Siti terus menoleh ke arah Aditya yang sedang menyetir. Aditya justru mencuri pandang ke spion untuk melihat wajah Ayu yang tenang.
"Kalian terlihat sangat kompak," kata Aditya memulai pembicaraan.
"Ya, kami bersahabat sejak lama, iya kan Ayu?"
"Iya," jawab Ayu.
"Oh ya, apakah rumahmu masih jauh?" tanya Aditya.
"Ya....tiga kilometer lagi," sahut Siti.
"Apa?" Aditya nampak kaget karena ternyata rumah Siti lumayan jauh.
"Nyesel ya, janji mau antar?" gurau Siti.
"Ehm, tidak. Malah senang. Sekalian jalan-jalan. Iya kan kakak ipar?" gurau Aditya melirik wajah Ayu dari spion.
"Harusnya tadi aku turun disana dan naik taksi saja," kata Ayu.
"Ayolah Ayu. Sudah lama kamu tidak main ke rumahku. Mumpung ada Aditya yang antar kamu, main ya," kata Siti.
"Sepertinya tidak sekarang. Nanti lain kali saja," kata Ayu.
"Ayolah Kakak ipar. Mas Romi tidak akan marah jika kau pulang terlambat hari ini," kata Aditya.
"Ya sudah jika kalian memaksa," kata Ayu lalu merekapun melanjutkan perjalanan sambil terus bercerita hingga sampai dirumah Siti.
"Nah, sudah sampai. Ayo masuk! Aku buatkan nasi goreng spesial!" kata Siti mempersilakan Ayu dan Aditya masuk kerumahnya.
Ayu dan Aditya lalu masuk kedalam.
"Kau tinggal sendirian?" tanya Aditya saat masuk kerumah Siti.
"Tidak, ada ibu. Cuma sedang ke rumah saudara," kata Siti.
"Ohh, gitu,"
"Ohh ya, kalian tunggu disini ya. Aku akan membuat nasi goreng untuk kita makan malam," kata Siti berjalan kedapur.
"Baiklah," Aditya melirik wajah Ayu yang entah kenapa terlihat lain dimatanya.
Dulu dia tidak se respeck ini dengan Ayu. Tapi sekarang dia seperti sangat peduli pada calon kakak iparnya itu. Apalagi setelah dia menjadi yatim piatu dan belum lagi wanita yang datang mengatakan jika anaknya adalah darah daging Romi.
Aditya menjadi semakin peduli dan perhatian dengan Ayu.
Sayangnya, Ayu tidak tahu apapun hingga saat ini. Dan dalam benaknya, Romi adalah pria sempurna yang sangat bijaksana dan dewasa dimatanya.
"Ayu, kau tidak menghubungi kakak?" tanya Aditya.
"Ehm, sudah tadi malam," jawab Ayu.
"Kau pasti merindukan dirinya. Menurut mu, kakak pria seperti apa?" tanya Aditya penasaran.
"Menurut ku, dia jauh berbeda dengan dirimu. Kau playboy dan kakakmu pria yang dewasa dan bertanggung jawab,"
"Ohh ya Tuhan. Kau masih menyebutku playboy. Ternyata kau masih ingat masa lalu kita?"
"Tidak. Untuk apa aku mengingatnya. Aku hanya berfikir jika pria sepertimu tidak pantas mendapatkan gadis yang baik dan setia. Kau hanya akan menyakiti dan mengkhianati mereka,"
"Para gadis yang menggodaku dulu. Sekarang aku sudah insaf," kata Aditya.
"Terserah. Aku tidak peduli lagi. Itu kan sudah masa lalu. Dimasa depan, kita hanya punya satu hubungan yaitu kakak dan adik ipar," kata Ayu.
"Oh ya dan satu lagi. Jangan pernah mencoba merayu Siti apalagi melukai hatinya. Dia adalah sahabatku,"
"Hahahaha. Ini sinyal cemburu atau apa? Kau bilang tidak peduli padaku. Tapi kau tidak suka melihatku merayu sahabat mu,"
"Tidak mungkin aku cemburu padamu. Jadi kau jangan ge er. Aku hanya sangat menyayangi sahabatku. Jika dulu aku kau sakiti. Maka aku tidak rela kau menyakiti sahabatku," kata Ayu.
"Kau menyimpulkan hanya sepihak. Apa yang kau lihat saja. Kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi.. ya sudahlah. Seperti yang kau bilang. Hubungan kita sudah tertinggal dimasa lalu. Dan kau adalah calon kakak iparmu. Jadi kurasa tidak ada gunanya aku menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya," kata Aditya.
"Tidak perlu membela diri. Aku tahu segalanya," kata Ayu.
"Hai, seru amat! Apa yang kalian bicarakan?" tanya Siti dengan membawa nasi goreng buatannya.
"Tidak. Kami hanya berbicara hal tidak penting," kata Ayu.
"Ini piringnya," kata Siti memberikan piring untuk Ayu.
Aditya akan mengambil piringnya tapi Situ menahanya.
"Biar aku ambilkan untukmu," kata Siti tersenyum manis dan manja.
"Ohh, oke. Baiklah," kata Aditya menarik tangannya.
Ayu melirik pada Siti dan menggelengkan kepalanya.
"Mari makan....." Siti lalu makan sambil terus menatap wajah Aditya dengan senyum-senyum.
"Gimana rasanya?" tanya Siti pada Aditya.
"Sangat enak. Selain cantik. Kau ternyata pandai memasak juga, lain kali, aku juga ingin kakak ipar membuatnya untukku," gurau Aditya.
"Siti, jangan percaya dengan ucapannya. Dia sedang menggoda mu," kata Ayu.
"Ehm, jika kau mau, aku akan sering memasak untukmu," kata Siti pada Aditya.
"Benarkah?" Aditya sengaja membuat kesal hati Ayu.
"Iya, datanglah ke kantor setiap siang. Kita akan makan siang bersama. Aku akan memasak untuk kita makan siang," ucap Siti.
"Siti. Untuk apa kau melakukan semua itu. Dia bukan suamimu," cegah Ayu.
"Ya. Aku akan datang untuk makan siang bersama,"
"Ohh, benarkah?" tanya Siti girang.
Sementara Ayu cemberut karena sahabatnya tidak tahu jika sedang dipermainkan oleh Aditya.
"Ehm, sepertinya sudah malam. Aku pamit," kata Ayu pada Siti.
"Bentar lagi napa?" kata Aditya.
Ayu tidak peduli dan berjalan ke pintu.
"Kakak ipar sepertinya marah aku merayumu. Tapi, kau memang pandai memasak. Aku sangat suka. Bye," kata Aditya membuat hati Siti berbunga-bunga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments