tidak ikut. Aku akan dirumah. Dan oh ya, tidak usah khawatir kan diriku," kata Ayu.

Karena Ayu tidak mau ikut meskipun telah dibujuk maka Aditya lalu pergi dari kamarnya.

Aditya akan menjemput Siti dan nonton denganya.

Satu jam kemudian,

Hujan mengguyur sangat deras. Karena memang bulan ini hampir setiap hari hujan selalu turun. Dan kadang di iringi dengan pemadaman listrik jika ada pohon yang tumbang.

Maka saat Ayu akan ke kamar mandi sebelum tidur, tiba-tiba lampu mati.

Ayu meraba-raba ponselnya dan tidak menemukannya. Kamarnya menjadi sangat gelap. Ayu tidak bisa melihat apapun. Diapun mulai ketakutan.

Ayu lalu memanggil seorang pelayan dirumah mertuanya.

"Bi....Bibi...."

Tidak ada sahutan. Rupanya pelayan dirumah itu kelelahan dan membuatnya tidur sangat nyenyak.

Dia bahkan tidak tahu jika lampu di kamarnya mati.

Ayu mulai keluar kamar dan memanggil pelayan yang lainnya. Namun tidak ada sahutan karena ini malam Minggu.

Para pelayan akan keluar saat malam Minggu. Mereka di bebaskan dari pekerjaannya di Sabtu sore dan hari Minggu. Dan hal itu baru disadari oleh Ayu karena tidak ada siapapun saat ini selain dirinya yang terjaga.

"Ma...mama...." Ternyata mama mertuanya juga belum pulang karena ada pohon tumbang dijalan dan membuatnya menginap disebuah hotel.

Dia tidak bisa melewati jalan itu. Dan daripada membuang waktu di dalam kemacetan, dia memutuskan untuk menginap di Hotel.

Aditya, yang mengkhawatirkan Ayu, lalu pamit pada Siti dan pulang lebih awal di setengah babak pertandingan.

Siti kebetulan bertemu dengan beberapa temannya dan bergabung bersama mereka.

Aditya mencari jalan lain karena jalan utama terhalang oleh pohon yang tumbang akibat hujan dan angin kencang.

"Mama menginap di hotel. Ayu pasti ketakutan dirumah," kata Aditya.

"Mana kak Romi dan Papa tidak ada. Para pelayan juga hari ini tidak ada dirumah. Aku harus segera sampai ke rumah. Sepanjang jalan lampu mati. Pasti di rumah juga listriknya padam," kata Aditya dengan gusar.

Tidak lama kemudian, setelah melewati jalan tikus, Aditya sampai dirumah.

Dan benar dugaannya. Dia melihat rumahnya gelap. Jenset juga belum dinyalakan. Ayu pasti tidak bisa menyalakannya.

Aditya lalu memarkir mobilnya dan masuk kedalam.

Dan saat itu, Ayu kebingungan mencari lilin untuk penerangan. Dia juga tidak tahu dimana lilin itu biasa disimpan.

"Tiba-tiba, Aditya memeluknya dari belakang,"

"Lepaskan!" Teriak Ayu kaget.

"Ohh, maaf. Dialah, jangan bergerak. Aku melihat ada ular disana, aku mendengar suaranya," kata Aditya.

Karena dalam gelap mendengar jika ada ular masuk. Ataupun memeluk Aditya karena ketakutan.

"Ular. Dimana?" kata Ayu panik.

"Tenang. Jangan banyak bergerak," kata Aditya.

Dan saat Ayu memeluknya erat, tiba-tiba lampu menyala dan Romi pulang mendadak.

Tiba-tiba Romi sudah ada dipintu masuk dan begitu lampu menyala, melihat Ayu sedang memeluk Aditya.

"Romi!?" Ayu kaget dan langsung melepaskan pelukannya.

"Kakak!?" Aditya juga kaget dan menatap Ayu.

"Ada ular. Dia ketakutan lalu aku berusaha mencari ular itu. Karena gelap, aku kehilangan jejaknya," kata Aditya yang tidak ingin ada kesalahan paham an antara dirinya dan kakaknya karena apa yang barusan kakaknya lihat.

"Ada Ular? Dimana?" Romi juga kaget dan berjalan ke arah Ayu.

"Kau pasti ketakutan sampai memeluk Aditya sangat erat," kata Romi.

"Maafkan aku...."

"Sudah, tidak papa. Apakah kau pikir aku akan marah? Aku bukan pria pemarah. Dan wajar jika kau ketakutan melihat ular, karena gelap," kata Romi lalu mengajak Ayu masuk kekamarnya sendiri dan menyuruhnya istirahat.

Aditya merasa lega karena kakaknya sangat bijaksana dan tidak marah akibat insiden tadi.

"Papa...kok papa pulang lebih awal. mama bilang, kalian justru akan mengundurnya," kata Aditya sedikit kecewa. Dia ingin agar kakaknya lebih lama disana dan dia bisa bersama Ayu. Dan karena kakaknya sudah kembali, maka dia sudah tidak bisa dekat dengan Ayu lagi.

"Iya, ada masalah teknis. Sisa pekerjaan nanya akan diselesaikan disini," kata Papanya.

"Papa akan menjemput mamamu," kata Papanya lalu keluar lagi untuk menjemput istrinya yang menginap di hotel karena hujan lebat dan ada pohon tumbang.

Papanya pergi kesana dengan jalan tikus.

Romi mengantarkan Ayu hingga ke depan pintu kamarnya.

"Istirahat lah. Hari sudah larut. Kau pasti kelelahan," kata Romi lalu tersenyum manis dan menatap Ayu penuh cinta kasih.

Sebentar lagi, gadis yang sekarang tidur dikamar lain ini akan menjadi istrinya dan tidur satu kamar dengannya.

"Iya...." Kata Ayu menurut tanpa membantah.

Hari Atau sangat senang dan berbunga-bunga. Calon suaminya sudah kembali. Sebentar lagi dia akan resmi menjadi suaminya.

Dan yang pasti, Ayu tidak akan kesal lagi karena ulah Aditya.

Setelah menjadi istri Romi, maka Aditya tidak akan berani mengganggunya.

Romi lalu masuk kekamarnya. Dan baru saja selesai mandi, ibunya sudah duduk disofa dikamarnya.

Sepertinya akan mengatakan hal penting. Karena terlalu beresiko jika dikatakan pada siang hari, maka mamanya memilih untuk membicarakan nya dimalam hari, saat semua orang sudah tidur.

"Mama ...." Romi tentu saja kaget dan sangat terkejut. Romi lalu melihat jam di dinding.

Jam satu dini hari.

"Ada hal penting. Mama sangat cemas memikirkannya. Mama tidak bisa menunggu hingga besok hari," kata Mamanya.

"Katakan ada apa ma...." kata Romi sambil menaruh handuk basah ditempat jemuran khusus handuk didekat jendela nya.

"Ada seorang wanita bernama Lucy datang dengan anak berusia dua tahun,"

"Lucy mengatakan jika itu adalah anakmu,"

Perkataan mamanya seperti sebuah petir terdengar oleh Romi. Romi pun kaget dan shock.

Dia sampai tidak bisa mengucapkan apapun dan bibirnya menjadi kelu. Otaknya bekerja keras mendengar apa yang baru saja dikatakan mamanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!